Sepertinya ada sekitar 15 menit saya menatap layar monitor. Semakin kesini menulis jadi semakin susah. Entah semakin susah atau semakin malas. Padahal dulu setiap mau nulis bisa niat banget ke warnet, karena dulu di rumah belum ada komputer, bahkan ketika sudah ada komputer pun tetap harus berjalan kaki ke warnet demi mengunggahnya ke blog. Lalu pernah juga niat banget menjadi jurnalis lepas untuk media lokal Bandung tanpa bayaran sama sekali, padahal saya melakukan perjalanan sangat jauh dari rumah di daerah Soreang ke tempat konser di Dago Tea House. Kalau orang Bandung pasti tahu sejauh apa jarak Soreang ke Dago Tea House.
Semua ‘perjuangan’ itu baru kebayar bertahun-tahun setelahnya ketika surat kabar Pikiran Rakyat mau membayar tulisan saya sebesar 250 ribu untuk satu artikel. Lalu setelahnya saya banyak mendapat tawaran menulis, hingga ‘puncaknya’ pada tahun 2017 ketika saya bergabung dengan Atap Promotion dan ditugasi menjadi jurnalis untuk media DCDC.
Uniknya, selama kurang lebih 6 tahun kerja disana, nyatanya pekerjaan saya tidak hanya meliputi urusan tulis menulis saja, karena disana saya juga saya mengerjakan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan acara. Singkatnya, Atap Promotion merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event organizer dan digital agency. Di kantor itu ada team yang biasa mengurusi urusan event dan urusan digital. Saya sebenarnya tergabung di team digital, di mana jobdesk utamanya mengurusi urusan content website, sosial media, atau pun hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan content digital dari klien yang bekerja sama dengan Atap Promotion. Namun belakangan, saya juga kadang diminta gabung jadi team event.
Saya ingat pertama kali gabung di team event ketika saya ditugasi jadi fotografer untuk acara SILABUD alias Silaturahmi Budaya bersama Coklatkita. Dulu saya ditugasi memotret orang yang ingin berfoto dengan Budi Cilok. Foto dilakukan di sebuah booth yang dibuat secara khusus dan hasilnya bisa langsung dicetak untuk kenang-kenangan. Setelahnya saya ditugasi mengurusi ticketing untuk konser band Beside di Bikasoga, Bandung. Lalu, kembali menjadi fotografer untuk acara Coklat Retro, Sehari Bersama Coklat Kita, hingga DCDC Shout Out Day. Belakangan, sekitar dua atau tiga tahun sebelum saya resign dari Atap saya sering dilibatkan menjadi showcom.
Kenapa bisa menjadi showcom
sepertinya hal ini bermula dari seringnya saya diminta menulis script untuk
acara-acara virtual pada musim pandemi. Hal itu kemudian berlanjut ketika saya
juga diminta menulis script untuk MC di event-event off air. Karena dirasa
menguasai knowledge program dan informasi lainnya yang tertulis, maka saya
kemudian dipercaya menjadi showcom yang membantu MC menjalankan acara sesuai
arahan dari show director.
Sekira satu tahun setelah resign dari Atap, saya kemudian bekerja di ITB Press. Disana saya kembali diminta mengurusi event-event off air, serta beberapa program seperti podcast yang dibuat untuk kebutuhan aktivasi dan branding dari ITB Press itu sendiri. Kurang lebih dua bulan kerja disana, sampai lah saya pada sebuah event launching ITB Press Mobile Store yang digelar pada Kamis, 22 Februari lalu. Disana saya ditugasi menjadi show director yang juga merangkap menjadi showcom, karena keterbatasan jumlah team.
Balik ke acara launching ITB Press Mobile Store, liputan lengkapnya bisa dibaca disini. Yang pengen saya tulis disini itu kejadian menjelang maghrib, di mana acara terpaksa harus dihentikan karena hujan. Celakanya, The Panasdalam Bank yang jadi headliner acara belum tampil. Disitulah tugas saya sebagai show director diuji hahaha. Saya melihat di tenda talent The Panasdalam Bank sedang berkumpul, nyanyi-nyanyi, dan senda gurau seperti biasa layaknya orang sunda yang suka bercanda. Sama sekali tidak tampak mood yang jelek dari semua personilnya, meskipun mereka batal tampil karena hujan. Dari tenda talent saya kemudian berjalan-jalan ke sekitaran area kampus, sampai akhirnya saya menemukan parkiran lantai dua dan menemukan ide “gimana kalau misalnya The Panasdalam Bank” tampil di parkiran lantai dua ini. Tempatnya indoor dan terbebas dari hujan. Hanya saja, kalau mereka tampil sepertinya tidak memungkinkan untuk memboyong sound system kesana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar