Sebelum beranjak pada musik yang dibuka dengan ciamik oleh permainan alat musik bonang/kenong, agaknya satu hal yang disajikan .Feast lewat lagu “Tarian Penghancur Raya” ini cukup bisa digambarkan dengan satu kata, yakni “kaya”. Baik secara musik maupun penulisan lirik. Ragam reaksi dipaparkan pendengar di kolom komentar kanal Youtube .Feast, dari mulai isu represi suatu ormas terhadap acara tari 1000 Gandrung, perihal kebakaran hutan di Kalimantan, atau pun isu perusakan alam seperti pengeboran hingga ke inti bumi.
.Feast lagi-lagi mengangkat isu sosial, dan menempatkan musik pada fungsinya untuk menyampaikan pesan. Untunglah, setidaknya di tangan mereka musik menjadi satu hal penting dan punya peran prestisius, dibanding hanya pelengkap sebagai pemantik orang berdansa-dansi, tanpa kedalaman isi lagunya itu sendiri. Untungnya lagi, cara .Feast melempar isu tidak banal, karena dibanding menggunakan kalimat “mari cintai hutan kita”, .Feast lebih memilih kalimat “kudeta besar alam semesta”. Lebih menggetarkan secara piskologis orang yang mendengarnya.
Lagu yang ditulis oleh Baskara Putra dan dimainkan oleh .Feast ini kemudian dilengkapi pula oleh Rayhan Noor yang berlaku sebagai gitaris tamu di lagu ini. Torehannya menggigit, meski hanya sedikit tapi meninggalkan bekas. Berupa ‘bisa’ yang menguatkan lagu ini. Dengan isian lirik menggigit, dilengkapi pula oleh isian musiknya yang juga sama-sama menyajikan taring untuk mencabik. Ada riff-riff catchy di banyak sisi di lagu ini, kiri dan kanan dari yang terlontar lewat earphone, musik di lagu ini terasa nyaman, meski isian liriknya akan mengusik banyak telinga, terutama bagi kelompok yang .Feast tampar di lagu ini.
Kata ‘raya’ yang biasanya bergandengan dengan kalimat “kaya raya”, pada akhirnya menjadi tidak menemukan padanan yang sesuai ketika alam raya yang katanya ‘kaya’ ini dihancurkan. Banyak sisi, dan bukan hanya yang kasat mata, tapi juga lewat ragam kebijakan bank ahli, industri teknologi, hingga etnografi produksi yang menggurui penghuni asli. Sampai kemudian beranjak pada penghancuran nilai-nilai nusantara lewat sekelompok orang yang berbicara cepat bilang haram, kearifan lokal yang dibungkam, tuli pada yang belajar alam yang berakibat mati sesak nafas tengah malam. .Feast menangkap itu lewat lagu ini.
Kurangnya di lagu ini mungkin hanya terletak pada bangunan ritmis yang terasa datar. Namun hal itu kemudian menemukan momennya saat menuju coda lagu, ketika instrumen lainnya mulai menurunkan volume ke titik paling rendah, dan mempersilakan Bodat (drumer) menutup orasi Baskara (vokalis) di lagu ini. Diambil dari album Membangun dan Menghancurkan, lagu “Tarian Penghancur Raya” menjadi satu lagi karya .Feast yang mampu bicara banyak soal banyak hal di negeri ini.
Setelah cukup banyak menemukan lagu-lagu hiburan nir-makna, lagu-lagu dari .Feast kembali menjadi pilihan bagi pendengar menemukan musik yang bisa bicara banyak, dan berani dengan kenyataan jika hidup tidak selalu baik-baik saja. Menjadi penting untuk tetap gelisah, karena zona nyaman adalah apa yang perlahan akan membunuhmu. Begitu katanya. Kutipan hasil pemikiran selebritas sosial media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar