Menuliskan rangkuman bulan Mei pada bulan Juni yang sudah menginjak tanggal ke sepuluh. Sangat telat dan hampir dilewatkan, andai saja saya tidak pernah berucap untuk konsisten menulis di blog ini, minimal satu bulan sekali. Tentu bukan tanpa alasan kenapa akhirnya ‘telat’ menulis rangkuman pada bulan ini. Bulan Mei jadi bulan yang berat, bahkan bisa dibilang yang terberat selama lebih kurang delapan tahun menikah, dengan semua dinamika yang terjadi. Tentu detailnya saya tidak tulis disini, karena meski blog ini sepi, tetap saja urusan yang sangat personal bukan untuk ditulis di blog. Intinya sih, waktu dan energi di hari hari akhir bulan Mei cukup terkuras untuk satu masalah ini.
“So make the best of this test, and don't ask why
It's not a question, but a lesson learned in time”
Gak tahu kenapa, setiap kali dilanda masalah, potongan lirik lagu "Good Riddance (Time Of Your Life)" dari Greenday ini selalu saja melintas. Rasanya Billy Joe benar kalau sebaik-baiknya menjalani test/ujian adalah dengan tidak bertanya kenapa. "Kenapa saya diuji? Kenapa saya dikasih cobaan? Padahal selama ini saya sudah banyak berbuat baik". Satu kata, ‘kenapa’, tapi bisa membuat kita jumawa dan merasa lebih baik dari yang lainnya. Padahal rasanya hidup memang untuk menjalani ujian. Nyatanya kita juga tidak pernah bertanya kenapa setiap kali menjalani ujian naik tingkat di sekolah. Guru-guru di sekolah perlu tahu seberapa pantas kita untuk naik kelas. Kita diuji, agar guru-guru yakin kalau kita pantas naik kelas.
Dua puluh tahun lalu saya pernah
tidak naik kelas. Sebabnya, karena saya selalu menghindar setiap kali guru
memberikan ujian. Sering sekali bolos sekolah, sehingga ketika ujian tiba saya
panik karena tidak punya ilmu yang cukup untuk menjalani ujian. Padahal ujian
hanyalah pengulangan dari apa yang pernah guru-guru ajarkan. Seharusnya ujian
tidak sesusah dan semenakutkan itu, karena ujian hanya pengulangan dari apa
yang sudah kita pelajari. Kalau kita hadir di kelas dan mengikuti semua mata
pelajaran, maka ketika ujian tidak akan ada rasa panik, karena kita tahu harus
melakukan apa. Rasanya tidak pernah ada ceritanya kelas 3 SD dikasih soal ujian
kelas 5 SD. Semua sudah sesuai kapasitasnya. Rasanya ujian hidup pun seperti
itu. Tidak ada ujian yang melebihi kapasitas kita. Semua sudah sesuai porsinya.
Tentu saja dua paragraf di atas
tidak langsung datang begitu saja, melainkan hasil dari kontemplasi diri ketika
saya memutuskan untuk melihat masalah ini lebih dalam. Selayaknya
manusia biasa yang punya banyak sekali keterbatasan, tentu awalnya saya panik
dan bingung ketika dihadapkan pada ujian hidup. Bahkan sampai saat saya menulis
ini, saya masih dilanda kepanikan dan kebingungan dengan masalah yang saya
hadapi ini. Tapi satu yang pasti, saya tidak bisa menghindar dari ini. Saya harus melihat jauh lebih dalam lagi untuk menemukan jawabannya.
Biasanya setiap bulan saya menulis rangkuman kegiatan di blog ini, dari mulai kegiatan bareng keluarga, sampai kegiatan di kantor. Bulan ini yang cukup jadi highlight adalah tentang kelulusan anak pertama saya, Ammar. Bulan depan dia sudah jadi anak SD. Selebihnya, kegiatan biasa di kantor, dari mulai liputan, menjadi host podcast, sampai merilis campus zine yang sempat tertunda pada bulan April lalu. Yang cukup berbeda mungkin karena bulan ini program podcast nambah satu, dengan konsep spesifik ngomongin bisnis berjudul "Growth Circle", yang nantinya akan dipandu oleh teman saya, Eggy. Disini saya bertugas jadi produser. Di luar kantor, rencananya bulan Juni juga saya akan mulai podcast dengan Popstore TV punya-nya Koh Iyus. Semoga lancar, Aamiin.
Sesi foto wisuda Ammar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar