Selasa, 08 April 2025

LEBARAN 1446 H/2025

Menuliskan cerita Lebaran biasanya saya lakukan di rumah, malam setelah hari pertama usai. Tapi berbeda dengan tahun ini. Rasanya energi untuk menulis tidak sebesar biasanya. Mungkin karena hari-hari terasa lebih padat—sibuk mengurus dua bocil kesayangan, Ammar dan Nadja, atau mungkin karena terlalu asyik mengedit foto di ChatGPT, hahaha.

Beberapa waktu terakhir, kegiatan menulis memang lebih banyak dilatari urusan pekerjaan. Mulai dari tugas untuk website dan majalah ITB Press, hingga proyek-proyek luar seperti menulis press release dan menjadi ghostwriter untuk beberapa buku 'pesanan'. Menulis untuk kesenangan pribadi pun jadi sedikit terpinggirkan, padahal itu penting. Apalagi kalau soal Lebaran, yang buat saya selalu membawa kesenangan dan kenikmatan khas yang hanya hadir setahun sekali.

Sama seperti tahun lalu, hari pertama Lebaran saya mulai dengan salat Id di komplek Damar Mas. Lalu setelahnya, berkunjung ke rumah Wa Eni, sebelum akhirnya menuju rumah ibu saya pada siang harinya. 

Keluarga Coco

Menghabiskan waktu di rumah Wa Eni selalu punya keunikan tersendiri. Sedikit informasi, Wa Eni adalah uwa dari istri saya—yang paling tua. Rumahnya kerap jadi pusat berkumpul keluarga besar, tidak hanya karena statusnya, tapi juga karena tempatnya memang cukup luas untuk menampung banyak orang. Keluarga dari pihak ibu mertua saya berjumlah sebelas bersaudara, dan kalau ditambah anak, cucu, menantu, ipar, dan kerabat lainnya, jumlahnya bisa sangat banyak. Yang menarik, setiap Lebaran saya selalu saja bertemu wajah baru yang ternyata masih punya hubungan saudara dari pihak istri saya. Entah sepupu jauh, atau kerabat lainnya dari garis keluarga Aman Darman, kakek istri saya.

Keluarga Banjaran

Suasana seperti ini sudah lama tidak saya rasakan sejak nenek saya berpulang. Keluarga besar dari pihak ibu atau ayah saya tidak sebanyak keluarga istri. Maka, kumpul-kumpul di rumah Wa Eni cukup bisa mengobati rindu akan suasana keluarga besar yang terakhir saya alami sekitar masa SMP dulu.

Setelah dari sana, saya melanjutkan ke rumah ibu saya. Kami sampai agak siang karena jalanan cukup padat. Di rumah ibu, kami hanya merayakan bersama beliau dan dua adik saya karena papa sudah 14 tahun berpulang. Seperti biasa, kami menyantap ketupat dan kari ayam, di mana makanan tersebut menjadi menu wajib yang hanya muncul di hari Lebaran. Rasanya selalu spesial dan selalu saya rindukan setiap tahunnya.

Keluarga Cincin (Ammar ngumpet gak mau di foto xixixi)

Baru pada hari ketiga, keluarga dari Majalengka datang, disusul oleh keluarga Teh Gina, sepupu saya, yang juga menyempatkan berkunjung ke rumah ibu.

Keluarga Majalengka

Hari keempat Lebaran, kami makan siang di sebuah restoran Sunda dekat rumah: Dapur Sarumpun namanya. Kami sempat makan di sana juga Januari tahun lalu, waktu saya dan Nadja merayakan ulang tahun yang berdekatan. Momen makan bersama selalu terasa istimewa, karena suatu hari hal-hal seperti inilah yang akan dikenang dan dirindukan. 

Hari kelima, kami kembali ke rumah dan seharian hanya dihabiskan dengan rebahan. Baru keesokan harinya, di hari keenam Lebaran, kami sekeluarga pergi mengunjungi kakak ipar saya yang belum sempat bertemu di hari pertama lebaran. Sebelumnya, kami mampir ke playground, di mana hal itu menjadi semacam “sogokan” untuk Ammar dan Nadja agar tetap semangat tiap kali kami bepergian.

foto-foto diedit melalui ChatGPT dengan format gaya lego

Sepulang dari sana, kami lanjut ke rumah kakak ipar saya yang lainnya di daerah Cimaung. Selalu menyenangkan setiap kali ke sana. Rumahnya berada di pedesaan yang masih asri, suasananya mirip vila. Karena hujan dan 'mager', kami memutuskan untuk menginap di rumah Teh Nisa.


Hari ketujuh yang menjadi hari terakhir rangkaian Lebaran/liburan, kami hanya jalan-jalan kecil di sekitar rumah, sekadar cari angin agar Ammar dan Nadja tidak terus-terusan berantem karena hal sepele. Hubungan mereka unik—saling sayang, tapi sering juga berantem. Kami sempat berhenti sejenak di sebuah masjid yang punya halaman belakang dengan kolam. Di sana kami istirahat sebentar sambil jajan batagor kuah. Sederhana, tapi menyenangkan.


Sampai akhirnya tibalah hari ini, di mana kehidupan kembali berjalan seperti biasa (baca: ngantor). Hari pertama cukup special karena dibuka dengan acara Halal Bihalal bersama seluruh karyawan PT ITB Press.

Halal Bihalal PT ITB Press

Sampai bertemu lagi di lebaran tahun depan. Semoga kita masih ada umur untuk bisa sama-sama merayakan hari istimewa ini. Maaf lahir batin, semoga kebahagiaan lebaran bisa terus terpancar dan menjadikan kita semua pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Big Love

Bonus foto Ammar & Nadja 


Jalan Ganesha, Bandung, 8 April 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar