Cerita bisa berawal dari mana saja, bisa dari satu kotak kenangan masa remaja yang coba ditulis ulang seperti halnya Pidi Baiq dengan karya Dilan nya, atau bisa dari sepiring mie goreng yang barusan saya buat, dan merupakan mie goreng terakhir yang saya makan tahun 2018 ini. Besoknya, ketika saya makan mie goreng lagi, maka itu akan menjadi mie goreng pertama saya tahun 2019. Dan begitu seterusnya, ketika saya pipis maka itu akan menjadi pipis pertama saya, ketika saya mandi, maka itu akan jadi kali pertama saya mandi di tahun 2019. Intinya, semua hal yang saya lakukan besok, akan menjadi hari pertama saya di tahun 2019.
Bicara tentang kali pertama, tahun 2018 ini untuk pertama kalinya saya jadi bapak, setelah pada akhir tahun 2017 saya jadi seorang suami, untuk pertama kalinya (dan semoga tidak ada untuk kedua kalinya. Amin. I love u ibu). Dua hal itu menjadi yang paling menyita pikiran saya, pas jadi suami iya, pas jadi bapak juga iya. Waktu jadi suami, saya yang memilih istri saya untuk jadi pendamping hidup saya, tapi waktu saya jadi bapak, saya tidak memilih anak saya, tapi tuhan yang memilih saya untuk menjadi bapaknya anak saya. Tanggung jawabnya berat, dan tidak pernah satu hari pun saya berhenti mikirin tanggung jawab ini, dimana saya harus bisa mastiin anak saya baik-baik saja, walaupun sayangnya tidak.
Menjelang akhir tahun 2018 ini, anak saya masuk rumah sakit untuk ke dua kalinya, setelah yang pertama harus dikasih sinar karena kuning (atau menurut istilah medisnya disebut jaundice, yang disebabkan karena penumpukan bilirubin yang belum terkonjugasi (pigmen warna yang dihasilkan akibat pemecahan hemoglobin di sel darah merah), dan yang kedua karena infeksi bakteri sampe menyebabkan anak saya panas tinggi. Diantara kegagalan-kegagalan yang pernah saya rasakan, saya pikir tidak lebih menyakitkan dibanding pas anak saya masuk rumah sakit. Gagal memastikan dia baik-baik saja tentunya jadi pukulan berat buat saya dan istri. Belum lagi hal itu bertambah rumit ketika memikirkan masa depan dia, tentang kesehatannya, pendidikannya, hobinya, dimana semuanya harus bisa saya akomodir sebelum dia benar-benar sanggup melakukan segala hal sendiri, seperti apa yang dibilang Iwan Fals dalam lagu “Nak” yang berbunyi “engkau lelaki, kelak sendiri”.
Menjelang akhir tahun 2018 ini, anak saya masuk rumah sakit untuk ke dua kalinya, setelah yang pertama harus dikasih sinar karena kuning (atau menurut istilah medisnya disebut jaundice, yang disebabkan karena penumpukan bilirubin yang belum terkonjugasi (pigmen warna yang dihasilkan akibat pemecahan hemoglobin di sel darah merah), dan yang kedua karena infeksi bakteri sampe menyebabkan anak saya panas tinggi. Diantara kegagalan-kegagalan yang pernah saya rasakan, saya pikir tidak lebih menyakitkan dibanding pas anak saya masuk rumah sakit. Gagal memastikan dia baik-baik saja tentunya jadi pukulan berat buat saya dan istri. Belum lagi hal itu bertambah rumit ketika memikirkan masa depan dia, tentang kesehatannya, pendidikannya, hobinya, dimana semuanya harus bisa saya akomodir sebelum dia benar-benar sanggup melakukan segala hal sendiri, seperti apa yang dibilang Iwan Fals dalam lagu “Nak” yang berbunyi “engkau lelaki, kelak sendiri”.
Selain itu, tahun 2018 masih berjalan seperti biasanya. Untuk urusan karir tidak ada pencapaian yang siginifikan, dimana saya masih betah nulis di perusahaan yang sama, dengan dihantui kuota dan deadline setiap harinya. Satu hal yang cukup berkesan tahun 2018 ini paling ketika saya jadi bagian dari keluarga besar istri saya, dan istri saya yang jadi bagian dari keluarga besar saya. Entahlah, karena pada dasarnya mungkin saya emang orang rumahan yang senang kumpul sama keluarga, jadi ketika ada ‘orang lain’ yang akhirnya jadi bagian dari keluarga itu rasanya menyenangkan. Saya selalu suka setiap istri saya nginep di rumah ibu saya, apalagi sekarang ada anak saya, yang jadi hiburan kami sekeluarga.
Kemudian saya nyoba inget lagi apa yang membuat 2018 ini berkesan selain karena kelahiran anak saya. Mungkin pas tur di beberapa kota buat liputan, lumayanlah menyenangkan, terutama pas nerima whatsapp honor liputan udah cair. Entahlah, makin hari saya semakin ingin menarik diri dari banyak orang, soalnya tidur-tiduran di rumah seharian bareng istri dan anak jadi tawaran paling menggiurkan dibanding pergi jalan atau nongkrong. Setidaknya buat saya. Ga tahu istri saya. Mungkin dia mah udah ga tahan pengen beredar, mengingat sebelum anak berusia enam bulan mau ga mau dia harus bisa standby di rumah, memastikan anak kami baik-baik saja, cukup perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
Banyak hal saya pikir sudah tidak menarik, bahkan musik yang saya cintai dari dulu. Nonton konser musik males, ngeband males, sampe dengerin musik juga males. Walaupun sayangnya harus saya lakukan setiap hari, mengingat kerjaan saya itu nulis musik, dari mulai bikin review sampe interview. Entahlah, yang belakangan sering saya pikirin itu punya rumah yang nyaman, internet kenceng, kasur dan sofa yang nyaman, dan cukup bagi saya tidak melakukan apapun selain ngulet bareng anak saya seharian. Tahu-tahu ada tawaran nulis novel, laku, banyak uang, dan uangnya saya belikan kasur dan sofa lagi, biar makin kuat alasan saya ngulet bareng anak. Eh tapi anak saya harus aktif. Belajar banyak hal biar bisa melakukan banyak hal. Jangan kaya bapaknya yang kebanyakan mikir dan nganalisa sampe sering kebingungan mesti ngapain selain nulis. Untungnya rejekinya ada disana, jadi meski sering bengong ga jelas, ketika itu dituangkan dalam bentuk tulisan hasilnya jadi bisa buat hidup sehari-hari. Ga tahu kenapa saya itu suka banget bengong..........tuh tadi aja bengong. Atau bahasa kerennya, saya ini lagi menjalankan filsafat hidup tentang art of doing nothing.
Apalagi ya? Udah aja kayaknya, males juga, setiap hari nulis, hiburannya nulis juga. Kaya sekertaris desa aja nulis mulu. Intinya, semoga tahun 2019 nanti semua jadi lebih baik, dari kesehatannya, keuangannya, keimanannya, dan ke ke ke lainnya. Terima kasih untuk siapapun yang membaca ini, terlebih kalau kenal dengan saya, dan pernah saya repotkan pas saya minta tolong buat bantuin saya. Dari mulai tenaga, pikiran, materi, dan waktunya. Makasih ya. Semoga Allah membalas semua kebaikannya.
Bandung, 31 Desember 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar