Fake plastic office? Haruskah? Mencoba
menata hidup dengan logika dan cara berpikir orang kebanyakan. Tidak dengan
kelelahan mimpi yang tak kunjung bisa diwujudkan. Mengikuti kata hati memang
menyenangkan, tapi kenyataan dan keadaan busuk sangat sulit dilawan. Seperti
terus saja menyuruh berhenti mengikuti mimpi dan kata hati. Bahkan ibu menyuruh
aku bangun di pagi hari, pergi, lalu pulang di sore harinya, dan begitu
seterusnya, selalu tersenyum di tanggal 1 dan cemberut di tanggal 21.
Apa yang akan aku bilang sama Martin,
si gitar tua yang selalu tergeletak dipojokan kamar? Dia mungkin akan cemburu
melihat aku banyak menghabiskan waktu bersama keyboard dan layar monitor computer,
karena malam akan menjadi sangat melelahkan untuk bisa bermain dengan Martin si
gitar, Thomas si buku usang, dan Penny si pulpen.
Apa aku terlalu berlebihan
menanggapi ini? Apa ini cara berpikir seorang pecundang? Kenapa aku disini? Sehingga
untuk bernyanyi dan bermain melodi saja selalu bertentangan dengan konsekuensi
materi. Sayang aku bukan Zeke khaseli ataupun Thom dan Jonny, yang bisa bermain
melodi tanpa khawatir tentang konsekuensi materi. "just give me a
chance" untuk mengikuti kata hati dan mimpi, untuk bernyanyi dan bermain
melodi. Dan lampu panggung tolong soroti, biar aku tertawakan orang-orang ini.
Aku ingin mereka bungkam dan tepuk tangan, menganga terpana, dan menyesali
ucapannya.
Bukan berarti mimpimu terhenti..
BalasHapusBanyak kok musisi yang ber fake plastic office..
:D