Sabtu, 21 Maret 2015, bertempat di Rahong Camping Ground Pangalengan, diadakan acara bertajuk Summer And Rain. Sebuah acara dengan konsep alam terbuka, yang memadukannya dengan musik. Acara ini sendiri sebenernya sudah dijadwalkan dari bulan Desember tahun 2014 kemarin. Namun karena satu dan lain hal, jadi diundur bulan Maret sekarang.
Sebelumnya, sekitar pukul 9 pagi, para peserta (sebutan untuk para penonton di acara ini), berangkat dari jalan Gudang Utara Bandung menggunakan bus ke Pangalengan. Sampai sekitar pulul satu siang, para peserta baru sampai di lokasi, setelah sebelumnya ada salah informasi antara si panitia dan supir bus, yang membuat si bus salah lokasi dan muter balik ke lokasi yang sebenarnya.
Sampai di lokasi, para peserta disuguhi penampilan dari LittleLute. Sebuah band yang menyuguhkan nuansa piknik, dengan karakter musik dan lirik, yang jika sedikit menarik kesimpulan untuk menamakan musik mereka story telling folk. Lengkap dengan gimmick sang vocalis Dea yang telponan dengan salah satu personil lain, untuk menguatkan isian lagu yang memang banyak bertutur dengan gaya bercerita.
Sementara itu, di lokasi tempat berjejernya tenda-tenda untuk peserta, beberapa diantaranya ada yang masih kebingungan mencari tendanya, karena kurang kordinasi dengan panitia. Di beberapa tenda ada yang kosong, namun sudah bertuliskan “reserved”. Ada juga tenda dengan kapasitas 6 orang, namun hanya diisi 3 orang, dan sebaliknya. Sedikit menyoroti soal tenda yang nantinya akan dijadikan tempat beristirahat para peserta, harusnya ini bisa dikondisikan dengan baik, karena para peserta sudah membayar, dan mereka berhak mendapat haknya juga.
Kembali ke panggung, band selanjutnya yang tampil masih menghadirkan nuansa folk, yang membuat mood acara jadi datar dengan dinamika yang sama. Sampai akhirnya grup musik Pemandangan tampil “menyelamatkan” acara keluar dari mood yang datar tadi. Amenkcoy dan kawan-kawan tampil sangat bersahaja dan sederhana, dengan musik dan candaan mereka yang segar. Dari mulai pengantar tiap akan dibawakannya lagu, sampai beberapa kesalahan diatas panggung yang ditanggapi santai oleh mereka.
Ditengah-tengah lagu yang dibawakan oleh grup musik Pemandangan, hujan mulai turun di lokasi acara berlangsung. Lucunya, meskipun hujan tapi grup musik Pemandangan tetap main, dan menyuruh peserta naik ke panggung untuk nyanyi bareng. Suasana pun semakin intim karena tidak adanya jarak antara si artis dan pesertanya itu sendiri.
Setelah grup musik Pemandangan menyelesaikan penampilannya, acara dihentikan karena hujan yang cukup deras. Peserta yang belum mendapatkan tenda masih kebingungan, apalagi dengan keadaan hujan mulai turun dan mereka mulai kedinginan. Pihak panitia yang dimintai keterangan pun tampak kebingungan dan tidak memberikan solusi yang baik. Akhirnya peserta yang belum mendapatkan tenda berteduh seadanya ditempat random selama beberapa jam sampai hujan reda, menunggu acara dilanjutkan kembali.
Untungnya para pengisi acara yang tampil setelah hujan bagus-bagus, dengan menghadirkan dinamika yang lebih berwarna dan mood yang tidak lagi datar seperti sebelumnya. Beberapa diantaranya ada Teman Sebangku, Anjing Balada, Rusa Militan, dan Flukeminimix yang berhasil “menghangatkan” malam itu yang dingin. Para penampil hadir dengan kekhasannya yang kuat. Ada Teman Sebangku yang berhasil membuat lagu Iwan Fals terdengar seperti miliknya, lalu Anjing Balada dan Flukeminimix yang tampil maksimal dengan performanya. Bahkan vocalis Anjing Balada sampai membuka pakaiannya (hanya menyisakan dalamannya saja) disaat dia tampil memanaskan suasana malam dingin di pangalengan yang hujan.
Masih ingat soal tenda yang dibahas diatas? Persoalan itu masih berlangsung sampai dini hari untuk beberapa peserta, yang belum juga mendapatkan tempat mereka beristirahat. Sampai akhirnya beberapa dari peserta ada yang mendapatkan tenda dari band-band yang tampil. Salah satu band yang berbaik hati berbagi tendanya untuk peserta yang kedinginan adalah Flukeminimix. Tidak hanya tenda saja, mereka juga berbagi sleeping bag untuk beberapa peserta.
Kejadian seperti ini sebenernya tidak akan terjadi jika ada persiapan dan kordinasi yang baik dari panitia. Namun dilain sisi, melihat adanya kepedulian dari si penampil (dalam hal ini Flukeminimix), sebagai rasa terima kasih mereka, karena para peserta sudah meluangkan waktunya untuk menonton penampilan mereka. Disatu titik hal ini menjadi sedikit emosionil karena kepedulian si penampil akan nasib peserta, yang entah bagaimana jika saja tidak diberikan tenda oleh mereka. Udara Pangalengan yang dingin ditambah hujan menembus tulang, yang bukan tidak mungkin bisa membuat para peserta sampai hypotermia misalnya. Harga tiket 280 ribu menjadi sia-sia dengan penanganan yang seperti itu. Ditambah beberapa peserta ada yang tidak mendapat kaos, yang seharusnya mereka dapat ketika menukar tiket.
#nowplaying Slank..............dimalam yang dingin dan gelap sepi......
Setelah malam yang dingin, hari berganti jadi pagi. Penampil pertama di acara Summer and Rain hari kedua ini adalah Tetangga Pak Gesang. Menariknya mereka tampil tidak di panggung, tapi berbaur dengan para peserta. Menciptakan nuansa piknik penuh keakraban. Mereka juga tidak menggunakan pengeras suara seperi mic dan ampli untuk sound musiknya. Sesederhana mereka bernyanyi di taman di minggu pagi yang cerah. Suasana intim ini makin meriah dengan kedatangan Mr Sonjaya dan Sarita dari Teman Sebangku, yang sengaja didaulat untuk berkolaborasi dengan Tetangga Pak Gesang.
Tidak seperti hari pertama, sound yang keluar di hari kedua ini lebih baik dan rapih. Band-band yang tampil menunjukan kualitas musik dengan tata suara dan penampilan yang baik. Ada Spring Summer dengan funk nya, Under The Bright Yellow Sun dengan post rock nya, lalu ada Mr Sonjaya, Deugalih, sampai Parhyena dengan folk, yang dalam istilah sang vocalisnya Sandy menggambarkannya sebagai folk lokal, yang dekat dengan budaya sehari-hari (dalam hal ini budaya sunda). Ini dibuktikan Parahyena dengan memasukan lirik berbahasa sunda ke dalam lagunya.
Sore hari hujan kembali turun ketika L’Alphalpha tampil diatas panggung. Namun meskipun hujan tidak menyurutkan minat peserta menyaksikan L’Alphalpha. Mereka nonton dengan memakai jas hujan ataupun terpal untuk melindungi tubuh mereka. Sampai akhirnya hujan berlangsung sampai malam.
Summer and Rain adalah event mendengar hujan dan merasakan musik (sengaja dibalik) yang sebenarnya bisa menarik, hanya saja kali ini bukan dimusim yang baik. Tapi menyalahkan event karena hujan juga jadi naif, karena harusnya bisa diatasi. Semoga dikesempatan berikut semuanya lebih baik, dari mulai persiapan sampai antisipasi penyelenggara. No hurt feeling, hanya saja penonton punya hak untuk mendapatkan pelayanan yang pantas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar