Jumat, 14 April 2017, bertempat di lapangan PPI, PUSSENIF Bandung, Go Ahead People menggelar sebuah acara bertajuk SOUNDSATIONS X BARASUARA. Gelaran yang mengusung semangat pergerakan anak muda ini dimulai pada pukul 4 sore, dengan suguhan beberapa komunitas, seperti salah satunya dari komunitas Grafity, yang disore itu melakukan performance art yang cukup mencuri perhatian pengunjung yang datang. Pengunjung seolah menerka-nerka hasil akhir gambar dari komunitas Grafity tersebut, yang seolah berbanding lurus dengan tema yang diusung Go Ahead People lewat hastag #nantijugalopaham
Di main stage nya sendiri, Afternoon Say telah bersiap memainkan musik mereka yang berisik namun berisi. Typical musik ambience, dengan sautan efek delay dan distorsi dari dua gitar, yang ditimpali drum yang agresif serta kejutan pemain seruling ditengah aransemen lagu-lagu yang mereka bawakan. Setelah sekitar lima lagu, Afternoon Say menyudahi penampilannya, dan diteruskan penampilan dari Zealspeaks. Sebuah unit musik kreatif yang mengusung, atau membawa kembali era keemasan invasi brithpop di scene lokal, khususnya Bandung.
Namun baru sekira dua lagu mereka bawakan, hujan mengguyur area pertunjukan. Ini membuat penonton berhamburan mencari tempat berteduh. Zealspeaks sendiri masih meneruskan penampilannya ditengah guyuran hujan sore itu. Seakan hujan yang turun sore itu adalah bagian dari aransemen musik Zealspeaks itu sendiri. Sebuah pembuktian tentang ungkapan “show must go on” dari mereka. Lalu setelah penampilan Zealspeaks tadi, acara break sebentar untuk menghormati umat muslim melaksanakan ibadah shalat maghrib.
Ketika hujan sudah benar-benar reda, acara diteruskan kembali sekitar pukul delapan, dan langsung dipanaskan dengan penampilan dari Kelompok Penerbang Rocket, atau biasa disingkat KPR. Para penonton memadati area depan panggung untuk ber-sing along ria dengan KPR. Musik yang diusung KPR cukup provokatif memanaskan tensi penonton malam itu. Maka pemandangan penonton yang ber-head banging dan stage diving pun menjadi bagian dari keriaan yang dikomandoi oleh KPR.
Setelah dipanaskan oleh Kelompok Penerbang Rocket, giliran kelompok musik Paberik Bamboe yang mencairkan suasana malam itu, dengan perpaduan musik tradisi dan sentuhan musik kontemporer yang diolah pas, dengan pembawaan para personilnya yang jenaka.
Lalu ada Float dan setelahnya Parahyena x Parabayawak, yang lewat lagu-lagunya mampu membius penonton dengan nada-nada melodi yang syahdu, dengan lantunan lirik yang cukup memberi kesan yang dalam. Unsur akustik yang asik dari Float maupun Parahyena menjadi daya magis tersendiri, yang oleh karenanya para penonton menjadi hanyut dengan bernyanyi bersama. Satu catatan yang sayang jika tidak dituliskan adalah, ketika Parahyena memainkan lagu mereka yang berjudul Di Bawah Sinar Rembulan, dan semesta mendukung dengan menghadirkan bentuk bulan yang utuh dimalam itu. Tak sedikit pula beberapa muda-mudi yang berpasangan dimalam itu saling berpegangan tangan dibawah sinar rembulan. Dan Parahyena menjadi yang paling bertanggung jawab atas suasana syahdu nan intim itu.
Sekitar pukul setengah 11 malam, yang ditunggu-tunggu para penunggang badai (sebutan untuk penggemar Barasuara), akhirnya datang juga. Tanpa basa-basi Barasuara langsung bermain bersahutan memainkan aransemen lagu-lagunya. Kesan yang bisa ditangkap dari penampilan mereka itu begitu skillfull, passionate, dan mereka bukan hanya memainkan musik saja, tapi mereka bagian dari musik itu sendiri. Tensi dan adrenaline yang konsisten dibuktikan Barasuara malam itu. Skill musik yang mumpuni dari mereka, ditambah pembawaan mereka yang hangat diatas panggung menjadikan malam itu benar-benar menjadi milik Barasuara. Beberapa kali mereka bertukar aransemen, seperti ketika Iga dan Putri memainkan Bass nya Gerald, lalu Gerald memainkan solo gitar akustik yang ciamik diatas panggung. Dan catatan tersendiri untuk Gerald ketika malam itu ketika dia mencuri spotlight dari Barasuara. Beberapa kali Gerald memainkan solo yang solid malam itu. Seolah Gerald berperan sebagai provokator di panggung malam itu.
Lewat hits-hits mereka seperti Sendu Melagu, Bahas Bahasa, Nyala Suara, ataupun Api Dan Lentera. Semuanya sukses memancing penonton untuk bernyanyi bersama. Seperti sebuah perayaan dari bunyi-bunyian semesta, yang diwakili lewat alat musik yang dimainkan para personil Barasuara. Merayakan sebuah kebebasan berekspresi lewat nyanyi-nyanyian yang bertenaga dengan isian lirik yang sarat makna. Sebuah cara merayakan bermain musik dengan berisik namun berisi. Sehingga mungkin itu bisa ditegaskan oleh Iga Masardi diatas panggung, ketika dia akan berkata #berisikgueberisi. Dan malam itu disudahi dengan riuh penonton yang terkesan dengan penampilan Barasuara. Semua penonton mengapresiasi Barasuara malam itu, sehingga aman lah jika kebetulan ada”polisi skena” ditengah-tengah para penonton yang datang (#nantijugalopaham)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar