Februari 2025 dipenuhi dengan berbagai kegiatan seru. Dimulai dari perayaan ulang tahun Nadja pada 4 Februari, yang dirayakan sederhana bersama keluarga dengan sarapan dan makan siang. Tanpa pesta besar, tapi tetap menyenangkan.
Rabu, 26 Februari 2025
Jumat, 21 Februari 2025
SEKALI LAGI TENTANG SUKATANI
Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan menghadiri acara Forging Visions yang diinisiasi oleh Mendadak Kolektor dan tujuh orang ilustrator yang menamakan kolektifnya Forging Visions. Disana, selain pameran, ada juga pertunjukan musik dan diskusi seputaran industri kreatif, khususnya artwork dalam musik. Dalam sesi diskusi tersebut hadir pula Pak Egi Fauzi, seorang konsultan branding yang juga membidani lahirnya Komunitas Musisi Mengaji atau Komuji. Ada satu ucapannya yang sampai hari ini masih melekat di kepala saya ketika dia menyoroti hubungan band/musisi dengan penggemarnya. Menurutnya, sebenarnya bukan band yang butuh fans, tapi fans yang butuh band sebagai entitas yang bisa mewakili diri si penggemar.
Menghubungkan ucapan Pak Egi di
atas dengan yang lagi riuh beberapa hari ini tentang Sukatani, rasanya masuk
akal, bahwa sebenarnya kita (fans) yang membutuhkan Sukatani (band). Sebagai entitas
yang kerap menyuarakan keresahannya, kita kemudian terhubung dan merasa apa
yang mereka suarakan lewat lagunya mewakili keresahan kita. Kita kemudian merasa
jika suara mereka adalah perpanjangan suara kita, dan ketika suara mereka
dibungkam kita kemudian bereaksi dan menolak, karena rasanya seperti suara kita
yang dibungkam. Kita butuh band band seperti Sukatani, Efek Rumah Kaca,
Seringai, dan band-band lainnya yang kerap menyuarakan keresahannya ke
permukaan sebagai perpanjangan suara kita.
Menariknya, pelarangan lagu "Bayar Bayar Bayar" dari Sukatani direspon pula oleh musisi-musisi lain, seperti salah satunya, Bottlesmoker. Duo asal Bandung ini me-remix lagu tersebut dengan kekhasan musiknya. Hal tersebut seakan menjadi dukungan mereka terhadap Sukatani. Beberapa kalangan juga menyerukan untuk memutar lagu tersebut, di rumah, di jalan, hingga di tengah-tengah demonstran, meski di berbagai platform musik sudah ditarik dari peredaran. Semakin dilarang, semakin kencang diputar!
Kamis, 20 Februari 2025
JAZZ AULA BARAT #8: DIALOG LINTAS GENERASI DALAM HARMONI
Katanya, musik jazz adalah sebuah genre yang membuka ruang luas bagi para musisi untuk berdialog melalui instrumen yang mereka mainkan. Dengan improvisasi, mereka seolah tidak sekadar bermain musik, melainkan berdialog di tengah-tengah lagu yang dimainkan. Hal ini menjadi keunikan musik jazz yang kerap dinantikan para penikmatnya. Lalu, bagaimana jika "dialog" tersebut melibatkan musisi lintas generasi?
Pertanyaan ini coba dijawab oleh
acara Jazz Aula Barat #8, yang diinisiasi oleh Unit Jazz ITB. Acara ini
mempertemukan para musisi dari berbagai generasi untuk berbagi panggung dan
"berdialog" melalui musik yang mereka mainkan.
Salah satu momen istimewa dalam acara ini adalah ketika Oele Pattiselanno, seorang legenda jazz, berbagi panggung dengan Ardhito Pramono, penyanyi dan penulis lagu yang tengah bersinar. Kolaborasi ini menghadirkan pertunjukan yang sarat akan dialog hangat, keterbukaan, dan dinamika lintas generasi.
Sabtu, 15 Februari 2025
KOIL: DONGENG YANG TAK LEKANG OLEH WAKTU
Tahun 90an awal ranah kreatif di Bandung menunjukan tren positif melalui bermunculannya band-band anak muda yang menawarkan ragam keunikan lewat musiknya. Dari sekian yang muncul ke permukaan, ada sebuah band yang terbilang unik dan mungkin bisa dibilang lebih maju melampaui zamannya, lewat semua olahan musik dan personanya. Band tersebut adalah Koil. Uniknya band ini tidak berasal dari kantung tongkrongan yang biasa diidentikan dengan pergerakan musisi Bandung pada saat itu, seperti misalnya kawasan Ujung Berung dengan metal-nya, atau tongkrongan Jalan Purnawarman dengan musik alternatif-nya.
Koil
seakan datang dari antah berantah dengan musik dan lirik yang pada saat itu
terbilang anomali. Terlebih kala mereka merilis album Megaloblast (yang pada tahun ini berusia 24 tahun, sejak pertama kali dirilis tahun 2001 lalu). ‘Dongeng’
yang mereka hadirkan ke permukaan menjadi salah satu yang paling mencuri
perhatian, sampai akhirnya berpuluh tahun kemudian, apa
yang mereka mainkan masih relevan dan tetap mampu menarik perhatian.
Tak terkecuali dengan apa yang mereka hadirkan di acara Koil Mendongeng Part 1, yang digelar di De Majestic, Bandung, pada hari Jumat, 14 Februari 2025. Sebuah pertunjukan yang menampilkan sisi lain dari Koil—tetap bertenaga, tetap berkarakter, tetapi dengan pendekatan yang berbeda.
Selasa, 11 Februari 2025
FORGING VISIONS: KANVAS KREATIF DI DUNIA MUSIK
Sabtu, 8 Februari 2025, bertempat di BadakSinga6, Jalan Badak Singa no 6, Bandung digelar acara bertajuk FORGING VISIONS: An Assault Illustration Fest, yang diselenggarakan oleh Komunitas Mendadak Kolektor dan kolektif ilustrator FORGING VISIONS. Acara ini dibuat untuk mempertemukan ilustrator yang memiliki hasrat dalam menciptakan karya yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari dan hobi mereka, khususnya dalam dunia musik dan artwork untuk musik. Karya-karya yang ditampilkan mencakup sampul album, poster, merchandise seperti kaos, artwork yang dibuat untuk band, serta karya ilustrator lain yang menginspirasi mereka sebagai penyemangat atau referensi dalam berkarya.
Senin, 10 Februari 2025
BERJALAN LEBIH JAUH BERSAMA ESTUARI
Akhir dari sebuah perjalanan adalah kembali pulang ke rumah. Sejauh apa pun kaki melangkah, pada akhirnya kita akan kembali ke tempat di mana segala hal bermula. Pulang bukan sekadar tentang lokasi fisik, melainkan juga tentang perasaan yang muncul saat berada di ruang yang memberikan kenyamanan dan kehangatan. Kadang, dalam perjalanan yang kita lakukan, kita menemukan tempat-tempat yang menghadirkan nuansa serupa rumah, meskipun tidak berasal dari dinding atau atap yang kita kenal. Rasa itulah yang coba ditawarkan oleh Estuari dalam sebuah perhelatan musik yang mereka gelar baru-baru ini.
Duo yang digawangi oleh Annisa R.
Akhmad dan Rian Rastian ini mengajak para penikmat musiknya untuk masuk ke
dalam sebuah pengalaman intim melalui pertunjukan bertajuk "Dwara Mantik:
Intimate Showcase" yang digelar pada hari Jumat, 7 Februari 2025 di Lakipadada
Spot, jalan Bojongkoneng Atas ‘No. 22, Bandung.
Dalam suasana yang akrab dan penuh kedekatan, mereka seolah membuka pintu rumah yang luas tanpa sekat, menghadirkan perasaan pulang bagi siapa pun yang hadir. Tidak ada batasan antara musisi dan penonton, tidak ada dinding yang memisahkan, hanya ada alunan nada yang membalut setiap orang dalam kehangatan dan rasa keterhubungan yang mendalam.