Rabu, 26 Oktober 2011

MIXTAPE VOL 1 (ME AND MY DAD)

Mengenang satu tahun kepergian Alm papa, begitu banyak hal yang sudah di lewati bersama papa. Salah satu kenangan yang saya ingat adalah tentang musik antara saya, papa dan cerita dibaliknya. Ketika bagaimana dulu papa membelikan saya album Base Jam yang menjadi kaset pertama saya waktu SD, ketika papa memperkenalkan saya dengan musiknya George Benson, atau ketika papa suka dengan lagu - lagunya Mocca dan dia suka menyanyikannya.

Berikut ini adalah mixtape dari beberapa lagu yang bisa mengingatkan saya dengan Alm papa. Sebenarnya konteksnya tidak selalu diisi dalam lirik lagunya sih, tapi lebih ke cerita dibalik lagu itu, dan apa yang saya alami bersama papa ketika itu.

1.Base Jam – Radio

Lagu ini sebenarnya secara random aja terpilih, karena nilai sebenarnya ada pada albumnya itu sendiri. Dimana album ke 3 Base Jam ini adalah kaset pertama saya yang di beliin papa. Waktu itu saya masih SD kelas 4 (mau ke kelas 5 kalo ga salah)

2.Sheila on 7 – Temani aku

Untuk pertama kalinya saya manggung dan nyanyi membawakan lagu Sheila on 7 yang berjudul Temani aku ini. Waktu itu acaranya di komplek rumah saya. Dan ya seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya kalau saya bakal tampil ancur2an, dan kejadian. Karena baru sebulan belajar maen gitar dan langsung manggung aja gitu.

Tapi papa dengan baju batik kebanggannya menyaksikan saya manggung di deretan paling depan diantara para pemuda yang (mungkin) pada mabok yang bilang “ A slank a”, dan terus lucunya lagi saya jawab “ teu tiasa a (ga bisa a)”. “ euh teu maen ah” , kata si pemuda. Mendengar kata-kata itu papa saya tersinggung dan marahin si pemuda yang mabok itu. Hahaha ‘another the stupid thing i miss’, dan kalo di inget lagi sangat memorable sekali. SEJARAH!!

3.George Benson – On Broadway

Memasuki jaman2 smp, saya sangat tergila-gila dengan grunge dari Nirvana dan punk ala Blink 182. Namun tidak dengan papa. Papa lebih suka kalo saya bisa menin jazz atau musik klasik era 60-70an yang jadi musik favorite-nya papa itu. Tapi ya apa daya skill bermusik saya nya baru nyampe 3 chord doang. Jadi ya grunge dan punk itu udah paling cocok lah.

Lalu kemudian papa menyodorkan sebuah kaset dari George Benson kepada saya, yang menurut dia bagus untuk referensi saya belajar maen gitar. Lucunya adalah, saya baru mendengarkan kaset itu pas udah di bangku SMA kelas 3. Karena ya, sebelumnya saya ga suka, dan punk jauh lebih menarik. Tapi ternyata saya salah. Karena pas udah di dengerin ternyata lagunya bagus-bagus, dan sampai sekarang saya masih menyukainya. Tiap kali denger lagu George Benson itu, saya selalu inget ekspresi muka papa yang pada waktu begitu ’ keukeuh’ menyodorkan kaset itu untuk saya dengarkan.

4.MR. BIG – Take over

MR BIG adalah satu dari beberapa band yang papa sarankan untuk saya dengar. Papa selalu bilang gini. “ kalo emang suka rock, jangan dengerin yang kutu kupretnya aja, tapi dengerin juga yang bagusnya”. Selain Led Zeppelin dan Queen, MR BIG adalah band yang paling sering papa sarankan untuk saya dengar. Dan kembali kejadiannya sama kaya George Benson tadi, saya baru bisa menikmati lagu MR BIG itu ketika duduk di bangku SMA kelas 3 juga. Karena ya sebelumnya Nirvana dan Blink 182 itu selalu mendominasi dalam songlist saya setiap harinya ketika itu.

5.Mocca – This Conversation

Mocca adalah satu band indie lokal kesukaan saya dan papa saya. Jadi ceritanya dulu saya pernah beli kaset mocca yang friend (album ke 2 Mocca). Lalu memutar salah satu lagu di album itu yang berjudul ‘this conversation’ feat Bob Tutupoli, yang dimana Bob Tutupoli itu adalah salah satu penyanyi favorite papa. Trus papa nanya “ saha eta a”?. “oh Mocca pah”. “Band luar negeri”? tanya papa. “band local bandung pa”. “bisa oge nya band bandung bikin jiga kieu, aa bikin atuh band jiga kieu”, kata papa sambil senyum. Lalu setelah kejadian itu. Hampir setiap hari papa muter lagu-lagu Mocca di album itu. Yang jadi favorite-nya adalah ya lagu ‘this conversation ini’. Dan ketika papa coba menyanyikan part Bob Tutupolinya itu, surprisingly bagus ternyata suaranya papa itu.

6.Minority – Letter to kill you

Sebenarnya Minority ini adalah nama band saya sendiri. Dimana ketika itu, untuk pertama kalinya saya dan teman-teman band saya mencoba bikin lagu sendiri dan merekamnya. Lalu hasil demo itu saya kasih papa untuk di dengerin. Meskipun ga terlalu rapih dari segi soundnya, tapi ya papa dengerin juga sampai habis. Saya tanya gimana pendapatnya. Papa diem aja. Ga lama papa bilang gini. “musikna masih mentah”, trus papa pergi aja gitu.

Saya sempet kesel sih waktu itu. Tapi kalo di pikir lagi sekarang, papa bilang seperti itu karena ingin saya belajar terus tentang musik yang bagus itu seperti apa, bagaimana menyajikan sound yang bagus, lirik yang bagus, dan konsep yang kuat untuk sebuah band yang saya buat.

Masih banyak sebenarnya lagu-lagu yang bisa mengingatkan saya sama papa. Nama-nama seperti Everly Brother, Andy Wiliam, Nat King Cole, sampe The Carpenters adalah beberapa penyanyi/group yang sering papa putar dalam songlistnya setiap hari. Tapi ke semuanya itu masih berbentuk kaset tape recorder. Jadi ga bisa saya share di sini, karena susah untuk mencari format digitalnya untuk dimasukan dalam mixtape yang saya buat ini. Jadi ya hanya beberapa lagu saja yang saya anggap paling mewakili kenangan antara saya dan papa itu.

Di tengah penyakitnya yang makin parah. Papa sempet nanya tentang apa yang ingin saya buat dengan musik. Dia bilang ‘’ aa dek maen musik terus sampe kapan?” (aa mau main musik ampe kapan). Lalu saya jawab. “ kenapa gitu pa”? “ ah ngga, papa pengen liat aa punya album and record deal sama label yang gede”. “doain aja pa” kata saya, lalu papa senyum.

Tapi sayangnya sebelum harapan papa saya itu saya wujudkan, papa udah keburu pulang duluan. Penyakitnya yang semakin hari semakin parah itu agaknya tidak mampu lagi di tahan fisik papa yang semakin lemah. Dan pada jumat 29 oktober 2010, papa mengehembuskan nafas terakhirnya.

7.Wenky – Let me go

Ini lagu demo iseng- iseng saya. Terinspirasi dari papa. Dimana dalam lirik lagunya ada yang berbunyi “such a pretty house is real, a pretty face is coming true”. Menggambarkan keadaan papa sekarang. Ketika ia menemukan rumah yang ideal untuknya.

Dedicated to my beloved father.
Ayah, teman diskusi, sekaligus teman berantem yang paling ideal yang pernah ada di hidup saya.

Rest in peace
27 mei 1956 - 29 oktober 2010
Big hug and love


Tidak ada komentar:

Posting Komentar