Katanya, menulis adalah pekerjaan untuk membekukan waktu. Katanya lagi, jangan pernah membuat sakit hati penulis karena hal itu akan abadi dalam tulisannya. Kalau perasaan sakit bisa menjadi abadi dalam sebuah tulisan, maka sebaliknya, perasaan senang juga bisa menjadi abadi dalam sebuah tulisan. Lebaran menjadi satu momen di mana hal tersebut selalu ingin saya abadikan dalam tulisan saya. 10 atau 20 tahun kemudian ketika membacanya kembali, maka waktu akan berhenti atau kembali ke masa-masa momen istimewa ini berlangsung. Dan ya, lebaran akan selalu istimewa dengan semua ceritanya. Tak terkecuali lebaran tahun ini.
Lebaran atau Idul Fitri 1445 Hijriah ini menjadi
momen saya dan anak pertama saya, Ammar lumayan intens untuk ibadah bareng,
dari mulai shalat tarawih pas bulan Ramadhan, sampai shalat ied pada hari lebaran
tiba. Ammar mungkin belum mengerti betapa istimewanya bulan Ramadhan dan hari
raya Idul Fitri, namun semoga kebersamaan yang saya bangun bareng dia bisa
membekas di ingatannya, hingga setiap kali dia ingat bulan suci Ramadhan dan
Lebaran dia akan mengingat papa-nya.