Sabtu, 02 Juni 2018

THE PANASDALAM BIKIN RUSUH DI GARUT

Tampil menjadi sajian terakhir gelaran DCDC Shout Out Ngabuburit di Garut, pada Jumat, 1 Juni 2018, The Panasdalam jadi band yang benar-benar bisa menggebrak panggung, baik itu secara istilah maupun secara harfiah, ketika Pidi Baiq benar-benar menggebrak meja, saat dia melompat dari panggung dan menyuruh penggemarnya bernyanyi bersama. Uniknya lagi, si ayah masih sempat menyalakan rokok, dan meminjam korek dari penonton. Kejadian ini tidak terduga, karena tiba-tiba saja dia melompat dan memberikan mic pada penonton. Sedangkan dia hanya memberi komando saja. Dengan gaya yang mengundang gelak tawa, si ayah ini sering lupa lirik-lirik lagu The Panasdalam, padahal dia sendiri yang membuat lagunya. Menurutnya dia lebih hafal Al-Quran dibanding lirik lagunya. Sontak saja ujaran itu disambut tawa penonton yang pecah.

Pun begitu saat Pidi Baiq bersama The Panasdalam membawakan lagu mereka yang berjudul “Cita-Citaku”, yang menurut si ayah adalah sebuah lagu dari Malaysia, dengan penegasan aksen e jadi eu (Citeu-Citeuku). Ditengah lagu si ayah memberikan pernyataan tentang betapa enak jadi perempuan, karena tinggal buka aurat, maka laki-laki akan berusaha keras mendapatkannya. Kemudian di akhir lagu, dia kembali memberikan pernyataannya, dan kali ini berisi pesan-pesan dari Firaun, yang berpesan jika ingin jadi tuhan, belajarlah berenang, agar tidak tenggelam di laut merah.

Setelahnya, di lagu “Maklum Poek”, duo vokalis The Panasdalam dan Pidi Baiq, berhasil “memprovokasi” penonton untuk naik ke atas panggung. Dan ajakan itu pun disambut, saat sekitar sepuluh orang penonton ikut “rusuh” bersama The Panasdalam di atas panggung, bernyanyi bersama, “meliar” dalam lagu “Maklum Poek”. Sampai akhirnya The Panasdalam menutup penampilannya dengan lagu “Tong Gandeng”. Sebuah lagu yang diambil dari album Only Ninja Can Stop Me Now.


Lirik lagu “Tong Gandeng” berisikan ujaran-ujaran lucu dalam bahasa sunda, yang makin pecah saat si ayah kembali memberikan mic pada penonton, dari atas meja. Dia berujar “maneh weh nu nyanyi, aing mah dek dahar”, (kamu aja yang nyanyi, aku mau makan). Hal ini “disantap” penggemarnya untuk bernyanyi bersama dengan suara paling lantang dari mereka. Makin “rusuh” dan lucu, terlebih karena lirik lagu ini berisi ujaran-ujaran jenaka seperti “tong gandeng aya nu adzan, aing mah bae da nu adzan na”. Atau “tong paeh, acan waktuna, aing mah moal, da embung, maneh weeeh”. Yang dalam bahasa Indonesia berarti, “jangan berisik, ada yang adzan, kalau aku biarin, karena aku yang adzan nya”, dan “jangan mati, belum waktunya, aku ga mau, kamu aja”.
Gebrakan ayah Pidi yang melompat dari panggung ke meja penonton, nyanyian masal dari mic yang dilemparkan Pidi Baiq, juga provokasi yang berhasil dijalankan oleh duo vokalis The Panasdalam, membuat penampilan mereka benar-benar pecah, dan bertahun-tahun ke depan akan diingat sebagai penampilan yang sangat “liar”, dari gerombolan kaum musik kurang ajar ini. Dan coklat friends yang hari itu ada di pelataran parkir mall Ramayana, Garut, menjadi saksi pecah dan capenya mereka tertawa lepas dengan penampilan dari The Panasdalam.

Apalagi sebelumnya ada Andre Vinsens yang mengocok perut dengan semua celotehannya di area permainan, dari mulai adu panco, adu tahan tawa, sampai adu jongkok, yang juga pecah, karena si penantang juga mampu mengimbangi celotehan-celotehan Andre yang mengundang tawa. Terlebih saat Andre mendapatkan penantang yang berbadan cukup besar, sehingga dia harus kalah dan mempersilakan si penantang memilih satu item dari DCDC's Friends Trade Market untuk dibawa pulang, sebagai hadiahnya. Selain itu Talk Show 4 Presiden juga mampu membuat “rusuh” panggung, dengan semua perdebatan dan adu argumen lucu, ketika ke empatnya saling melempar pernyataan jika negaranya lah yang paling baik.


Sementara itu, sebagai penyeimbang berbagai keseruan dan “kerusuhan” oleh para pencetak tawa, seperti empat presiden dan Andre Vinsens. Di panggung Shout Out ada tiga band Garut, Times New Romance, Like A Star Tonight, dan Project Kita, dengan lagu-lagu yang punya pilihan notasi dan ritmis lagu yang enak dinyanyikan ini, mampu membuat gelaran itu menjadi meriah. Apalagi ditambah dengan penampilan Iksan Skuter, dengan lagu-lagu ajaibnya. “Satria bergitar” asal Malang ini, punya amunisi kuat dalam lirik-lirik lagunya. Seperti misalnya lagu “Bapak” yang menyentuh, terlebih bagi mereka yang sedang ada dalam fase menjadi bapak. Ataupun lagu “Shankara”, yang berisi tentang rasa syukur menjadi orang Indonesia, dan terlahir di negara ini. Hal ini makin membuat “merinding”, saat Iksan mengajak penonton menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”. Dengan suara yang lantang Iksan mengajak kita untuk mencintai Indonesia, walau bagaimana negeri ini dengan sejuta masalahnya. Satu poin menarik dari musisi yang telah menghasilkan sembilan album, selama 18 tahun dia berkarir di bidang musik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar