Rabu, 16 Mei 2012

SEBUAH MAHA CURHAT TENTANG FASIS

Jadi tergoda pula lah saya untuk membahas ini. Sebuah kegelisahan yang kiranya tidak juga bisa saya tahan untuk menuliskannya. Menyikapi tentang Ormas – ormas islam yang terus saja menebar teror, terus saja mempropaganda, memberikan paradigma jika islam itu adalah seperti yang mereka yakini.

Kembali ke beberapa bulan yang lalu kalo ga salah. Ketika di twitter dan facebook ramai-ramai mengkampanyekan #indonesiatanpafpi. Saya yang adalah orang yang menentang kekerasan atas nama apapun, termasuk agama ikut pula dalam gerakan itu. saya kemudian menulisnya di update status facebook saya. Dan di seranglah saya sama orang yang tidak setuju dengan gerakan #indonesiatanpafpi itu. Dia bilang jika apa yang dilakukan fpi itu benar dan memang harus ada tindakan keras akan sesuatu yang menurutnya menyimpang dari islam. Tapi atas dasar apa? kata siapa?. Apa islam mengajarkan berbuat onar, kebut-kebutan pake sorban? menampar perempuan?. Apa? Islam yang seperti apa? Apa ketika seseorang yang menyatakan dirinya islam harus memusuhi umat agama lainnya?. Mau buat Negara islam?. Atau apa?

Islam yang saya yakini adalah agama yang membawa berkah, penyebar kedamaian, tanpa paksaan, dan menghargai satu sama lain. Saya meyakini agama saya, dan saya juga menghargai agama lain, meskipun tidak membenarkan ajaran agama lain itu, karena agama yang paling benar dan di ridhoi Allah adalah islam menurut Al –Qur’an. Namun ya “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”.


Dan jika mengingat beberapa tahun ke belakang, ketika ayah saya sakit. Saya jadi teringat akan kebaikan tetangga rumah saya yang adalah kaum nasrani/Kristen. Itu dari pertama papa masuk rumah sakit sampai papa keluar dari rumah sakit, dia ada buat ngurusin. Dari mulai minjemin duit buat biaya rumah sakit, merhatiin kita (saya dan 2 orang adik saya) yang di rumah dengan memberi makanan, karena mama di rumah sakit dan ga ada yang masak. Pokoknya dia merhatiin banget keluarga kita lah.

Apa orang kaya gitu harus saya musuhi gara-gara beda aqidahnya?. Lalu kemana orang islam lainnya yang ada di lingkungan rumah saya? Mereka semua diam ga peduli, ya paling cuman basa – basi dikit lah nanyain keadaan papa. Tapi si abang tetangga saya itu selalu ada buat keluarga saya. Padahal agama kita beda, suku kita beda, budaya dan adat istiadat kita beda.

Dia seorang Kristen yang taat, yang tidak pernah melewatkan hari minggunya tanpa ke gereja. Tapi dia pula lah yang mengingatkan saya jika sudah terdengar adzan dan menyuruh saya shalat. Bukankan itu indah teman? Betapa seseorang yang katanya tuhannya berbeda itu mengingatkan saya shalat. kenapa tidak ada yang menyadari jika perbedaan itu indah, perbedaan adalah harmoni.

Sudahlah jangan terlalu sibuk mengurusi dosa dan pahala. Tidak satu orangpun yang berhak menilai kita pantas masuk surga atau neraka. TIDAK ADA SATU ORANGPUN. Kenapa ngotot banget mengklaim dirinya paling benar dan menyalahkan orang.

Semua acara ceramah di Tv juga sama, semua menggambarkan jika tidak shalat maka Allah murka, jika berbuat ini itu Allah murka. Dan Tuhan di gambarkan sebagai yang pemarah. Tidak kah ini dangkal? Tuhan sejatinya bersifat maha pengasih lagi maha penyayang. Harusnya ajakan untuk shalat atau ibadah itu berdasar kepada rasa syukur kita terhadap apa yang sudah Tuhan kasih. Apa yang telah terjadi sebagai sebuah pengalaman dan introspeksi. Belum lagi ustad/ustadzah yang komersil. Berceramah sebagai tuntutan mencari uang/kerjaan. Dan mindsetnya kalo udah urusan duit ya pasti gimana nih caranya biara gaya ceramahnya asik dan laku. Maka lahirlah Jamaaaaaahhh, alhamduu….lilah.

Di umur yang sekarang ini saya jadi lebih kritis dan lebih banyak ingin tau tentang agama yang saya pegang ini. Kenapa kita harus memusuhi yahudi? Nasrani? Dan Kenapa harus punya musuh sih? Kenapa?. Kenapa pluralisme disalahkan sebagai bentuk perlawanan terhadap islam? Memangnya salah jika mencintai keragaman?. Padahal perbedaan lah yang membuat pelangi itu menjadi indah dengan beragam warnanya, yang membuat suara gitar itu merdu karena perbedan bunyi di tiap senarnya. Apa yang salah dengan perbedaan? Dengan harmoni? Apa yang salah?

Tanya FPI aja gitu? Atau Tanya SBY? Tanya siapa? Siapa yang bisa menjelakan jika perbedaan itu haram jika semua yang tertera di tubuhnya itu berbeda. Bayangkan jika muka isinya hidung semua. Kaki, kanan semua. Masih bisa menjawabkah jika perbedaan adalah hil yang mustahal?

Beberapa media yang memberitakan ulah ormas-ormas islam itu kadang terdengar geli dan dangkal. ada yang sibuk ngurusin majalah, ada yang sibuk ngurusin konser Lady gaga, atau apapunlah ga penting sebenernya. Naon sih maneh!!, tah sok hayang ngomong kitu urang mah lur, sumpah.!. sayang energinya atuh paaakk. Coba deh energinya dipake buat yang lebih berguna. Ngebangun rumah buat orang miskin kek, bantuin korban bencana kek, apalah banyak sebenernya mah. Kan bapak – bapak yang ikutan FPI teh ga ada kerjaan kan? Nah mending ya itu bantuin orang yang ga mampu aja. Kasian kan sama Negara ga di perhatiin, ya minimal sama bapak lah.

Kalo urusan Lady gaga mah udahlah ga usah di urusin, paling banter juga konsernya Cuma 2 jam doang. Dan percaya deh sama saya jika tidak akan ada dampak macem – macem usai konsernya disini. Paling juga pada bilang “waah keren ya tadi soundnya, vocalnya, lightingnya”. Ya itu paling. Cuma hiburan musik doang pak. Ga usah lebay ah. Kasian loh pomotor dan yang beli tiket udah keluar duit banyak itu.

Menanggapi fasis kadang memang bikin marah bercampur geli sendiri. Ko bisa ya pikiran mereka sedangkal itu. ko bisa mengklaim jika mereka paling benar dan pasti masuk surga. Surga surga surga, itu teruuuus yang ada di otak kalian. Kalo surga nyatanya tidak ada, lantas mau apa?. Sembahlah Tuhan karena kecintaan kita kepadanya, karena kebaikannya atas setiap makanan yang dimakan, minuman yang di minum, pakaian yang di pakai, dan segala apa yang sudah terjadi sebagai pengalaman dan pembelajaran. Saya bukannya menggurui, sayapun sama masih belajar akan hal itu.

(tarik nafas)…Lagu dulu ya biar adem, silahkan kaka – kaka dari Blue boy siap2.
#np Blue Boy – Chadwick

Akhirnya sampailah kita di ujung sebuah maha curhat ini. Nama saya Angga wiradiputra, tapi panggil aja wenky biar simple. Saya bukan FPI, saya juga bukan JIL. Saya Cuma seorang yang berpikir jika perbedaan itu adalah harmoni dan kunci untuk berlangsungnya sebuah kehidupan.

Dan ini kan judulnya aja curhat, jadi jangan di tanggapi jika saya seperti mensabdakan sesuatu. Karena ilmu saya masih cetek untuk bisa menyampaikan apa yang sebenarnya menjadi sebuah nilai yang hakiki dalam hidup, atau harfiah dari hidup itu sendiri. Jadi tanggapilah bacaan ini dengan suguhan teh hangat, biskuit kelapa, dan #akalsehat. Santai we luur.

GIVE PEACE A CHANCE – JOHN LENNON


Tidak ada komentar:

Posting Komentar