Akhirnya nulis lagi nih setelah cape sendiri promo buku RUBIK yang tidak juga jadi “best seller” ngalahin buku Chairul tanjung si anak singkong sang motivator yang selaluuu saja jika urusan motivator gitu-gituan ga pernah saya suka (siapapun itu, keculi Gandhi dan Theresa), atau novel-novelnya Habiburahman yang selaluuuuu aja ngomongin cinta dalam sudut pandang islam yang sebenernya..#ehm #uhuk garing #sorry.
Jadi kieu lur saya teh mulai risih nih sama #nowplaying yang ada di twitter. ko risih wenk? Karena itu ga ada bedanya dengan Dewi persik ketika banyak bilang soal hal-hal positif nan bijak yang sebenernya kontradikitif dari dirinya secara kasat mata dan nalar yang sehat sudah tau kaliii lu sape, atau dengan pidato sang presiden kita yang bertutur halus dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, namun tidak berisi apapun selain kata prihatin.
Nah bener ini semua berhubungan dengan semua tindak tanduk pencitraan yang paling saya benci melebihi apapun termasuk FPI (itu nomor 1 yang saya benci, setelahnya baru yang lain-lain). Kenapa ya selaluu saja ada orang yang pengen dinilai lebih sama orang lain. Padahal sekeras apapun kita ingin terlihat baik, toh nyatanya akan ada aja orang yang benci dengan kita, ga suka sama kita. sama ketika saya nulis ini, pasti ada aja orang yang ga setuju dengan tulisan saya, lalu akan mentasbihkan saya sebagai orang yang paling dia benci (enemy no 1 dia). Ngaruh buat hidup gueee? ngga lah, selama saya ga bergantung hidup dari dia ya it’s fine. Saya ga pernah nyerang siapapun, saya hanya berasumsi apa yang ingin saya asumsikan dari sudut pandang saya, dan jika ada yang tidak suka ya itu masalah dia.
Ok kepanjangan babibu-nya, langsung saja ke topik judul diatas “SAYA BUKAN HIPSTER”. Hipster yang saya tau adalah orang yang selalu ingin tampil ekslusive dengan semua update terbaru soal apapun termasuk soal musik. Si hipster biasanya tidak akan menyukai apapun jika skalanya udah masal. sepintas terdengar fine2 aja ya? Sebatas itu sih iya. tapi ketika si hipster itu mulai dengan aksi #nowplaying nya maka itulah yang bikin saya agak risih sih. Percaya deh apa yang si hipster itu tulis lewat #nowplaying-nya itu tidak bener2 mereka suka akan lagunya, tapi berhubung lagu sama band –nya keren (menurut mereka) ya akhirnya mereka publish biar orang tau selera musik dia itu keren. apalagi namanya kalo itu bukan suatu tindakan pencitraan.
Saya sih kalo emang ga suka ya ga suka aja, kalo suka ya suka aja. contoh : saya adalah penggemar berat seberat-beratnya dengan Radiohead, dan di tahun 2011 kala itu Radiohead rilis “the king of limb” yang menurut saya album paling Radiohead yang paling susah saya nikmati. jadi segila-gilanya saya dengan Radiohead, tapi harus menerima kenyataan jika albumnya itu susah saya cerna, dan ya ga suka aja gitu. Tapi kalo hipster sih mindset-nya beda. Apa yang orang anggap rumit, berbobot (menurut dia #lagi), itu yang dia akan coba publish tentang siapa dia dan selera dia, walaupun dia juga sebenernya ga suka.
Saya hanya mendengar musik yang saya suka, memainkan musik yang saya suka. Lepas dari selera musik saya bagus atau tidak sih bodo amat, musik itu personal yang merefleksikan siapa kita lewat musik yang kita dengar dan mainkan. Kebayang kan hipster itu pribadi yang seperti apa jika setiap harinya selalu ada tuntutan untuk menjadi ekslusive dan ingin dinilai keren dengan pilihannya soal selera.
Saya menyukai Vampire weekend, tapi saya juga mendengarkan Sheila on 7, saya mendengarkan Radiohead, tapi saya juga mendengarkan Peterpan #eh noah kalo sekarang mah. Tidak pernah sedikitpun ketakutan dalam diri saya akan dikatain “ih selera musiknya ko gitu banget sih wenk?”. Apa yang menurut saya enak didengar ya saya dengar, yang tidak enak didengar ya ga akan saya dengar.
Main musik juga gitu, karena saya “ceritanya” anak band yang bermusik, ya saya cuma mainin musik yang memang pengen saya mainin. Duluuuuu pernah main musik cuma buat keren-kerenan doang yang akhirnya membuat saya lost akan musik yang saya mainkan. Dan ga akan saya ulangi lagi dikemudian hari. Eh tapi kalo main musik untuk dapet duit sih mungkin aja, kalo kepepet pengen banget beli fender strato atau jaguar atau mustang #nyengir
Jadiiii? ayamkuuu? Cobalah jujur dengan apa yang anda suka. Jujur itu indah, indah itu kalalo. kalalo itu lagu “kalalo bulan bisa ngomong mungkin dia tak akan bohong tentang musik yang dia suka”.
Ok deh segitu aja dulu, sampe ketemu kapan-kapan kalo ga hujan. Salam sinis selalu dari saya seorang pendengki yang apapun anda menyebutnya, yang saya pedulikan cuma bagaimana caranya jadi bos perusahaan batu bara, biar dapet duit banyak untuk naik haji ibu saya tercinta.
#nyengir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar