Sabtu, 27 September 2014

CERMIN PECAH



Aksara Rasa Resah
17 June 2014 at 23:52

Seandainya ini tidak terbaca seperti ini, mungkin kita masih punya banyak waktu untuk tertawa menertawakan mimpi ayahmu yang bertemu John Lennon. Seandainya kamu ga terlalu banyak baca, kita masih punya banyak waktu untuk tertawa. Kamu tuh lucu kalo lagi goblok. Udah deh gausah pengen pinter. Sok-sokan menganalisa apa itu punk, anarki, indie. Kamu ingat pas kita bawain lagu Green Day? gitar kemana nyanyi kemana. Seandainya kita tidak tahu caranya main musik itu seperti apa, mungkin sampai saat ini main musik masih menyenangkan untuk kita.

Berisik
23 June 2014 at 21:12

Lima menit setelah ini tidur. Setelahnya bangun. Semoga kita lupa pernah saling menyakiti. Setidaknya kita pernah memaki atau bermain hati. Jika saja bisa tertidur tanpa bermimpi, atau terbangun tanpa mencaci. Apalagi sampai mencaci pagi. Kita semua rentan dibenci dan membenci, disakiti dan menyakiti. Jika saja harafiah manusia sebagai penggembira saja, maka itu jadi pengecualian. Tapi kan kita sombong dan egois, berambisi dan menghabisi. Jadi tak heran sampai pada akhirnya kita mati, tanah yang sering kita injak berbalik menelan kita. Itupun masih terdengar berisik. Maka sunyi adalah omong kosong rekaan manusia dalam kata. Sama seperti senyum simpul frase digital layar datar. Kosong.

929
27 June 2014 at 09:52

Asap dan persegi toska dalam riuh ambience berisik beranda buku muka. Sabtu murni dengan karya lawas berjudul diam di hari jumat yang tidak libur. Satu hari sebelum sidang isbat yang menghabiskan ratusan juta untuk setiap agendanya. Meneruskan apa yang biasanya dipikirkan tentang betapa indah menjadi atheis dan apatis. Setidaknya untuk merasa tenang tanpa perdebatan mana yang paling benar.

Retorika Piring Cantik Dan Termos Berwarna
29 July 2014 at 20:54

Memaksakan masturbasi tanpa suguhan ilusi bintang televisi. Harakiri yang tak sampai titik putus nadi. Seperti retorika yang hanya suguhan tanpa isi. Apa kenyang hanya memandang gambar mie instan? Bahkan secangkir kopi pahit tidak lebih hambar dari ucapan mantan pacar di hari lebaran. Udahlah nyet lo udah punya orang. Kecuali sepiring kari ayam kamu suguhkan. Sebenarnya aku ini murahan selama perut masih bisa kenyang. Setidaknya aku butuh alasan untuk mengantuk. Jika saja aku terjaga dan lapar, aku takut jadi berang. Kebayang ga kalo aku jadi berang dan ingin jadi presiden? Kaya cerita di negeri seberang. Semua berawal dari cinta yang tak karuan. Memangnya enak dikebiri, begitu katanya. Begini kataku.

Bisa Aja Nih Mama Dedeh
25 September at 06:15

Kamu jangan lupa makan ya, nanti mati. Dan ibu-ibu se-Indosiar pun tertawa. Studio pecaaaaaah!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar