Rabu, 16 November 2011

THE BEATLES ‘RUBBER SOUL’ (part 2)


Adalah bukan tanpa alasan ketika bang Harlan meminta saya mendengarkan dan membaca album dari The Beatles ‘Rubber soul’ ini. Tempo hari saya sudah membuat review soal album itu, namun ternyata tulisan yang saya buat itu tidak cukup mewakili dari apa yang ingin disampaikan Beatles di album itu. Maka ini adalah tulisan kedua saya tentang album itu. Semoga kali ini gambaran saya tentang album itu bisa cukup terwakili.

Kali ini saya mendengarkannya dengan lebih intim lagi. Menggunakan headphone, list lagu yang berurutan (tidak dengan cara random/shufle), lampu yang sengaja di padamkan, dan tengah malam. Mencoba menghindari untuk terlalu berkonsentarsi tentang instrument bunyi-bunyian musik dan harmonisasi vocal di tiap lagunya saja, tapi lebih kepada isi liriknya, cara mereka bernyanyi di tiap lagunya dan dinamika permainan mereka dalam memainkan musiknya (tiap orang per-instrument yang dimainkan).

Kesimpulan yang pertama adalah jika di album ini Beatles masih menampilkan ke-khasannya dengan semua irama riangnya dan berbagai garis nada yang bisa dibaca di beberapa album sebelumnya. Namun tidak ingin dianggap ‘stagnan’, makanya beatles menambahkan inovasi berupa penambahan bunyi alat musik yang diharapkan bisa menambah pembendaharaan bunyi di album ini. Lirik yang disampaikan yang terkadang ambigu, meskipun secara kalimat mudah diartikan, namun secara harfiah tidak. Sound yang naik turun, yang kadang bisa menghentak, namun kadang bisa mengalun dengan syahdu seperti ada disituasi dalam gambaran sebuah taman, sore, dan damai. Dan tentu saja itu semua bisa membuat album ini menjadi berwarna dan lebih terasa eksplorasinya. Selain itu juga mood yang disajikan di tiap lagunya juga cukup kaya dengan semua yang saya sampaikan tadi, secara permainan musik, tampilan sound yang ingin disajikan, roh lagunya dan lainnya.

Kenapa Beatles pada akhirnya merasa perlu untuk bereksplorasi di album ini. Alasannya mungkin di album ini Beatles ingin mengembalikan visi musik mereka, yang dimana di album sebelumnya (mungkin) mereka sempet agak terlena dengan kepopuleran mereka yang makin menjadi-jadi, yang membuat mereka sedikit melupakan esensi dari visi mereka dalam bermusik.

Proses kreatif itu harus selalu ada, dan tanpa harus menghilangkan ‘fun’-nya seperti apa. Keterbukaan akan sesuatu yang baru, seperti menambahkan suatu unsur musik yang notabene-nya merupakan sesuatu yang tidak popluer di budaya barat itu sendiri, namun ketika ditambahkan ke dalam musiknya Beatles, tidak lantas menghilangkan ciri Beatles itu hilang, dan bahkan bisa melengkapai kebutuhan lagu/esensi yang ingin di sampaikan. Contohnya seperti di lagu Norwegian wood (this bird has flown) di album ini. Lalu nuansa yang dihadirkan disetiap lagunya, yang adalah penafsiran dari banyaknya cerita yang kemudian diterjemahkan nada dan derap irama yang tersampaikan melalui suara dentuman drum dan iringan melodi yang selalu berbeda di tiap penyampaian isi lagunya. Juga dikarenakan banyaknya kritikus musik yang terus saja mempertanyakan ‘what next’ dari apa yang Beatles buat. Dan Beatles mencoba menjawab semua kritikus musik itu melalui album ini. Karena pada kenyataanya memang album ini adalah merupakan pencapaian artistik utama yang mencapai keberhasilan kritis dan komersial luas. Juga sering dikutip sebagai salah satu album terbesar dalam sejarah musik. Album ini bisa dikatakan bagus, karena mempunyai unsur akan sesuatu yang sifatnya fun dan cukup kaya akan proses kreatif dan eksplorasi, juga keterbukaan dalam hal apapun (contohnya mix dua culture di lagu Norwegian wood), yang membuat album ini layak dicontoh, karena band sebesar Beatles pun masih memperhatikan visi yang jelas dalam cara mereka bermusik, yang sayangnya dewasa ini hal seperti itu mulai jarang disadari oleh banyak band besar lokal maupun di luar. Pada akhirnya mereka tenggelam dengan nama besar mereka sendiri. Jangankan soal esensi lagu, soal cara/proses kreatif mereka dalam bermusik aja udah ga ada progresnya. Semuanya masih mengandalkan era ke-emasan mereka ketika masih Berjaya.

Terakhir yang ingin saya tulis disini adalah. The Beatles ‘Rubber soul’ ini adalah awal dari sebuah konsep bermusik Beatles untuk beberapa album berikutnya, yang mencoba untuk lebih bisa mengeksplor berbagai instrument musik dan sound, yang bisa menambah kekayaan akan musiknya Beatles itu sendiri. Tentu saja dengan tanpa menghilangkan warna dari Beatles. Tapi malah menunjukan sebuah progress dan kedewasaan dalam bermusik, yang memang proses kreatif itu sudah seharusnya selalu ada untuk band sebesar Beatles, sebelum akhirnya mereka bubar karena berbagai hal.

(tugas resensi bang Bin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar