Akhir dari sebuah perjalanan adalah kembali pulang ke rumah. Sejauh apa pun kaki melangkah, pada akhirnya kita akan kembali ke tempat di mana segala hal bermula. Pulang bukan sekadar tentang lokasi fisik, melainkan juga tentang perasaan yang muncul saat berada di ruang yang memberikan kenyamanan dan kehangatan. Kadang, dalam perjalanan yang kita lakukan, kita menemukan tempat-tempat yang menghadirkan nuansa serupa rumah, meskipun tidak berasal dari dinding atau atap yang kita kenal. Rasa itulah yang coba ditawarkan oleh Estuari dalam sebuah perhelatan musik yang mereka gelar baru-baru ini.
Duo yang digawangi oleh Annisa R.
Akhmad dan Rian Rastian ini mengajak para penikmat musiknya untuk masuk ke
dalam sebuah pengalaman intim melalui pertunjukan bertajuk "Dwara Mantik:
Intimate Showcase" yang digelar pada hari Jumat, 7 Februari 2025 di Lakipadada
Spot, jalan Bojongkoneng Atas ‘No. 22, Bandung.
Dalam suasana yang akrab dan penuh kedekatan, mereka seolah membuka pintu rumah yang luas tanpa sekat, menghadirkan perasaan pulang bagi siapa pun yang hadir. Tidak ada batasan antara musisi dan penonton, tidak ada dinding yang memisahkan, hanya ada alunan nada yang membalut setiap orang dalam kehangatan dan rasa keterhubungan yang mendalam.
Konsep ini bukan sekadar menghadirkan musik, tetapi juga membangun suasana yang memungkinkan setiap orang untuk meresapi setiap nada dengan lebih personal. Estuari, dengan karakter musiknya yang khas, berhasil menciptakan ruang di mana setiap orang merasa diterima dan terhubung. Pertunjukan ini bukan hanya soal menikmati musik, tetapi juga mengalami bagaimana sebuah lagu bisa menjadi jembatan untuk mengenali diri sendiri, mengenang perjalanan yang telah ditempuh, serta merasakan kembali hangatnya rumah dalam berbagai bentuknya.
Tak hanya Estuari, acara ini juga dimeriahkan oleh beberapa nama lain yang turut menambah warna dalam pertunjukan ini. Ada Nirwasita Nada yang menjadi kelompok musik pengiring Estuari malam hari itu, serta hadir pula Panji Sakti dengan suguhan yang memperkaya pengalaman musikal para penonton.
Tidak hanya musik, malam hari itu
juga dilengkapi dengan kehadiran Artchipelago, sebuah entitas yang menghadirkan
dimensi baru dalam pergelaran musik ini. Artchipelago dengan apik menggambarkan
bagaimana ketika musik dan tubuh dapat menjadi dua bahasa yang saling
merangkul. Mereka membawa pengalaman sensorik yang unik, di mana bunyi tidak
hanya didengar, tetapi juga dirasakan dalam bentuk gerak, bayang, dan ekspresi
yang mendalam. Mengutip dari istilah yang dituliskan oleh Estuari sendiri,
kehadiran Artchipelago menjadikan musik tidak hanya bergema di ruang fisik,
tetapi juga menjelma menjadi bayang, gelombang, dan bisikan yang lebih dekat,
menyentuh setiap indera yang hadir dalam ruangan itu.
Pertunjukan ini bukan hanya soal bagaimana sebuah lagu dimainkan dan dinikmati, tetapi juga bagaimana ia diterjemahkan dalam bentuk lain yang semakin memperdalam makna yang ingin disampaikan. Musik bukan lagi sekadar alunan nada yang terdengar, melainkan sesuatu yang bisa dirasakan dengan seluruh tubuh dan jiwa. Ada harmoni antara bunyi dan gerak, ada keseimbangan antara ekspresi dan emosi yang muncul di dalamnya.
Bagian terbaik dari gelaran ini
adalah ketika sang vokalis, Annisa R. Akhmad atau biasa disapa Icha berkeliling
ke arah penonton untuk mengajak mereka bernyanyi lagu “Berjalan Lebih Jauh”.
Satu persatu penonton bergantian meneruskan bait lirik yang Icha nyanyikan:
“Telah ′ku tentukan pilihan”
“Berjalan lebih jauh dengan
tenang”
Lebih dari sekadar sebuah
showcase, "Dwara Mantik" menjadi ruang bagi para penikmat musik untuk
meresapi dan memaknai kembali arti perjalanan mereka. Setiap orang yang hadir
membawa kisahnya masing-masing, membawa perjalanan panjang yang telah mereka
tempuh, dan dalam momen itu, mereka menemukan ruang untuk beristirahat sejenak.
Musik Estuari menjadi pengantar yang membimbing mereka untuk kembali menemukan
kenyamanan dan kehangatan yang selama ini dicari.
Tidak banyak pertunjukan yang
mampu menciptakan kedekatan seperti ini. Dalam banyak konser musik, ada jarak
yang tercipta antara musisi dan penonton, antara panggung dan audiens. Namun,
dalam "Dwara Mantik," semua batasan itu seolah lebur. Semua yang
hadir menjadi bagian dari narasi yang sama, saling berbagi pengalaman dan
perasaan tanpa perlu banyak kata. Ada keintiman yang hadir, yang membuat setiap
orang merasa seperti pulang, meskipun mereka datang dari tempat yang
berbeda-beda.
Akhirnya, musik memang memiliki kekuatan untuk membawa kita kembali, untuk menghadirkan rasa yang akrab dan membuat kita merasa diterima. Estuari, melalui "Dwara Mantik," telah berhasil menciptakan ruang di mana musik bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi pengalaman yang membekas dalam ingatan. Seperti perjalanan yang selalu berujung pada rumah, pertunjukan ini mengajak setiap orang untuk kembali—bukan hanya dalam arti fisik, tetapi juga dalam makna yang lebih dalam: kembali pada diri sendiri, pada rasa nyaman, dan pada kehangatan yang selalu kita rindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar