Kamis, 03 Mei 2012

BEDROOM MUSIC

Pernah dengar tentang DIY (do it yourself)? Sebuah penggambaran tentang proses kreatif independen dengan cara memproduksi musik, mengemasnya dan mendistribusikannya sendiri. Pada akhirnya pergerakan semacam ini berkembang pesat menjadi sebuah komunitas atau biasa di sebut dengan skena indie.

Adalah sebuah kamar/ tempat tidur yang mengawali proses diawalinya bermusik dengan DIY itu tadi. Dari mulai membuat lagu, merekamnya, sampai mendistribuskanya lewat internet/media lainnya. Yang ke-semuanya itu dilakukan di kamar sendiri. Kamar memang sebuah ruangan yang merefleksikan personal pribadi seseorang, dan biasanya setiap orang, siapapun itu akan menjadi dirinya sendiri jika di dalam kamar. Karena itulah beberapa diantaranya yang bergerak di musik (musikus) lebih merasa nyaman jika melakukan proses kreatifnya di dalam kamar. Tidak di sebuah studio yang cukup besar, alat rekam dengan detail yang rumit dan banyak macamnya itu. Kebanyakan diantara mereka lebih mengutamakan faktor kenyamanan untuk menjaga mood bermusiknya tetap bagus. Ditambah software untuk rekaman itu sendiri sudah sangat gampang di dapat. Jadi sebenarnya siapapun bisa melakukan proses kreatif membuat lagu, merekam dan menyebarluaskannya dengan cara mereka sendiri.

Di dalam negeri sendiri ada nama-nama seperti Endah N Rhesa, Adhitya Sofyan, Sindenstosca, Zeke Khaseli, sampai Bottlesmoker. Yang kesemuanya itu mengalih fungsikan kamar tempat tidurnya menjadi mini studio untuk mereka bermusik. Endah N Rhesa misalnya, sepasang suami istri ini pernah mengunggah video mereka ke youtube yang dimana disana (dalam video itu) menggambarkan keseharian mereka membuat lagu. Bagaimana ketika mereka merubah lemari pakaiannya menjadi sebuah ruangan untuk take vocal, atau ketika mereka merubah kasur menjadi alat/sebagai tembok peredam ketika take gitar agar suaranya tidak bocor. Sangat menggambarkan sebuah semangat bermusik dengan sederhana dari dua orang Endah N Rhesa yang keliatan sekali mencintai pekerjaannya ketika mereka membuat lagu dan merekamnya dalam kamar mereka.
Lalu ada nama Sindentosca atau Sind3ntosca (Jalu ngotot penulisannya harus begini). Band yang hanya terdiri dari satu orang personil yang bernama Jalu ini, sudah rajin betul memproduksi musiknya sendiri sejak tahun 2000an awal. Dan bukan hanya membuat/merekam musiknya saja, tapi dia juga memproduksi CD-nya sendiri dengan cara yang terbilang cukup konfensional namun sangat terasa DIY-nya, dengan passion dan kecintaannya bermusik. Itu dia perlihatkan di Video klip Sindentosca yang berjudul ‘Phone’, yang disana bercerita bagaimana ketika Jalu mengemas albumnya dari mulai mengatur layout cover album sampai ngeprint sendiri, dan membungkusnya untuk kemudian di distribusikan.

Spirit bermusik. Itulah intinya, para pelaku bedroom musik ini mencontohkan jika yang paling penting pada proses kreatif membuat musik itu adalah passion-nya, semangat berkarya, dan juga tidak menyerah/kalah pada keadaan yang mungkin belum menghendaki para musisi itu untuk mendapat kesempatan rekaman di sebuah studio besar dengan alat rekam yang lebih bagus.

Jadi dengan memanfaatkan apa yang ada, tidak menyurutkan niat mereka bermusik. Jika pada dasarnya musik yang di buat itu memang bagus, ya akan terdengar bagus juga. Tidak peduli dengan cara seperti apa merekamnya, atau alat rekamannya. Dan sungguh jika kejujuran dalam bermusik adalah yang utama, dan bukan soal aspek penunjang seperti sebuah studio yang layak atau apapun itu yang sifatnya pendukung itu saja. Semua balik lagi kepada pelaku musiknya.

Pada akhirnya bedroom music jugalah yang telah mengantarkan Adhitya Sofyan tur ke Jepang, membawa Bottlesmoker tur Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Itu semua berawal dari sebuah kamar mereka yang mereka gunakan untuk bermusik, lalu mengemasnya dengan ciri khas mereka yang kuat. Sedikit promo di media internet atau apapun itu yang pada akhirnya sampai di telinga banyak orang dan disukai.

Bedroom musik menjadi diminati karena kejujurannya dalam bermusik. Bagaimana para pelakunya mengemasnya tanpa pretensi pencitraan yang lebih tentang musiknya yang ingin dinilai seperti apa. Mereka hanya terbangun dari tidurnya, medapat ide membuat lagu, dan merekamnya. Sesederhana itu sebenarnya, ketika ide itu datang di saat pagi atau malam sebelum tidur. Dan kamar menjadi sebuah sarana atas dirinya dan musik yang dihasilkannya.

Karena setiap harinya mendengarkan musik adalah hal yang selalu dilakukan, tentulah dengan sendirinya banyak melodi lagu menyesaki dan terekam begitu saja dalam kepala. Jadi jangan dulu beranjak dari kamar tidur. Dengarkan! Ada musik dalam kamar yang harus dibuat dan direkam. Sebelum akhirnya musik itu menjadi terlalu komersil dan meaningless ditelan industri dengan semua tipu daya soal pasarnya.
Bangun dan berceritalah lewat nada dan musik, tapi jangan lupa di rekam biar banyak orang yang mendengarkan. Kali ini Adhitya Sofyan yang tur ke jepang dengan musiknya. Selanjutnya giliran kamu mungkin? Kenapa tidak?

Artikel ke 2 saya untuk gigsplay.com silahkan
baca disini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar