Selasa, 25 Juni 2024

HIGHLIGHT KEGIATAN BULAN JUNI 2024

Mengawali bulan Juni tepatnya tanggal 9 Juni 2024, kantor menugaskan saya untuk liputan acara Festival Dilan Wo Ai Ni. Menyenangkan ketika saya ditugasi untuk liputan. Ternyata musik dan jurnalistik masih jadi dunia yang terus memanggil seberapa pun jauhnya saya berjalan hahaha.

Jika biasanya saya hanya ditugasi untuk menulis dan memotret, kali ini sedikit berbeda karena saya juga ditugasi membuat konten video untuk reels instagram & tik tok. Pola liputan ‘hari ini’ nampaknya memang cukup berbeda, karena alih-alih orang tertarik membaca tulisan/artikel liputan, sepertinya hari ini lebih banyak orang yang lebih tertarik menyaksikan konten liputan dalam bentuk reels. Hal tersebut tentu tidak akan bisa se-detail artikel liputan dalam bentuk tulisan, tapi ya tidak bisa dipungkiri lagi, ‘generasi hari ini’ memang lebih ‘dekat’ dengan sajian konten berupa video reels.

 

Meski begitu, menulis liputan tetap menjadi satu kesenangan tersendiri buat saya. Memulainya pada tahun 2012 lalu hingga hari ini, tidak terasa 12 tahun saya menjalani ini dan masih merasakan perasaan yang sama. Menulis liputan selalu menarik untuk saya, mau itu acara kecil atau besar dengan skala festival, semuanya sama-sama menawarkan pengalaman yang seru untuk saya tulis. Simak artikel liputannya disini


Tanggal 12 Juni 2024, teman saya, Fahmi membuat acara diskusi di kantor saya. Hal tersebut saya sambut baik, karena kerjaan saya di ITB Press ini salah satunya adalah mengaktivasi ruang di tempat kerja saya untuk berbagai acara, termasuk acara diskusi yang dibuat Fahmi. Menarik juga melihat perkembangan Fahmi yang saya kenal pertama kali di kantor Atap. Ada progres yang cukup signifikan dari Fahmi yang saya rasakan, sampai akhirnya dia bisa membuat acara-acara diskusi seputar fotografi lewat kolektif bernama Kilas. Simak artikel liputannya disini. 

Lanjut pada tanggal 19 Juni 2024, teman saya Hilman (juga seorang fotografer seperti Fahmi) mengajak saya untuk jadi tamu podcast After School Rawk yang dibuat oleh RSLV Media. Media ini diinisiasi oleh Ugenx (dikenal sebagai vokalis Nudist Island & Minodrama) dan juga beberapa orang lainnya (termasuk Hilman). Saya selalu tertarik untuk terlibat atau mendukung pergerakan semacam ini, karena itu artinya ‘scene indie’ ini masih hidup dan terus melakukan inovasi kreatif. Apalagi jika konteksnya media. 

Seperti halnya orang-orang yang terlibat di RSLV Media, pada awalnya saya juga berkenalan dengan scene ini lewat sebuah media ‘indie’ bernama Gigsplay. Saya mengawali menulis di media tersebut, hingga akhirnya bisa terlibat di beberapa media seperti Kanaltigapuluh, Beliapr, hingga yang terakhir DCDC. Bahkan hingga hari ini pun saya masih mengerjakan hal yang sama –menulis untuk media ITB Press–.  

Bicara tentang ITB Press, selain menulis dan mengurusi event di ITB Press, saya juga kemudian terlibat dalam program podcast bernama ITB Press Show. Tanggal 5 Juni 2024 lalu, Podcast ITB Press Show mengundang musisi Van Godig yang baru saja merilis single barunya yang berjudul "Gilai Aku" (silakan bisa ditonton videonya disini). 


Lanjut pada tanggal 22 Juni 2024 lalu, ITB Press kedatangan tamu dari Jogja. Seorang dosen bernama Arsita Pinandita, atau biasa disapa Mas Dito yang baru merilis bukunya yang berjudul “Merchandise Musik: Gaya Visual Dalam Skena”. Pembahasan ini menarik karena saya pun punya ketertarikan dengan merchandise musik, khususnya kaos band.

Foto oleh: Romy Alva Hidayat

Saya ingat betul kaos band pertama saya adalah Slipknot yang dibelikan orang tua saya di Matahari department store waktu saya SMP kelas 2. Saya juga ingat tag-nya waktu itu bernama Moving Blue. Gak tau ini bootleg atau original hahaha. Yang jelas sejak saya sering memakai kaos itu kepercayaan diri saya mulai tumbuh dan saya mulai sering nongkrong. Dari sana lah, sebagai ‘obat PD’ saya cukup sering membeli kaos band. Awalnya kaos-kaos bootleg band luar negeri, sampai kemudian pas sudah dapat penghasilan sendiri mulai membeli kaos-kaos orginal band-band lokal. Saya ingat kaos band favorit saya itu kaos band Themilo, karena saya suka banget desain/gambarnya. Gambar buatan Astronautboys ini menjadi favorit saya, bahkan di beberapa kesempatan saya membeli rilisan kaos band lainnya dengan ilustrasi buatan Astronautboys. Saya ingat beberapa diantaranya adalah kaos Themilo (artikel Serbuk Terbang Telah Sirna), Pure Saturday (artikel Utopian Dream) dan juga kaos Polyester Embassy (kalau yang ini gak beli sih, tapi dikasih karena saya membuat press release untuk band tersebut).

Hal tersebut kemudian menjadi pembahasan yang seru dengan mas Dito, di mana beliau menuliskan fenomena menarik tentang kaos band yang tadinya jadi pilihan kedua setelah rilisan fisik (CD atau kaset), hingga kemudian bertransformasi menjadi pilihan utama dengan pasar yang besar. Bahkan tidak jarang kita temui banyak anak muda mengenakan kaos band tanpa tahu lagu/karya dari band tersebut, saking hal tersebut menjadi tren.

Saya sendiri sampai saat ini masih tertarik untuk mengkoleksi kaos-kaos band yang saya suka, tapi kadang suka berbenturan dengan kebutuhan anak dan istri hahaha. Paling, belakangan dapat kaos band dari bandnya langsung karena saya ikut bantu bikin press release atau publikasi di media.

Ngomongin anak dan istri, bulan Juni dilewati cukup seru, karena kami masih bisa menyempatkan untuk jalan-jalan keluar rumah. Ditambah lagi, bulan Juni menjadi momen special karena anak pertama saya, Ammar menyelesaikan sekolahnya di TK Damar Mas. Ada banyak momen mengharukan ketika acara kelulusan ini berlangsung. Dari mulai Ammar yang mulai berani tampil menari di atas panggung, sampai ketika Ammar diapresiasi sebagai siswa paling kreatif di kelasnya.

 

Saya selalu bangga dengan pencapaian sekecil apapun yang dia raih. Ada doa saya dan istri saya di nadi dan di setiap nafasnya, agar Ammar atau pun Nadja bisa jadi anak yang jauh lebih baik dari orang tuanya. Tidak ada yang lebih saya inginkan selain melihat kedua anak saya bisa hidup jauh lebih baik dari saya. Rasanya semua bentuk cinta saya dan istri dipusatkan pada kedua anak kami. Bisa melihat mereka sehat, ceria, dan tentunya punya pendidikan yang baik adalah hal yang paling saya inginkan di dunia ini.

Kebun teh, Pangalengan

Kurang lebih seperti itulah bulan Juni ini. Semoga ada banyak cerita baik di bulan-bulan berikutnya, dan semoga ada banyak cinta yang bisa dibagikan.

Bandung, 25 Juni 2024 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar