Masuk bulan April, selain tentunya merayakan momen lebaran yang menggembirakan, bulan ini dilalui dengan cukup banyak ‘perayaan’ kecil untuk merayakan hidup di tengah keterbatasan. Masih cukup banyak hal yang belum bisa diwujudkan memang, tapi sekecil apapun kesenangan agaknya perlu dirayakan, terlebih dengan orang terkasih yang akan dengan sukarela memeluk kita, seperti apapun keadaan kita.
Lebaran hari ke-enam, atau tanggal 5 April 2025, perayaan lebaran masih berlanjut dengan ditandai jalan-jalan ke playground bareng Ammar & Nadja. Lalu kemudian berlanjut mengunjungi rumah kakak ipar di daerah Dayeuh Kolot dan Cimaung. Nama daerah yang disebutkan terakhir agaknya cukup spesial, karena terletak di sebuah pedesaan yang masih cukup asri, hingga tidak jarang setiap berkunjung kesini sering mager. Saking 'mager'-nya bahkan pada saat itu kami memutuskan untuk menginap. Suasana pagi harinya sih yang memberi kesan spesial bagi saya. Asri dan sejuk. Sudah lama rasanya saya tidak merasakan bangun pagi semenyenangkan itu, di tengah kesibukan urusan pekerjaan setiap harinya. Hari itu, akhirnya bisa bangun pagi di tengah pemandangan yang asri dan tidak dibayangi suasana jalanan yang macet.
Seminggu kemudian, tepatnya pada 12 April 2025, Ammar & Nadja berkesempatan berpartisipasi dalam acara “Suara Untuk Palestina”, yang digagas oleh Islamic Home Based Education. Hal ini menjadi penting, tidak hanya dalam konteks saya sekeluarga yang beragama islam, tapi juga tentang menanamkan rasa kemanusiaan pada Ammar & Nadja. Entah mereka bisa menangkap itu atau tidak, tapi saya harap jika suatu hari mereka dewasa dan kebetulan membuka lagi lembaran foto atau video ini, mereka kemudian menyadari betul jika sebagai manusia, hal yang paling penting kita punya adalah rasa kemanusiaan itu sendiri. Bahwa empati adalah hal yang jauh lebih penting kita punya melebihi apapun di dunia ini.
Lanjut ke minggu berikutnya, tepatnya tanggal 19 April 2025, kita sekeluarga jalan-jalan ke cukup banyak tempat di Bandung, dari mulai Dispusipda Jabar, Mesjid Al-Jabbar, Warung Nasi SPG, sampai ke toko roti Panjo. Sederhana memang, tapi jalan-jalan seperti ini tidak pernah biasa saja menurut saya, karena orang yang bersama saya adalah orang-orang yang saya cintai sampai ubun-ubunnya. Saya tidak membayangkan seandainya saya jalan-jalan ke Eropa dengan orang yang tidak saya suka, mungkin kemegahan Eropa dan estetika kota-kota di dalamnya tampak menjadi biasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar