Sabtu, 28 Februari 2015

STEREO BRIGHT, HARMONI SUARA DALAM MUSIK



Bandung, kamis 26 Februari 2015, bertempat di Butcher Bill Cafe, diadakan acara bertajuk “Stereo Bright”. Sebuah gigs yang menampilkan band-band yang memang digemari dan punya musikalitas yang baik seperti; Ellipsis, LittleLute, Ansaphone, Mustache and Beard, dan sebuah band dari luar kota Bandung Stars and Rabbit. 

Mungkin bukan tanpa alasan ketika memilih nama “Stereo Bright” untuk dijadikan judul pada acara malam itu. Perpaduan folk yang tenang dan santai bertemu dengan harmoni dua gitar ala postrock dan distorsi yang agresif dari band yang tampil, menguatkan pendengaran para penonton yang hadir malam itu untuk berada pada perbedaan karakter suara yang seakan berpindah dari telinga kiri ke kanan, lewat keintiman musik akustik konvensional dan “terintimidasi” lewat bebunyian digital synth modern. Sepintas mengingatkan pada konsep bermusiknya Hiroyuki Morikawa dengan projek musiknya yang bernama Organic Stereo.

Ada Ellipsis dan Ansaphone yang mengintimidasi lewat harmoni dua gitar ala postrock dan bebunyian digital synth modern tadi. Keduanya tampil agresif, terlebih untuk Ellipsis yang di malam itu menjadi pembuka di acara “Stereo Bright” ini. Dan untuk Ansaphone, berterima kasihlah karena band itu mempunyai drumer seperti Harry “Koi”, yang pada malam itu tampil prima, dengan semua skill bermain drumnya yang membuat musik Ansaphone terasa lebih hidup. 

Setelah dibuka dengan Ellipsis dengan progresi musiknya yang ciamik, acara dilanjutkan dengan “musik piknik” ala LittleLute. Kenapa musik piknik? Karena musik folk yang ditawarkan LittleLute berbanding lurus dengan gambaran nuansa piknik di sebuah taman, dengan nyanyian dan cerita ringan sehari-hari. Sedikit gimmick dialog “seolah sedang nelpon” ditengah lagu juga menarik dan makin menguatkan asumsi penonton jika LittleLute ini memainkan “Folk Story Telling” yang ringan dan membuat nyaman. 

Lalu ada Mustache and Beard yang hadir setelah “intimidasi” bunyi synth dari Ansaphone. Di awal penampilan Mustache and Beard ada sedikit kendala teknis di stage. Tapi pembawaan sang vokalis yang santai membuatnya jadi baik-baik saja. Saking santainya disisipi pula jokes ringan sebagai jembatan yang menandakan dimulainya penampilan mereka. 

Jika LittleLute bisa digambarkan dengan nuansa piknik lewat musik folk mereka. Maka Mustache and Beard bisa digambarkan sedikit bernuansa karnaval lewat musiknya. Mereka bisa membawa dinamika yang naik turun dalam penampilannya. Mereka bisa begitu ramai dengan nuansa karnaval tadi, namun juga bisa tampil syahdu dengan balutan alat musik tiup flute yang membuat mood penonton ikut hanyut dalam lagunya. Sekali lagi, kredit lebih untuk sang vokalisnya. Selain bisa membawa mood penonton, dia juga bisa memainkan ragam alat musik, yang membuat isian musik Mustache and Beard semakin berwarna pada malam itu. 

Penampil terakhir adalah yang ditunggu-tunggu pada malam itu. Tak lain dan tak bukan, mereka adalah Stars and Rabbit. Duo Elda dan Adi a.k.a Stars Rabbit, pada malam itu tampil bertiga dengan tambahan seorang pemain keyboard sebagai additional player mereka. Sedangkan Adi selain bermain gitar, dia juga memainkan bass drum untuk menguatkan pada isian ritmis musiknya. 

Lalu sang vokalis Elda? Maha benar dia dengan segala talenta dan keunikan suara dia yang khas. Gilanya, keindahan suaranya tetap konsisten dari awal mereka bermain sampai lagu terakhir. Tidak sedikitpun kualitas vokalnya Elda yang menurun. Dia tampil aktraktif seperti biasanya dengan bahasa tubuh dan kekhasan gayanya. Selain itu dia juga tampil memainkan alat musik berupa tamborin dan alat perkusi serupa jimbe, namun dengan ukuran yang jauh lebih kecil. 

Setelah membawakan lebih kurang lima lagu, Stars and Rabbit menutupnya dengan sebuah encore lewat lagu “Worth It”. Adanya encore pun menjadi sangat wajar karena penonton sepertinya betah berlama-lama, dan larut dengan apa yang ditampilkan Stars dan Rabbit. Apalagi setelah terakhir mereka manggung di Bandung setahun yang lalu, membuat penikmat karya mereka di Bandung rindu menyaksikan mereka, lagi, dan lagi. 

Jika pengertian suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat melalui sebuah medium, maka lewat musik perpaduan suara dan harmoni yang disuguhkan di Stereo Bright tadi adalah medium yang baik, untuk menghantarkan kolaborasi indah lewat musik akustik dan digital.

Foto : Eko


Tidak ada komentar:

Posting Komentar