Maaf ya blogspot baru nulis lagi (seolah blogspot adalah pacar yang selalu bertanya kamu kemana aja sih kok ga ngasih kabar? jika saya ngga/telat ngabarain). Ga kerasa udah 2013 lagi ya. Seminggu kemaren kan malem tahun baru tuh, kemana aja kata siapa kepada siapa yang sebenernya dijawab ga sih ama siapa oleh siapa?. Disaat riuh gemuruh petasan dan kembang api yang bersahutan di jalan yang macet dan menyisakan sampah yang sangat banyak di keesokan harinya, saya sedang ada dalam remang lilin di sebuah kamar yang sebenarnya diharapakan sepi namun apa boleh buat terganggu juga dengan bunyi petasan yang tanpa ampun mengganggu meditasi saya yang…yang… yang apa ya?…hhmm ceritanya ingin merenung ini. Merenung akan apa saja yang telah saya lewati di tahun sebelumnya, di tahun yang lumayan banyak memberi saya kejutan yang ‘ujguoshuoifh’. Ga tau kan artinya ‘ujguoshuoifh’? Sama saya juga -------> skip.
2013 dan resolusi. Adalah saya tentang apa yang ingin saya capai dan hasilkan di tahun ini. Seperti ingin rilis buku ke dua, rilis album musik, belajar fotografi, belajar gambar, atau bahkan mungkin mengabdikan diri di sebuah kantor/perusahaan dalam waktu kerja yang lama dan membosankan dengan harapan gaji yang sesuai sehingga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan saya rekaman dengan gitar yang bagus, mic yang bagus, dan sofware komputer yang bagus untuk menunjang agar musik yang saya buat bisa lebih maksimal dan bagus menutupi busuknya suara saya yang bernyanyi pas-pasan ini.
Ngomongin keinginan pasti banyak dan akan selalu ada saja, namanya juga manusia. Ya sayangnya saya manusia selayaknya manusia kebanyakan yang terlalu banyak maunya dan meminta ini itu sampai kadang lupa bersyukur. Padahal sebenarnya Tuhan tidak selalu memberi apa yang saya minta tapi apa yang saya butuh. Kata ibu saya sih gitu. Jadi ya sudahlah percaya saja. Lepas dari kontroversi kebenaran perkataan ibu saya tadi, yang walaupun ibu saya mungkin salah tapi sebagai anak saya punya kewajiban menuruti apa yang orang tua-nya bilang, maka polemik tentang kutipan itu dicukupan saja dan beralih kepada pembahasan tentang saya yang mau ngapain aja di tahun 2013 ini.
Setelah di tahun 2012 akhirnya tercemplung di dunia tulis menulis lebih dalam lagi dari tahun sebelumnya, maka di tahun ini tinggal meneruskan saja pekerjaan itu. Aktif nulis lagi, rilis buku lagi, dan apa ajalah yang berhubungan dengan tulis menulis. Tapi sebenarnya keinginan paling besar dari saya itu adalah bisa rilis album, baik itu solo maupun band. Karena keterbatasan alat buat rekaman dan banyak faktor lainnya jadi ya niat bikin album musik itu terus tertunda sampai di akhir tahun 2012 masih juga belum bisa rilis, kecuali rilis ep Tamankota. Dan ep Tamankota juga sebenarnya udah jadi duluan sebelum saya masuk jadi personil, jadi ya itu bukan pencapaian dari saya, tapi dari mereka (ke tiga personil Tamkot lainnya). Tapi ya semoga aja di tahun ini bisa rilis [lagi] apa yang [belum] saya [atau] masih jadi ganjelan tentang apa yang tidak terealisasi di tahun 2012 bisa di realisasikan di tahun ini. AMIN
Lalu apa lagi ya? Kalo berkata tentang pembenahan dari diri untuk jadi lebih baik di tiap tahunnya sih sudah pasti dan memang seharusnya, karena kita dikasih akal dan hati maka untuk bisa menjadikan itu sebuah harmoni dalam diri dan hidup yang dijalani adalah PR buat kita untuk jadi lebih baik. HAAH?? KITAA??
Baiklah sebelum tulisan ini menjadi sok bijak dan takut terkesan menggurui kiranya dicukupkan saja sampai disini. Yang mana daripada oleh karena apa yang tertera dan terasa oleh indera perasa yang adalah dalam artian tangan yang keriting karena mengetik adalah sesuatu yang diharamkan jika pada saat yang bersamaan ingin buang air. Air besar atau kecil kiranya tak perlu dibahas, cukup saya dan toilet rumah saya yang tau.
Oh iya terakhir sebelum ini di ujung batas pelepasan dari apa yang indera perasa itu tadi rasakan, penting untuk saya sampaikan tentang berita yang sekitar 30 menit yang lalu saya saksikan sebelum menulis ini, tentang wacana penghapusan bahasa daerah sebagai kurikulum di sekolah. Saya menyatakan keberatan saya tentang itu. Karena apa? karena bahasa daerah itu adalah bagian dari budaya yang harus tetap lestari sebagaimanapun globalisasi atau perkembangan jaman terus menjajah dan menggilasnya dengan semua yang berbau teknologi dan digital. Karena budaya adalah identitas bangsa, dan identitas bangsa itu sangat perlu karena bangsa yang tak punya identitas adalah bangsa yang kosong dan memprihatinkan. Sudah cukuplah saya malu terhadap bangsa ini dengan tingkah laku orang pemerintahannya, maka persilahkan seni dan budaya yang menyelamatkan muka bangsa ini. Dan jika bahasa daerah yang adalah bagian dari budaya ini akan dihapuskan, maka punah sudah harapan saya tentang bangsa ini sebagai bangsa yang besar yang kaya akan budaya nya.
Ya begitulah kira-kira tulisan ngalor ngidul ini. Apapun itu silahkan ditanggapi dengan hati yang hangat, sehangat teh yang saya sruput ini yang sayangnya harus segera saya habiskan karena keterdesakan akan panggilan pintu toilet yang melambai-lambai ingin segera diakrabi oleh saya.
Terima kasih sudah baca.
GRACIAZ BRIGH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar