Bulan Juni ini, Ammar alias si
koko kecil anak saya menjalani hari-hari terakhir di sekolah. Lucu sih kalo
inget lagi awal mulanya dia bisa sekolah, padahal umur dia masih tiga tahun dan
secara usia belum terlalu cukup masuk usia sekolah. Tapi tentu saja bukan tanpa
perhitungan dan alasan yang jelas sampai akhirnya saya memasukan dia ke
sekolah. Ada hal-hal yang menjadi keputusan bersama antara saya dan istri
sampai akhirnya memasukan dia ke sekolah.
Saat itu Ammar divonis speech
delay hingga diharuskan menjalani terapi bicara. Beberapa kali terapi di rumah
sakit dan kami rasa perubahannya kurang signifikan, karena ternyata yang lebih
si kocil butuhkan itu interaksi sosial. Maklum di rumah dia hanya berinteraksi
dengan papa dan mama nya saja. Karena hal itu kami pikir sekolah menjadi solusi
karena disana tentunya akan ada banyak anak-anak kecil lainnya yang bisa
menstimulus dia untuk lebih lancar berbicara.
Alhamdulillah sedikit demi
sedikit perkembangan Ammar mulai terasa, di mana dia mulai lancar berbicara dan
berinteraksi dengan orang lain. Menariknya lagi dia mulai bisa membuka diri
terhadap orang lain, dari yang tadinya pemalu jika berhadapan dengan orang
lain. Kalau untuk skill lainnya seperti menggambar, mewarnai, atau serangkaian
kegiatan di sekolah lainnya hal itu tidak menjadi prioritas saya dan saya
anggap bonus kalau si kocil ternyata bisa mengerjakannya. Alhamdulillah nya dia
bisa dan skill motoriknya juga terasah. Untuk hal itu, terima kasih bu guru
telah mengajarkan Ammar banyak hal.
Tapi yang terpenting dari itu sebenarnya saya berharap si kocil bisa jadi anak yang punya rasa percaya diri tinggi, tidak seperti papa mama nya yang minderan dan kerap menarik diri dari lingkungan hahaha. Tentunya dengan semua doa baik yang kami panjatkan untuk kebaikan dia, kami berharap dia bisa sangat jauh lebih baik dari orang tuanya.
Sedikit nostalgia zaman saya
sekolah, sebenarnya –dengan segala kerendahan hati- saya di sekolah termasuk
anak yang lumayan. Secara akademis juga lumayan. Akses untuk mendapatkan
pelajaran seperti soal soal untuk berlatih juga gampang saya dapatkan mengingat
ibu saya seorang guru. Tapi perangai saya yang pemalu menjadi masalah yang
besar saat itu, dan bahkan mungkin sampai sekarang. Akhirnya jadi penulis pun dilatari
karena saya orang yang pemalu dan susah beradaptasi dengan lingkungan.
Sampai akhirnya saya kemudian
menemukan musik sebagai dunia saya, sedikit demi sedikit sifat pemalu ini bisa
berkurang. Bagaimana tidak, saat kenal
musik dan memberanikan diri buat ngeband, saya mengemban tugas jadi gitaris dan
vokalis di atas panggung. Anehnya saya mendadak berani buat ngomong. Jangankan ngomong,
bernyanyi saja saya berani. Walaupun suaranya pas-pasan.
Tapi, karena keasikan bermain
musik sekolah saya jadi berantakan, bahkan dari SMP sering banget bolos sekolah
hanya untuk belajar main gitar, latihan di studio, dan serangkaian kegiatan
lainnya yang berhubungan sama musik. Tidak menyalahkan musik juga sih, karena
nyatanya banyak juga anak yang belajar main musik di akademisnya juga baik dan
malah jadi cukup menonjol. Nah kalau saya kebetulan yang tidak bisa mengimbangi
antara hobi main musik dengan sekolah.
Bahkan sampai kemudian saya
sekolah musik di sekolah kejuruan musik, sekolah saya masih berantakan karena perspectif
yang berbeda antara musik yang saya suka dengan musik yang kemudian jadi
landasan akademis di sekolah tersebut. Saya lulus dari sekolah tersebut tapi
tidak membawa apa-apa selain dari status kelulusan saja. Saya tidak menyalahkan
sekolahnya, hanya saja saya nya yang kurang cocok dengan sekolah tersebut.
Balik ke si koko kecil. Ga kerasa udah setahun aja dia sekolah. Banyak dinamika seru selama satu tahun belakangan ini, dari mulai drama ga mau mandi, ga mau sekolah, sampai drama beli mainan sehabis pulang sekolah. Ya mungkin itu seninya kali ya, namanya juga anak-anak. Tapi lepas dari itu, semoga sekolah akan selalu menyenangkan buat dia, dan semoga ilmu yang didapatkan selama dia sekolah bisa berguna dan menjadikan dia pribadi yang lebih baik.
Endless love from papa & mama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar