Jumat, 19 April 2013

STATIC ROBOTIC

Entahlah kenapa. Tapi sepertinya pagi ini aku harus menulis sesuatu. Tentang pagi yang terlihat sendu, tentang perasaan tenang yang diharapkan bisa menghinggapi setiap paginya, dengan rentetan parade lagu-lagu dari The Ocean Blue dan Blue Boy, yang biasanya selalu berhasil memberikan kenyamanan di tiap sudut ruang di kamarku.

Ini kesekian kalinya sejak aku dihadapkan pada suatu pagi yang sialnya harus dibuat agak sedikit menyebalkan, dengan berbagai macam pemikiran tentang kehilangan seseorang. Dalam artian sebenarnya bukan lantas hilang lalu tak ada orangnya. Tapi hilang secara perasaan, dan tidak terkoneksi dengan baik lagi.

Selalu saja, suatu pemahaman tentang hubungan perasaan, hati dan hal macam roman picisan seperti itu berujung dengan kepahitan tentang perasaan yang dibuang. Ditinggalkan si pencuri hati yang abcdefgh ah udahlah males ngomonginnya. Tapi aku harus menulis sesuatu tentang apapun pagi ini.

Kehilangan….

Di dunia dalam twitter, Otong ngomong tentang dia yang kehilangan toko baju kesayangannya yang dia bangun dari nol sampe gede kaya sekarang. Sialnya harus bangkrut karena diambil temennya sendiri atas nama tuntutan yang sesungguhnya dia tidak mengerti.

Ada juga yang kehilangan paginya karena dia tidur terlalu larut atas jam kerjanya yang tak kenal waktu. Maka dari itu dia bangun siang dan kehilangan pagi nya. Kehilangan suasana pagi dan deretan lagu-lagu The Ocean Blue yang saat ini aku dengarkan. Kasihan sekali dia sampai kehilangan paginya seperti itu. Tuntutan perut membuat dia bekerja sampai sangat larut untuk mencukupi kebutuhan dia bertahan hidup.

Well… tiap orang pernah kehilangan sesuatu yang ia cintai. Ga enak sih emang. Tapi ya mau gimana lagi. Tuhan juga sepertinya tidak berbuat apa-apa untuk membuat semuanya kembali. Dia cuma bilang kalo kita harus ikhlas. Dan demi apapun, untuk bisa ikhlas itu susah. Lebih susah dari ngulik lagu Dream Theater sekalipun. Susah, tapi harus. Karena ga da cara lain. Ujungnya, ya paling berdoa dan berusaha.

Tapiii….

Sialnya hampir tidak tersisa keyakinan sedikitpun tentang sesuatu yang sifatnya harapan. Aku menjadi skeptis terhadap apapun. Jadi ga punya keinginan apapun selain hanya menjalani tiap harinya tanpa harapan dan keinginan apapun. Nyebelin sih emang jadinya kaya gini. Jadi statis dan tanpa hasrat sama sekali. Bahkan tentang pagi yang aku harapkan cerah ini pada akhirnya harus mendung dan hujan. Don’t you listen to me? My wish? I pray to you.

Ah maafkan hamba neptunus. Seharusnya tulisan ini bisa menjadi sesuatu yang membangun. Bukan malah jadi skeptis begini. Sementara itu, ini sudah lagu ke sembilan dari deretan lagu The Ocean Blue yang aku putar. Maka silahkan berdendang wahai band kesukaan.

#npThe Ocean Blue - Sad night, where is morning?


Terhitung 3 menit lebih 53 detik, ketika lagu The Ocean Blue barusan berlangsung. Sementara aku masih terdiam dan bengong. Selebihnya mungkin diawali dengan aku yang mulai menjalani hari ini, dengan masih tidak berharap apapun, dan tidak ingin apapun.

Adiku sudah berangkat dari pagi. Dia lagi nyari kerja dengan ijazah sarjananya, yang udah kesekian puluh kalinya tak juga dia diterima kerja. Ibuku masih saja terdiam, tenang dan tidak sedikitpun menyiratkan ketakutan dalam hidup. Dia seperti tahu betul jika hidup di dunia memang hanya sebentar, yang cepat atau lambat pasti dia tinggalkan.

Aku? aku masih mendengarkan lagu The Ocean Blue dan menyelesaikan kalimat terakhir di tulisanku ini, sebelum pada akhirnya harus pergi. Malemnya balik lagi, paginya gini lagi, siangnya pergi lagi. Sebuah siklus yang memuakan untuk kapasitas seorang pecundang sepertiku.
Atau ketika besok tak aku temui pagi, mungkin itu. ketika akhirnya langit yang aku kagumi itu kutempati. Mungkin itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar