Jumat, 21 Juli 2017

MENYAKSIKAN COBOY DILAGA GENG MOTOR

Judul diatas muncul diantara sekian banyak reaksi tentang Iqbal, sang personil Coboy Junior (sekarang berubah nama menjadi CJR), yang memerankan tokoh Dilan. Seorang tokoh dalam novel best seler karya Pidi Baiq yang hendak difilmkan. Sebagian besar melayangkan protes terhadap Pidi Baiq, yang menuliskan karakter Dilan dengan image bad boy nya itu. Apalagi sebelumnya Pidi Baiq pernah berkata jika dia akan memilih langsung pemeran Dilan, dan akan bertanggung jawab penuh dengan pilihannya. 

Dilan yang Pidi tulis dalam novelnya itu tercitrakan sebagai seorang anggota geng motor yang urakan, rebel, tukang berantem, namun juga lucu dan unik. Terlebih ketika Dilan menyukai seorang perempuan teman sekolahnya bernama Milea. Sedangkan Iqbal kadung tercitrakan sebagai typical anak manis, anggota boyband, yang tidak ada sedikitpun punya aura rebel, seperti karakter Dilan dalam novel Pidi Baiq itu. Perbedaan karakter ini menjadi kontras, sehingga para pembaca novel Dilan yang berekspektasi tinggi terhadap gambaran sosok Dilan kecewa, dan melayangkan protes.

Tapi kalo ada diantara pembaca novel Dilan itu mengenal Pidi Baiq, jauh sebelum novel Dilan dibuat, rasanya akan mengerti kenapa dia memilih Iqbal. Pidi Baiq adalah kata lain dari absurd, seorang yang bertutur dengan gaya komikal, karena apa yang dia lontarkan dapat mudah divisualkan menjadi gambaran/diilustrasikan dengan gaya yang komikal. Jadi menganggap serius omongan Pidi adalah salah, menganggapnya tidak serius lebih salah lagi. Simak saja ceritanya tentang dia yang bikin acara syukuran di rumahnya, karena anaknya telah menamatkan game Naruto. Cerita itu tergambar begitu absurd dan lucu. Terbayang ada banyak ibu-ibu dan bapak-bapak bengong, ketika tahu acara syukuran di rumah Pidi Baiq itu untuk merayakan anaknya yang tamat bermain game play station. Itu tidak umum dan bergaya komikal sekali. 

Tengok saja Naruto, atau Monkey D. Luffy di seri One Piece. Keduanya adalah tokoh jagoan dalam komik masing-masing. Keduanya tergambarkan culun, dan jauh dari image seorang jagoan dengan badan kekar atau paras sangar. Luffy misalnya, dia itu kurus dan ngga keren sama sekali dibanding Sanji atau Zoro misalnya. Tapi dia itu seorang kapten bajak laut yang disegani. Untung saja kapalnya gapernah nyuri ikan dilaut Indonesia, sehingga bu Susi tidak perlu repot menghadapi dia. Bakal kewalahan bu Susi menghadapi Luffy. 

Sosok Pidi Baiq sendiri sebenernya seorang yang kontras antara pemikiran dengan ciri fisiknya. Dia itu seorang pemikir yang tampak seperti orang yang males mikir (terlihat dari mukanya yang sering cengengesan dibanding memasang muka serius). Coba telaah kalimat ini baik-baik. “manusia adalah miniatur alam semesta, lebih luas dari cacian, lebih luas dari pujian”. Kalimat seperti itu tidak mungkin lahir dari orang yang malas berpikir, layaknya netizen yang bersumbu pendek yang gampang marah-marah itu. Tapi lihat Pidi, dia tidak terlihat seperti seorang filsuf atau ustad karbitan di TV yang berbicara jika surga itu tempat buat party s*x, lengkap dengan gamis dan peci. Dia enteng saja mengenakan kaos oblong dan celana pendek kemana-mana. Tidak ada pretensi apapun dari dia agar dia terlihat pintar atau agar disegani. 

Jadi untuk yang berekspektasi tentang sosok Dilan itu harus macho atau gagah, cobalah ulik terlebih dahulu isi kepala penulisnya. Karena kan ada istilahnya “you are what you write”. Nah si surayah (panggilan lain Pidi Baiq) juga gitu. Dia hanya menuliskan apa yang menjadi cirinya. Lagian mau sampai kapan kita terus terdoktrin jika yang cantik itu harus berkulit putih, jagoan itu harus berbadan kekar nan sangar, atau jika presiden itu harus TNI yang gagah misalnya. Lihat saja Jokowi. Ndeso kan? Tapi bisa jadi presiden. Jadi tak ada yang tak mungkin, dan tak ada yang harus. Masa Peter Parker yang culun aja boleh jadi Spiderman, terus si Iqbal ngga boleh jadi Dilan? 

Buat yang protes akan sosok Dilan yang diperankan Iqbal nampaknya adalah mereka yang tidak puas dengan pasangannya. Jadi sosok Dilan ini menjadi gambaran ideal dan menjadi utopis, karena too good to be true gitu lah. Nah film Dilan ini diharapkan bisa menghibur para orang-orang pengagum Dilan ini, untuk menguatkan lamunannya dalam bentuk visual layar lebar. Tapi ternyata boom, si Coboy yang jadi Dilan. Buyar sudah sosok cowok rebel, macho, sangar, yang mereka harapkan. Ya hikmahnya sih, secupu apapun pasanganmu, bersyukurlah. Toh yang selalu ada buat dengerin curhatanmu kan dia, bukan Dilan. Tertanda : Cowok-cowok yang bosen pacarnya ngomongin dan memuji Dilan secara membabi buta. 

Lepas dari itu, setidaknya bakal ada tajuk menarik, yang click bait-able. Dalam sebuah portal berita online dituliskan “Iqbal CJR dari Boyband menjadi Badboy”. Sungguh sebuah judul yang provokatif untuk menarik pembaca toh? 

Lagipula apa kita mengharap Reza Rahadian yang menjadi Dilan?  

Emang culun sih. hehehe





Tidak ada komentar:

Posting Komentar