Mengenang satu tahun kepergian
Alm papa, begitu banyak hal yang sudah di lewati bersama papa. Salah satu
kenangan yang saya ingat adalah tentang musik antara saya, papa dan cerita dibaliknya.
Ketika bagaimana dulu papa membelikan saya album Base Jam yang menjadi kaset
pertama saya waktu SD, ketika papa memperkenalkan saya dengan musiknya George Benson,
atau ketika papa suka dengan lagu - lagunya Mocca dan dia suka menyanyikannya.
Berikut ini adalah mixtape dari
beberapa lagu yang bisa mengingatkan saya dengan Alm papa. Sebenarnya
konteksnya tidak selalu diisi dalam lirik lagunya sih, tapi lebih ke cerita
dibalik lagu itu, dan apa yang saya alami bersama papa ketika itu.
1.Base Jam – Radio
Lagu ini sebenarnya secara random
aja terpilih, karena nilai sebenarnya ada pada albumnya itu sendiri. Dimana
album ke 3 Base Jam ini adalah kaset pertama saya yang di beliin papa. Waktu
itu saya masih SD kelas 4 (mau ke kelas 5 kalo ga salah)
2.Sheila on 7 – Temani aku
Untuk pertama kalinya saya
manggung dan nyanyi membawakan lagu Sheila on 7 yang berjudul Temani aku ini.
Waktu itu acaranya di komplek rumah saya. Dan ya seperti yang sudah
diperkirakan sebelumnya kalau saya bakal tampil ancur2an, dan kejadian. Karena
baru sebulan belajar maen gitar dan langsung manggung aja gitu.
Tapi papa dengan baju batik
kebanggannya menyaksikan saya manggung di deretan paling depan diantara para
pemuda yang (mungkin) pada mabok yang bilang “ A slank a”, dan terus lucunya
lagi saya jawab “ teu tiasa a (ga bisa a)”. “ euh teu maen ah” , kata si
pemuda. Mendengar kata-kata itu papa saya tersinggung dan marahin si pemuda
yang mabok itu. Hahaha ‘another the stupid thing i miss’, dan kalo di inget
lagi sangat memorable sekali. SEJARAH!!
3.George Benson – On Broadway
Memasuki jaman2 smp, saya sangat
tergila-gila dengan grunge dari Nirvana dan punk ala Blink 182. Namun tidak
dengan papa. Papa lebih suka kalo saya bisa menin jazz atau musik klasik era 60-70an
yang jadi musik favorite-nya papa itu. Tapi ya apa daya skill bermusik saya nya
baru nyampe 3 chord doang. Jadi ya grunge dan punk itu udah paling cocok lah.
Lalu kemudian papa menyodorkan
sebuah kaset dari George Benson kepada saya, yang menurut dia bagus untuk
referensi saya belajar maen gitar. Lucunya adalah, saya baru mendengarkan kaset
itu pas udah di bangku SMA kelas 3. Karena ya, sebelumnya saya ga suka, dan
punk jauh lebih menarik. Tapi ternyata saya salah. Karena pas udah di dengerin
ternyata lagunya bagus-bagus, dan sampai sekarang saya masih menyukainya. Tiap
kali denger lagu George Benson itu, saya selalu inget ekspresi muka papa yang
pada waktu begitu ’ keukeuh’ menyodorkan kaset itu untuk saya dengarkan.
4.MR. BIG – Take over
MR BIG adalah satu dari beberapa
band yang papa sarankan untuk saya dengar. Papa selalu bilang gini. “ kalo
emang suka rock, jangan dengerin yang kutu kupretnya aja, tapi dengerin juga
yang bagusnya”. Selain Led Zeppelin dan Queen, MR BIG adalah band yang paling
sering papa sarankan untuk saya dengar. Dan kembali kejadiannya sama kaya
George Benson tadi, saya baru bisa menikmati lagu MR BIG itu ketika duduk di
bangku SMA kelas 3 juga. Karena ya sebelumnya Nirvana dan Blink 182 itu selalu
mendominasi dalam songlist saya setiap harinya ketika itu.
5.Mocca – This Conversation
Mocca adalah satu band indie lokal
kesukaan saya dan papa saya. Jadi ceritanya dulu saya pernah beli kaset mocca
yang friend (album ke 2 Mocca). Lalu memutar salah satu lagu di album itu yang
berjudul ‘this conversation’ feat Bob Tutupoli, yang dimana Bob Tutupoli itu
adalah salah satu penyanyi favorite papa. Trus papa nanya “ saha eta a”?. “oh
Mocca pah”. “Band luar negeri”? tanya papa. “band local bandung pa”. “bisa oge nya band bandung bikin jiga kieu,
aa bikin atuh band jiga kieu”, kata papa sambil senyum. Lalu setelah kejadian
itu. Hampir setiap hari papa muter lagu-lagu Mocca di album itu. Yang jadi
favorite-nya adalah ya lagu ‘this conversation ini’. Dan ketika papa coba
menyanyikan part Bob Tutupolinya itu, surprisingly bagus ternyata suaranya papa
itu.
6.Minority – Letter to kill you
Sebenarnya Minority ini adalah
nama band saya sendiri. Dimana ketika itu, untuk pertama kalinya saya dan
teman-teman band saya mencoba bikin lagu sendiri dan merekamnya. Lalu hasil
demo itu saya kasih papa untuk di dengerin. Meskipun ga terlalu rapih dari segi
soundnya, tapi ya papa dengerin juga sampai habis. Saya tanya gimana
pendapatnya. Papa diem aja. Ga lama papa bilang gini. “musikna masih mentah”, trus
papa pergi aja gitu.
Saya sempet kesel sih waktu itu.
Tapi kalo di pikir lagi sekarang, papa bilang seperti itu karena ingin saya
belajar terus tentang musik yang bagus itu seperti apa, bagaimana menyajikan
sound yang bagus, lirik yang bagus, dan konsep yang kuat untuk sebuah band yang
saya buat.
Masih banyak sebenarnya lagu-lagu
yang bisa mengingatkan saya sama papa. Nama-nama seperti Everly Brother, Andy
Wiliam, Nat King Cole, sampe The Carpenters adalah beberapa penyanyi/group yang
sering papa putar dalam songlistnya setiap hari. Tapi ke semuanya itu masih
berbentuk kaset tape recorder. Jadi ga bisa saya share di sini, karena susah
untuk mencari format digitalnya untuk dimasukan dalam mixtape yang saya buat
ini. Jadi ya hanya beberapa lagu saja yang saya anggap paling mewakili kenangan
antara saya dan papa itu.
Di tengah penyakitnya yang makin
parah. Papa sempet nanya tentang apa yang ingin saya buat dengan musik. Dia
bilang ‘’ aa dek maen musik terus sampe kapan?” (aa mau main musik ampe kapan).
Lalu saya jawab. “ kenapa gitu pa”? “ ah ngga, papa pengen liat aa punya album
and record deal sama label yang gede”. “doain aja pa” kata saya, lalu papa
senyum.
Tapi sayangnya sebelum harapan papa
saya itu saya wujudkan, papa udah keburu pulang duluan. Penyakitnya yang
semakin hari semakin parah itu agaknya tidak mampu lagi di tahan fisik papa
yang semakin lemah. Dan pada jumat 29 oktober 2010, papa mengehembuskan nafas
terakhirnya.
7.Wenky – Let me go
Ini lagu demo iseng- iseng saya.
Terinspirasi dari papa. Dimana dalam lirik lagunya ada yang berbunyi “such a
pretty house is real, a pretty face is coming true”. Menggambarkan keadaan papa
sekarang. Ketika ia menemukan rumah yang ideal untuknya.
Dedicated to my beloved father.
Ayah, teman diskusi, sekaligus
teman berantem yang paling ideal yang pernah ada di hidup saya.
Rest in peace
27 mei 1956 - 29 oktober 2010
Big hug and love
Tidak ada komentar:
Posting Komentar