Katanya, menulis adalah pekerjaan untuk membekukan waktu. Katanya lagi, jangan pernah membuat sakit hati penulis karena hal itu akan abadi dalam tulisannya. Kalau perasaan sakit bisa menjadi abadi dalam sebuah tulisan, maka sebaliknya, perasaan senang juga bisa menjadi abadi dalam sebuah tulisan. Lebaran menjadi satu momen di mana hal tersebut selalu ingin saya abadikan dalam tulisan saya. 10 atau 20 tahun kemudian ketika membacanya kembali, maka waktu akan berhenti atau kembali ke masa-masa momen istimewa ini berlangsung. Dan ya, lebaran akan selalu istimewa dengan semua ceritanya. Tak terkecuali lebaran tahun ini.
Lebaran atau Idul Fitri 1445 Hijriah ini menjadi
momen saya dan anak pertama saya, Ammar lumayan intens untuk ibadah bareng,
dari mulai shalat tarawih pas bulan Ramadhan, sampai shalat ied pada hari lebaran
tiba. Ammar mungkin belum mengerti betapa istimewanya bulan Ramadhan dan hari
raya Idul Fitri, namun semoga kebersamaan yang saya bangun bareng dia bisa
membekas di ingatannya, hingga setiap kali dia ingat bulan suci Ramadhan dan
Lebaran dia akan mengingat papa-nya.
Tahun-tahun sebelumnya
kebersamaan saya dengan Ammar kurang terasa karena urusan pekerjaan. Dua tahun
sebelumnya, ketika Ammar mulai belajar shalat, saya nya disibukan dengan urusan
pekerjaan keliling kota meliput gelaran Ngabuburit di kantor saya, dan ketika
saya sudah resign dari kantor hari-hari saya disibukan dengan urusan orderan
kue donat. Tahun ini, Alhamdulillah saya kembali ngantor, namun dengan jam
kerja yang tidak begitu menyita waktu, karena ketika Maghrib tiba saya sudah di
rumah, berbuka bersama dan setelahnya bisa shalat Tarawih bareng Ammar (meskipun
bolong-bolong sih). Saya pikir hal tersebut menjadi sesuatu yang saya syukuri
betul tahun ini. Bahkan saking seringnya saya menghabiskan waktu dengan Ammar,
pas ada acara buka bareng temen-temen SMA juga dia ikutan bukber.
Momen menjelang lebaran juga jadi
satu hal yang diakui istri saya cukup menyenangkan, karena berbeda dengan tahun
sebelumnya, dia akhirnya bisa membantu ibunya kembali menyiapkan hidangan
lebaran setelah sebelumnya disibukan dengan urusan membuat kue donat. Secara pendapatan
mungkin tahun-tahun sebelumnya jauh lebih besar dibanding tahun ini, tapi karena
hidup itu sebuah pilihan dan selalu ada yang dikorbankan, tahun-tahun sebelumnya
kami mengorbankan waktu bersama demi pundi-pundi rupiah. Tahun ini kami memilih
untuk banyak menghabiskan waktu bersama meski secara pendapatan mungkin menurun
dibanding tahun lalu. Tapi, tentunya hal tersebut tetap harus disyukuri karena rejeki
tidak selalu berbentuk uang saja. Meskipun yang paling menyenangkan tentu saja
jika kita punya banyak waktu dan banyak uang hahaha.
Jika ada satu hari dalam setahun yang mampu menyatukan seluruh keluarga, momen itu adalah Idul Fitri. Hal tersebut terasa betul ketika saya merayakan lebaran bareng keluarga istri saya. Dari mulai uwa, bibi, sepupu, anak sepupu, saudara dekat, saudara jauh semua berkumpul dengan keriaan yang sama. Sama-sama merayakan hari raya idul fitri. Melihat pemandangan itu setidaknya sedikit mengobati kesedihan saya yang selama 14 tahun belakangan ini merayakan lebaran tanpa ayah saya. Juga merayakan tanpa keluarga besar saya, baik dari pihak ibu atau pihak ayah. Tapi, ya semua orang punya jatah hidup masing-masing dan cepat atau lambat masing-masing dari kita juga akan dapat giliran untuk berpulang.
Keluarga Banjaran
Saya ingat betul perasaan excited saya setiap kali mudik
mengunjungi rumah nenek saya. Biasanya pas malam takbiran semua sepupu ngumpul
di rumah nenek saya, menggelar kasur di tengah rumah, cerita-cerita banyak hal
sampai besok harinya shalat ied bareng. Mungkin jika Ammar dan Nadja sudah
besar dan berkeluarga, giliran saya yang nanti dikunjungi mereka. Semoga saja saya
dikasih umur panjang untuk bisa merasakan itu. Namun sebelum itu terjadi,
sebisa mungkin saya harus bisa membuat banyak memori manis untuk kedua anak
saya setiap kali lebaran, karena rasanya tidak ada hari yang lebih special dibanding hari lebaran, di mana
kita bisa re-charge hidup kita untuk
bisa lebih baik, atau setidaknya berusaha membuat hidup lebih baik dengan semua
nilai-nilai spiritual yang kita percaya.
Menutup curhat lebaran ini, saya ingin menuliskan permintaan maaf kepada siapapun yang kebetulan membaca ini, terlebih bagi orang yang kenal dengan saya. Sengaja atau tidak, rasanya kesalahan kata dan perbuatan dari saya selalu saja ada. Dengan segala kerendahan hati saya meminta maaf dan mendoakan semoga ada begitu banyak cinta yang bisa kita bagikan. Semoga keikhlasan saling memaafkan sejalan dengan keinginan untuk upgrade diri jadi lebih baik. Big love from the Wiradi's ❤
Banjaran, 11 April 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar