Sabtu, 31 Januari 2015

SETELAH 20 TAHUN BLINK 182 DAN PURE SATURDAY BERMUSIK

"At the end of the day, all of this makes me really sad”, ungkap Tom DeLonge di awal surat terbukanya untuk para fans Blink 182. Surat yang dibuat untuk menanggapi pernyataan dari Travis Barker dan Mark Hoppus yang mengatakan jika Tom sudah bukan bagian dari Blink 182 lagi. Ini menyedihkan bagi para penggemar Blink 182, ketika harus melihat ada dua kubu yang berselisih paham antara kubu Tom DeLonge dan kubu Mark & Travis diberbagai pemberitaan dibanyak media masa. Menyedihkan terutama bagi orang-orang yang tumbuh besar dengan mengikuti musiknya. Setelah 20 tahun lebih tergabung dalam sebuah band, dan sekarang harus kehilangan salah satunya meninggalkan band? Tidak ada yang lebih menyedihkan dari itu.

Baik Tom maupun Mark dan Travis, masing-masing punya pernyataan sendiri terhadap apa yang sedang menimpa Blink 182, ditengah pengerjaan album baru mereka di tahun 2015 ini. Berawal dari pernyataan pihak manajemen Tom DeLonge yang mengatakan jika Tom tidak tertarik lagi untuk meneruskan projek album baru Blink ini, karena Tom sedang terlibat projek lain. Disisi lain Mark dan Travis telah berada dibatas kesabarannya, ketika hal seperti ini pernah terjadi ditahun 2004, sewaktu Tom memutuskan vakum dari Blink 182.

Setelah merilis album Greatest Hits Blink 182, Mark, Tom, dan Travis sibuk dengan projek musiknya masing-masing. Bahkan jauh sebelum itu Tom sudah membentuk Box Car Racer dan Angel And Airwaves (AVA), Mark membentuk + 44 bareng Travis dan berbagai projek lainnya, sedangkan Travis sendiri banyak terlibat di beberapa projek musiknya, selain bersama + 44, Travis juga tergabung di Transplants, lalu projek bersama DJ AM, dan berbagai macam projek solo dia lainnya.

Dengan berbagai kesibukan projek masing-masing agaknya sedikit banyak berpengaruh pada intensitas mereka didalam tubuh Blink 182. Menyatukan kembali chemistry diawal mereka ngeband dulu pun sudah tidak mudah lagi. Seperti halnya era album Enema Of States ketika Blink 182 mencapai puncak karirnya. Bagaimana gilanya mereka bertelanjang keliling kota di lagu Whats My Age Again, lalu mengolok dalam bentuk parodi banyak penyanyi dan grup popular, dari Britney Spears sampai Backstreet Boys di lagu All The Small Thing, dan banyak lagi kegilaan mereka yang memorable. Blink ketika itu menjadi tolak ukur musik pop punk dalam industri musik dunia, termasuk di Indonesia sendiri. Bahkan disalah satu lirik lagu Superman Is Dead yang berjudul Punk Hari Ini, S.I.D menuliskan lirik “semua band mengcopy Blink”, yang menandakan betapa berpengaruhnya musik mereka bagi skena pop punk ketika itu.

Tapi ya everybody changing, termasuk ketiga personil dari Blink 182 ini. Terutama Tom yang merasa fase bermusiknya telah lewat bersama Blink 182. Tom mungkin merasa pencapaian artistik bermusiknya dia dapat bersama Angel And Airwaves, setelah semua fase bermusik bersama Blink dia lewati dari mulai demo tape mereka The Buddha sampai album Neighborhoods di tahun 2011. Apalagi sekarang Tom disibukan dengan perilisan komik, buku dan film yang dia buat.

Tak jauh berbeda dengan berita menyedihkan dari Blink 182, di dalam negeri hal serupa terjadi pada Band Pure Saturday. Dua personil mereka Adhitya "Adi" Ardinugraha (gitar) & Yudistira "Udi" Ardinugraha (drum), alias si kembar ini memutuskan hengkang dari band, karena alasan ingin memperdalam agama. Berita ini bersumber dari media Rolling Stone Indonesia lewat manajer Pure Saturday Budi Gunawan. Budi bercerita bahwa Adi dan Udi menyatakan keinginannya untuk keluar dari Pure Saturday secara mendadak pada hari Minggu (25/1) lalu tepat setelah merampungkan tugas mereka sebagai pengisi acara Levi’s Commuter U:TH Fest 2015 di Plaza Selatan, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sedangkan pihak Pure Saturday sendiri berencana memberikan konferensi pers dalam waktu dekat terkait hal ini.

Ini bukan pertama kalinya Pure Saturday kehilangan personilnya. Sebelumnya vokalis mereka Suar Nasution juga hengkang dari band karena alasan pekerjaan lain diluar bermusik. Kemudian Satria Nur Bambang alias Iyo masuk menggantikan Suar, dan pada prosesnya membentuk karakter musik Pure Saturday seperti yang kita dengar sekarang ini.

Tentang alasan keluarnya Adi dan Udi adalah hal personal yang tentunya sudah dipikirkan dengan matang. Mengenai meninggalkan musik demi memperdalam agama itu sendiri bukanlah hal yang baru bagi banyak musisi di Indonesia. Entah ada apa antara pilihan bermusik sebagai passion maupun kerjaannya dengan sesuatu yang bersifat relijius. Terkesan jika pilihan hidup untuk bermusik seolah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan agama, sehingga banyak musisi yang berkeinginan meninggalkan musik demi memperdalam agama. Tapi tentu saja saya bisa salah jika cepat ambil kesimpulan seperti itu, ketika nyatanya agama adalah hal paling personal yang langsung berhubungan dengan Tuhan. Bukan untuk diperdebatkan ataupun terlalu disoroti media. Cukup hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Kenapa akhirnya memilih meninggalkan musik?

Mungkin karena musik terlalu bising dengan riuh penonton yang bertepuk tangan, atau cahaya lampu panggung yang terlalu menyilaukan mata. Mungkin musiknya, mungkin industrinya, atau mungkin kehidupan dibalik panggungnya. Mungkin karena hal itu banyak musisi yang akhirnya memilih berhenti dan mencari kedamaian dengan agama, dalam pencariannya akan Tuhan. Mungkin. Semuanya masih sebatas mungkin dan mengira saja, karena tidak juga saya atau siapapun yang membaca ini tahu apa alasan Adi dan Udi sebenarnya meninggalkan PS. Meninggalkan para penikmat karyanya yang selalu menunggu lagu-lagu PS kembali dimainkan, bahkan ketika PS berulang kali memainkan lagu yang sama. Bukannya bosan tapi semakin lagu itu sering dimainkan, maka semakin dalam pula para pure people (sebutan untuk para penggemar Pure Saturday) ini masuk ke dalam lagunya PS, yang tidak jarang begitu mencerahkan dengan isian liriknya. Bagaimana ketika PS berujar “percayalah terang akan datang disaat yang tidak terduga”, ketika diteruskan dengan lagu Elora, yang menyerukan “lihat ke atas sinar yang terang”. Lewat musiknya PS berhasil memberi gambaran jika sesuatu yang relijius tidak harus selalu bersumber dari curhat dengan mama Dedeh misalnya. Tapi dengan lirik seperti “tiada lagi yang kuinginkan lebih dari kauberikan” di lagu Elora, kita tahu jika PS mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan menerima hidup sebagai sebuah siklus, senang, sedih, berjalan saja sebagaimana adanya.

Kembali ke tahun 90an awal ketika "The Dynamic Duo" Tom dan Mark kehilangan Scott Raynor (drumer Blink 182 sebelum Travis Barker) pada era awal Blink 182 baru mengeluarkan The Buddha (demo tape), Cheshire Cat, dan Dude Ranch. Album-album awal dimana Blink masih meraba akan seperti apa mereka membawa musiknya. Tak jauh berbeda dengan Pure Saturday ketika mereka kehilangan Suar Nasution di dua album pertama Pure Saturday s/t, dan Utopia, pun ketika Pure Saturday masih meraba dengan karakter musiknya.

Setelah melewati banyak fase sampai terbentuk karakter musik yang kuat baik itu dari Blink 182 ataupun Pure Saturday, agaknya akan sulit jika kedua band itu bisa menemukan sosok pengganti personil yang keluar seperti halnya era album-album awal mereka. Menemukan pengganti Tom DeLonge tidaklah mudah, seperti halnya Travis yang bisa dengan brilian mengisi isian drum yang dtinggalakan Scott, ketika Blink masih tertatih dengan musiknya. Travis bisa menguatkan isian musik yang dibentuk "the dynamic duo" Mark dan Tom disetiap lagunya. Dan ketika karakter musik sudah terbentuk dengan kuat lewat trio Mark, Tom, dan Travis, maka ketika kehilangan salah satunya Blink 182 sudah tidak bisa dikatakan Blink 182 lagi. Sangat susah membangun kembali fondasi yang telah kuat dibangun selama kurang lebih 20 tahun mereka bermusik.

Seperti halnya si kembar Adi dan Udi di Pure Saturday. Duo kembar ini adalah fondasi dalam aransemen musik Pure Saturday. Tanpa mengecilkan arti Ade "Muir" Purnama (bass), dan Arief Hamdani (gitar), aransemen musik Pure Saturday tidak bisa lepas dari tangan dingin Adi dan Udi. Lagu Kosong dan Nyala adalah bukti jika keduanya sangat erat kaitannya untuk membentuk karakter musik Pure Saturday. Mencari penggantinya tidaklah mudah, dan akan menyulitkan untuk Arief dan Ade mencari tandem penggantinya. Secara skill bermusik mungkin akan mudah mencari penggantinya, tapi secara esensi tidak akan pernah ada.

Sedikit mengingat karya-karya lawas dari Blink 182 dan Pure Saturday. Setidaknya ada dua lagu dari Blink 182 dan Pure Saturday yang bisa dibilang anthem untuk band-band yang ada setelahnya. Adam's Song dari Blink 182 dan Kosong dari Pure Saturday. Adam's Song menandai era ketika pop punk selangkah ke level berikutnya dengan karakter musik yang lebih dewasa, dengan pemilihan tema lagu yang lepas dari kehidupan era awal perkuliahan, dan segala macam cerita cinta remajanya. Sedangkan Kosong menandai era ketika musik alternatif menginvasi industri musik di Indonesia ketika itu. Kedua lagu itu sama-sama berawal dari lick gitar yang mudah melekat dan memorable pada intronya, dengan isian lirik yang melihat lebih dalam tentang hidup, mati, dan labirin diantaranya.

Blink 182 dengan Adam's Song"-nya menyanyikan tentang mati ataupun tertawa dengan sangat keras dalam kehampaan ketika berada dalam kamar sendirian, yang diteruskan dengan lagu Kosong Pure Saturday, saat mereka menyuruh menemukan diri dalam dunia yang tak terkira ketika terlalu gelap dan pergilah pulang. Nyatanya memang dunia adalah tempat singgah sementara, dan menganggap dunia segalanya adalah naif, karena pada akhirnya kita akan sendirian dalam kematian dan tertawaan yang keras di lagu Adam's Song, dan tidak menemukan apapun untuk dijadikan alasan kenapa dunia adalah segalanya seperti di lagu Kosong. Lalu sejenak hening dalam lick gitar Kosong yang dimainkan tanpa iringan drum, ketika Para Pure People menyanyikan lirik “tangis atau tawa, semua mati dan menghilang". Kemudian Suar kembali bernyanyi bersama Iyo sampai kata-kata bisa mengunci rahasia semesta, bersama mencari kebahagiaan dan menjadi bagian dari langit, disaat langit terbuka luas, mengapa tidak pikiranku pikiranmu. Bagaimanapun juga PS akan tetap berjalan, "We’re taking the long path, our steps are moving together. Sunset is calling....”

Blink 182
Pure Saturday

With love
Orang yang tumbuh dengan musik dari Blink 182 dan Pure Saturday.
Thank you for your music and songs. Means a lot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar