Mengutip lirik lagu The Beatles berjudul “Hey Jude”, yang berbunyi “Take a sad song and make it better....”, untuk sampai pada pertanyaan “kenapa ada semacam paradoks antara lagu sedih dan keadaan yang lebih baik ketika mendengarkannya?”. Bukankah untuk merasa tenang perlu sugesti menyenangkan atau setidaknya rima yang “ceria”? bukan sebaliknya, yang dalam hal ini menjadi merasa lebih baik ketika mendengar sebuah lagu sedih. Apa yang membuat lagu sedih bisa membuat perasaan lebih baik seperti yang dikatakan The Beatles tadi?
Satu hal yang kemudian seakan diamini oleh Nisa Haryanti kala dirinya membuat sebuah lagu berjudul “Kau Tak Sendiri”. Sedikit intermezo, Nisa merupakan seorang solois perempuan yang memulai kemunculannya di industri seni pertunjukan dengan memainkan peran Ibu Darmawan di Musikal Petualangan Sherina (2017), sekaligus mengisi original soundtrack-nya lewat lagu berjudul “Lihatlah Lebih Dekat” bersama Maisha Kanna, di mana dia dan Maisha memenangkan kategori Duo/Grup/Vokal/Kolaborasi Anak-anak Terbaik pada AMI Awards 2018.
Kembali ke lagu “Kau Tak Sendiri”. Mengawali lagu tersebut dengan dentingan piano, dari detik pertama Nisa tahu jika memang benar yang dibilang The Beatles di awal, jika mendengarkan lagu sedih (dalam artian secara nuansa dibangun secara dramatis dan melankolis) adalah upaya terbaik menyembuhkan luka dan menjadi lebih baik. Sayup terdengar string section di belakang instrumen utama menjadi bangunan kokoh dalam upaya Nisa menguatkan lirik lagunya, yang bisa dibilang terdengar motivasional. Terbukti dengan potongan lirik “walau nafasmu terasa berat, tetaplah kuat ku disini”.
Apa yang Nisa nyanyikan dalam lagu ini seperti upayanya untuk menyembuhkan setelah disembuhkan. Baik itu Nisa, saya, kamu, kalian, kita semua pernah merasa sendiri ketika dunia tak melihat ke arah kita, namun di luar sana kita tidak sendirian, dan lewat lagunya Nisa seakan menemani titik terendah seseorang dalam hidup lewat lagunya. “kuharap engkau mengerti, bahwa engkau tak sendiri”, begitu ujarnya.
Lagu yang dibuat sendiri oleh Nisa ini terasa begitu personal, sebagai sebuah lagu yang dia dedikasikan untuk semua orang terkasih, juga waktu dan perjalanan yang telah dia lalui. Mungkin bukan yang pertama sebagai musisi yang membuat lagu seperti ini. Dari mulai Michael Jackson sampai Saosin (sebuah band emo asal Amerika) pun pernah menuliskan hal yang sama lewat lagu berjudul “You’re Not Alone”.
Tidak lantas karya dari Nisa Haryanti menjadi banal karena kesamaan tema tersebut. Namun satu hal yang pasti, jika apa yang dia tulis menjadi terasa relevan, karena banyak orang merasa terhubung dengan tema seperti itu. Perlu diakui jika tidak ada satu pun orang yang betah merasa sendirian. Bukan hanya saat sedih, tapi bahkan saat gembira dan kebingungan harus berbagi tawa dengan siapa.
Secara musik, selain piano dan olah kreasi string section di lagu ini, tidak ada yang bisa disoroti lebih jauh, karena rasanya memang sudah seharusnya seperti itu. Bahkan Tulus lewat video klip lagu “Langit Abu-Abu” tidak memasukan instrumen musik apapun agar pendengar tidak terdistraksi dan akhirnya ikut larut dengan kekuatan lirik serta vokal si empunya lagu. Nisa, sekali lagi, mengamini jika kekuatan lirik tidak selalu disajikan dengan sebuah teriakan layaknya dalam lagu-lagu Seringai atau Burgerkill, tapi dengan tutur lembut laku halus dari lagu melankolis seperti ini, kekuatan lirik masih bisa dirasakan, hingga pendengar sembuh dan menyembuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar