Jumat, 12 Oktober 2012

Ketika Tuhan Tersenyum Melihatmu Menangis Rindu Padanya

Mulai banyak mencari tau tentang arti dari arti, harfiah dari harfiah hidup. Untuk apa hidup, hidup untuk apa, dan apa sih hidup? Apa yang membuat kita lebih hidup? ketika jiwa mulai kosong, apa kita masih hidup? mungkin pertanyaan seperti itu teruuuus saja setiap hari kamu dengungkan di pikiran kamu yang masih terus saja mencari arti yang paling hakiki dari sebuah keresahan akan kekosongan jiwa yang tak lagi terisi dengan nilai-nilai ketuhanan, mungkin ga tau juga. Tapi itu yang kamu bilang ke aku ketika kamu bilang kamu menangis rindu akan Tuhan.

Kamu mungkin pernah mengklaim kamu agnostik, menganggap Tuhan adalah logika yang harusnya bisa dicerna dengan pikiran atau nalar kita yang sebenarnya terbatas dengan semua rahasia yang Tuhan teka-teki kan. Kita bisa apa dengan semua kehebatan yang Dia punya. Kita bisa menyangkal apa jika nyata nya udara yang kita hirup setiap harinya adalah hadiah yang tak terbatas yang Dia kasih untuk kita. Coba jawab dengan logika jika tuhanmu logikanya

Sebelum kamu bilang kamu seorang agnostik, aku sudah sering berhubungan dengan orang-orang seperti itu. Satu kesimpulan yang aku ambil ketika seseorang menjadi atheis, agnostik dan tak bertuhan adalah tentang agama yang menurut mereka dongeng yang tak berkesudahan. Akupun pernah menganggapnya demikian. Merasa apa yang diajarkan sedari kecil tentang Islam adalah dongeng semata. Lepas dari semua itu sebenarnya Tuhan itu sangat personal, sangaaaaat personal, artiannya jauh lebih luas ketika seseorang mengklaim dirinya islam, kristen ,budha, hindu, dan bahkan tak beragama. Tuhan tidak selayaknya diperdebatkan kehadirannya lewat apa yang diyakini seseorang melalui agamanya. Tuhan juga tidak selayaknya dikerdilkan kebesarannya lewat propaganda media televisi yang menjual Tuhan untuk sebuah produk. Mana mungkin Tuhan bisa sekecil itu secara artiannya. Tuhan tidak dikenalkan dengan cara propaganda, tapi Dia hadir ketika kita ada di titik bawah dan hilang arah. Tuhan tidak layak pula dikerdilkan dengan artian yang pemarah. Jika kita melakukan kesalahan maka dia murka dan menghukum kita. Padahal sebenarnya Tuhan adalah maha pencinta, pengasih dan penyayang. Sejatinya kesalahan memang selalu kita lakukan secara sadar atau tak sadar. Maka itulah setiap harinya kita belajar, Tuhan sabar dengan kapasitas pemikiran kita mencerna sebuah makna akan kehadirannya yang pada akhirnya kita rindukan. Setelah kita lelah dengan logika kita yang sekeras apapun menyangkal kehadirannya, toh pada akhirnya kita akan menemukan titik dimana kita sendirian dalam sebuah kamar kosong menatap tembok dengan penuh kegamangan, ada dalam renungan “sedang dimana kita?”, “apa tuhan melihat kita ketika kita menangis karena rindu kepadanya?”

Seperti yang aku bilang waktu itu, jika hidup adalah kematian yang tertunda, maka kematian adalah kehidupan sebenarnya. Jika kita percaya ada kehidupan setelah kematian maka kemana kita akan bersandar jika bukan padaNya. Jika hal yang tak kasat mata sepertiNya kita matikan, lantas apa yang tersisa. Dunia pasti hancur, aku pasti akan mati, kamu juga pasti mati, lantas apa setelah itu? Adakah logika bisa menjawabnya?

Percaya deh Tuhan tersenyum ketika kamu menangis rindu padanya, dia memelukmu dalam damai ketika subuh itu kamu bilang rindu padanya. Jika kamu ada dalam damai ketika merasakan kehadirannya, maka apa kau akan melepaskanNya lagi? logika teralu rumit untuk bisa menjelaskan semua hal yang tak tampak mata, maka biarkan Iman yang menengahi nya.

Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini hanya menuliskan apa yang aku rasakan selama ini tentang Tuhan. Tuhan dalam artian yang sebenarnya aku sembah, bukan tuhan tuhan lainnya yang ingin aku bunuh. Berhala seperti uang, haus pujian, kesombongan betapa kita terlalu pintar untuk tunduk akan kebesaranNya. Itulah tuhan yang ingin aku bunuh.

Aku sama sepertimu. seorang yang terus belajar sampai kapanpun, seorang yang haus akan makna tentang kata apa, untuk apa, kenapa, seorang yang ingin sekali merasakn kedamaian, seorang yang ingin sekali bahagia dalam artian sebenarnya tanpa hahahehe yang membingungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar