Terima kasih untuk waktu luang yang saya punya (padahal ini dikejar deadline, tapi saking pusingnya lebih memilih rebahan santai hahaha), sampai akhirnya bisa santai nonton youtube di handphone. Secara random sampai lah saya menonton interview nya Project pop. Karena hal itu jadi nonton lagi video klip video klip nya, live nya, dan kepoin masing-masing personilnya. Gila ternyata, super salute sama grup ini. Saya pikir mereka masih bisa bersenang-senang dengan materi lagu dan pembawaannya yang memang mengedepankan hiburan di dalamnya. Mulia banget, 26 tahun masih konsisten dengan niat awal untuk menghibur dengan karyanya.
Saya pikir grup ini solid banget.
Timbul rasa iri yang cukup besar dari saya pada kekompakan grup ini hahaha. Jadi
mikir flashback. Dari zaman SMP keinginan terbesar saya itu ngeband. Punya grup
musik yang bisa kompak dan konsisten bermusik sampai tua. Bisa hidup dari
musik. Tapi ya namanya juga harapan, kadang tidak selalu sesuai dengan
kenyataan. Tapi tetap saya syukuri, karena nyatanya sampai hari ini saya masih
berhubungan dengan dunia musik, tepatnya menulis tentang musik.
Zaman dulu saya suka terlalu
banyak menaruh harapan dengan band. Entah sudah berapa kali saya bikin band dan
berakhir bubar. Keinginan itu makin bertambah gede banget waktu SMA pas ketemu
sama band Shinichi. Itu kerasa banget solid karena kita semua selain ngeband juga
nongkrong bareng, bahkan dengan beberapa orang personil di band itu satu
kostan. Sayangnya band ini bubar tanpa sempat membuat karya sendiri.
Setelah itu ngeband dengan Minority
(yang mana personilnya merupakan sebagian personil Shinichi), kecuali
vokalisnya, Rizal atau Jay. Band ini berkesan banget buat saya dan untuk
pertama kalinya bikin lagu sendiri dan ngerasain rekaman di band ini. Dulu
ngerasa yakin banget bisa sukses dengan band ini. kita punya materi lagu yang
menurut kita ok dan dua gitaris keren, Lukman sama Marsha. Terutama Marsha,
karena dia itu gitaris cewek yang menurut kita skill main gitarnya keren
banget, ditambah waktu itu style nya juga keren. Dengan gaya tomboy yang kemana
mana pake jaket kulit hahaha.
Lucunya, ternyata persona ‘anak
punk’ yang pengen kita (saya, jay, dan bean) bawa di band ini rupanya tidak
sejalan dengan dua gitaris ini yang bisa dibilang ‘sekolahan’ banget. Wajar,
karena sebenarnya kita ketemu dan bikin band memang pas kita lagi sekolah di
sekolah kejuruan musik. Nah dua orang yang bisa dibilang ngga terlalu suka
dengan musik sekolahan banget itu adalah saya dan bean, yang waktu itu senengnya
sama lagu lagu melodic punk. Sedangkan Marsha ke klasik (ternyata jaket kulit
yang selalu dia pakai tidak menjamin dia suka punk ahahaha), dan Lukman yang
lumayan into sama progresif rock. Ya nyekill lah istilahnya. Dititik itu kita
ngga ketemu.
Akhirnya Minority hanya
menyisakan tiga orang saja di dalamnya, yakni saya, bean, dan jay. Sebagai informasi
saja, bean dan jay ini adik kakak. Jadi setiap hari kita latihan band di rumah
mereka. Kadang kalau ada uang lebih kita nyewa studio. Seru banget rasanya
waktu itu. Tiap hari cuma band band an, bikin lagu, rekaman, sama banyak hal
yang hampir semuanya dilakukan di rumah jay dan bean. Makanya pas beberapa
waktu lalu mama mereka meninggal itu sedih banget. Sepanjang masa sekolah
mungkin separuhnya saya habiskan di rumah mereka. Jadi udah kaya keluarga.
Lagi-lagi saya menaruh harapan sangat besar di band. Apalagi mengingat kedekatan kita kaya keluarga (kalo bean dan jay mah emang keluarga sih ya). Tapi lagi-lagi band harus bubar. Banyak faktor sebenarnya, dari mulai arah musik yang mulai berubah sampai obsesi bean pengen jadi rockstar hahaha yang membuat jay dan saya kurang bisa mengikutinya. Sedihnya sejak saat itu hubungan juga mulai renggang, sampai akhirnya kembali cair pas saya dan bean ngeband lagi di band Cherry Berry. Sayangnya, band ini kembali bubar. Saya malah milih cabut duluan karena waktu itu lumayan realistis juga buat cari kerjaan lain di luar band, karena sayangnya band saat itu belum bisa menghasilkan uang.
Disela-sela kerjaan saya ngeband
lagi bareng adik saya, Egi dan temannya, Wisnu. Bertiga kita suka banget sama
Mocca waktu itu. Untuk saya pribadi, arah musiknya juga sudah tidak punk punk
an lagi dan lagi seneng-senengnya Swedish pop. Dari sana saya ajakin teman
saya, Phili buat jadi vokalis di band itu. Kenal sama Phili juga soalnya dulu
saya pernah ngeband bareng adiknya, Ines dan Galih (sekarang jadi drummer di
OVJ hahaha). Nama bandnya Cookies Monster. Era nya barengan sama Cherry Berry. Jadi
pada waktu itu saya punya dua band, Cherry Berry dan Cookies Monster. Garetek yes
namanya hahaha. Zaman zaman kaos monster warna warni yes hahaha.
Oh iya band saya, egi, wisnu, dan
Phili itu namanya Elsi Likes Tree. Lumayan pernah manggung beberapa kali dan
rekaman dua lagu. Di band itu harapan saya mulai datang lagi nih buat hidup
dari musik, karena melihat respon pendengar lumayan bagus di dua lagu yang udah
kita rilis itu. Tapi, ya lagi-lagi harus bubar, karena banyak hal. Itu tahun
2010-2011. Sampai akhirnya tahun 2012 saya diajakin ngeband sama Ebbie,
vokalisnya Tamankota.
Kenal Ebbie di facebook sebenarnya, dan pas waktu itu dia pernah ikut latihan sebagai gitarisnya Elsi Likes Tree. Ebbie ini anaknya indies banget hahaha dan skill dia bikin lagu canggih banget. Lagunya banyaaak banget. Main musiknya enak dan vokalnya juga bagus. Ebbie kemudian membawa saya ke rumahnya. Disana saya ketemu Ega (yang ternyata adalah adik ebbie) dan Jamil, yang ternyata teman saya satu sekolah (cuma beda angkatan). Dulu sih mikirnya ini the dream team. Skill musik mereka canggih-canggih semuanya. Tapi bukan typical yang jago kaya di sekolahan musik. Pokoknya cara mereka main musik itu enak lah. Ebbie jago bikin lagu, jamil punya tangan ‘tuhan’ pas megang gitar, dan Ega yang main drumnya itu enak banget (apalagi kalo dia udah mainin hi hat nya). Materi lagu band ini juga bagus banget. Bahkan sebelum saya gabung dengan band ini, saya udah ngefans duluan dengan tamankota.
Dengan potensi musik yang sebesar
itu sayangnya band ini sering ketimpa sial, terlebih dengan beberapa penampilan
kami yang seringnya kacau. Salah satunya kadang berasal dari Jamil yang terlalu
banyak mabuk sampai mainnya berantakan hahaha. Bahkan pernah di satu acara Jamil
mabuk parah sampai lupa mainin lagu sendiri. Disana ebbi inisiatif matiin ampli
gitar Jamil. Waktu itu Jamil turun dan menonton di bawah panggung. Pulang dari
sana mulai deh berantem hahahaha. Alhamdulillah tapi sekarang Jamil udah hijrah
dan ngga suka mabuk lagi hehehe, aamiin.
Saya menaruh harapan sangat besar di band ini. ya gimana ngga, band sekeren ini, dengan materi lagu yang keren keren rasanya saya cukup percaya diri buat bisa muncul ke permukaan dan hidup dari musik dengan band ini. namun, mungkin cuma saya saja yang berpikir seperti itu, karena yang lain sepertinya tidak hahaha. Terutama Ebbie sih kayaknya, yang dari awal memang tidak terlalu menginginkan band ini besar, meskipun respon dari banyak orang bagus bagus semua akan materi band ini. kayaknya waktu itu sering juga menolak tawaran manggung karena ebbie tidak nyaman dengan ‘panggung panggung besar’, dan hanya ingin manggung di acara komunitas dengan skala kecil. Barudak sarah records banget hahahaha peace.
Singkatnya band itu bubar, sampai
akhirnya saya, ebbie, dan Ega bikin band lagi dengan nama Clubwater. Lucunya, Clubwater
pernah manggung dengan formasi, saya (bass), ega (drum), ebbie (vokal/gitar),
dan Jamil (gitar). Yup, dulu segedeg gedegnya kita sama Jamil sayangnya kita
harus mengakui kalau yang paling pas ngisi gitar di band itu cuma Jamil. Maka waktu
itu konsepnya Clubwater ft Jamil ‘tamankota’ hahaha, aneh pisan. Itu sekitar tahun 2013, dan di tahun yang sama kita memutuskan untuk vakum.
Sekitar tahun 2018 Clubwater ngeband
lagi dan saya ikut gabung lagi. Sempet beberapa kali latihan dan bikin beberapa
lagu, sampai akhirnya saya kurang dapat feel nya dan kurang bisa bagi waktu
antara kerjaan di kantor dengan ngeband. Dan itulah (tahun 2018 itu) terakhir
kalinya saya ngeband. Sampai sekarang tidak pernah tergabung dengan band apapun
(ada sih di kantor, tapi itu cuma iseng aja).
Balik lagi ke Project Pop. Gila
sih kalau sampai ada grup yang bisa bertahan sampai 26 tahun dan masih dengan
persona yang sama ketika mereka pertama kali muncul. Masih sama sama
menyenangkan dan lagu-lagu yang mengedepankan hiburan sebagai pondasi utamanya.
Sirik banget sebenarnya hahaha. Karena punya grup musik itu impian saya sejak
zaman ABG. Mungkin masih ada keinginannya mah sampai saat ini, tapi kayaknya bingung
juga cara mewujudkannya gimana (padahal saya kerja di sebuah media musik)
hahaha.
Ya ga tau sih ya rencana Allah
kedepannya gimana. Dibilang betah kerja di kantor sekarang ngga juga, dibilang
ngga betah, ya dibetah betahin aja. Udah lima tahun juga kerja disana hahaha. Cape
sih iya, dan kadang kalo lagi suntuk dan cape kerja suka ngelamun “seru kali ya band band an hahaha”. Ya ga tau juga lah ya. yang penting mah saya
kerja biar bisa menjemput rejeki yang sudah disiapin sama Allah. Udah punya
anak dua juga. Ga berani yang aneh aneh. Pengennya mah kerja yang bener, jadi
suami dan ayah yang baik. Waduh garing kieu hahaha.
Yaudah deh ya, udah dulu curhatnya, mau berkutat lagi sama deadline kerjaan. Semoga kita semua mendapatkan apa yang kita inginkan dan menemukan apa yang kita cari. Big Love.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar