“Lu tau ga kalo si anu itu, itu nya sia anu”, atau bisa seperti ini “ah si anu kok bisa jadi anu sih”, dan banyak anu-anu lain nya yang dibicarakan, seperti si anu membicarakan anu nya atau si anu membicarakan anu yang lain. Nah loh?
Kira-kira seperti itulah kita menghabiskan waktu kita dengan pembicaraan anu-anu itu. Membicarakan orang seolah kita penentu baik atau ngga bagi seseorang, menghakimi tanpa tidak mau dihakimi. Tidak akan ada hal baik di situ, karena sesuatu yang jelek itu kadang lebih menarik untuk diperbincangkan. Dan ketika seseorang melakukan hal baik, kita seolah malas untuk membicarakannya, karena dengan sombongnya kita menganggap kita baik dan orang lain tidak. HAAH? KITAA?
Untuk diam itu susah, makanya ada ungkapan “diam itu emas”, yang berarti itu sebuah penghargaan bagi seseorang yang tahan untuk diam dan tidak berkata jelek. Dan sekali lagi saya ulangi “itu ga gampang”.
Sekarang saya hubungkan dengan momen bulan suci ramadhan. Bulan dimana kita dituntut untuk bisa jadi hamba Allah yang dia sukai, dengan tidak makan dan minum dari subuh sampai maghrib, dengan tidak melakukan hal yang dilarang Allah, dan dengan tidak berbicara jelek (termasuk ngomongin anu-anu tadi). Karena seharusnya bulan ini menjadi bulan penebus dosa-dosa kita, maka oleh karena itu ssttt diam ya, jika itu tidak baik untuk dibicarakan. Tapi sekiranya jika itu baik untuk dibicarakan atau disampaikan, maka silahkan “tes tes 1 1 2 3 check mic”, bicarakan dengan lantang. Atau kalau memang berat buat ga ngomongin orang, kita bicarakan saja kelinci atau kucing, toh mereka ga akan tersinggung, karena emang mereka ga ngerti juga omongan kita. Untuk semua omongan jelek yang pernah terucap, untuk semua cacian, dan untuk banyaknya kesalahan yang di ucapkan. kali ini sstttt diam ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar