Dalam rangka menindaklanjuti mandat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Perpustakaan Nasional RI mengadakan acara Pekan Penghargaan Tahun 2024. ITB Press berkesempatan menghadiri acara tersebut pada hari Rabu, 18 September yang digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.
Gelaran ini menjadi terasa
istimewa karena salah satu buku yang diterbitkan ITB Press berjudul “Isu
Lingkungan dan Perubahan Iklim Pada Transportasi (Udara, Laut, Darat, dan Kereta
Api)” karya Wendy Aritenang berhasil terpilih sebagai buku terbaik tahun 2024
(peringkat tiga) untuk subjek Perubahan Iklim.
Selain buku dengan subjek
Perubahan Iklim, terdapat pula tiga subjek lainnya seperti Hak Asasi Manusia
(HAM), Kesehatan mental, serta Ketahanan pangan yang dinilai dalam Pemilihan
Buku Terbaik tahun 2024 ini. Terkait kenapa empat subjek ini yang akhirnya
dipilih sebagai kategori penilaian dewa juri, hal tersebut menurut Direktur
Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan, Ibu Emyati Tangke Lembang karena
keempat subjek tersebut cukup menjadi tren dan relevan dengan kondisi di
Indonesia saat ini. Misalnya saja tentang perubahan iklim di Jakarta yang kita
tahu tidak lagi bersahabat karena polusinya sudah sangat memperihatinkan, atau
tentang isu kesehatan mental yang belakangan ini semakin popular dan menjadi
isu cukup penting dari mulai remaja hingga orang tua.
“Kita selalu mengangkat tema yang disesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi/sedang tren di Indonesia”, ujar Bu Emyati.
Tentang acara Pekan Penghargaan
Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR) 2024 ini sendiri menurut Bu Emyati hal tersebut
berbanding lurus dengan kepedulian Perpusnas yang senantiasa konsisten untuk
terus memberikan apresiasi kepada para penulis dan penerbit yang buku-bukunya
terdapat di Perpusnas. Hal ini menjadi penting karena buku-buku yang ada di
Perpusnas nantinya akan diberdayakan kepada masyarakat yang ada di Indonesia.
Selain itu, menarik pula untuk
dituliskan ketika acara ini juga menebalkan unsur budaya Indonesia lewat
penampilan dari Ayodya Pala yang menyajikan tari-tarian daerah di Indonesia.
Semakin bertambah menarik karena dilengkapi pula dengan sajian visual yang
memanjakan mata.
Beranjak dari sajian tari-tarian,
acara kemudian berlanjut pada suguhan Talk Show yang mengangkat tema “Melangkah
Bersama Membangun Kreativitas Anak Bangsa”. Hadir sebagai narasumber ada Ernest
Junius Wiyanto (Co-Founder BOOKaBOOK dan Karya Raya), Astrid Savitri (Pemenang
Buku (Pustaka) Terbaik Tahun 2021 dan 2023), Maman Suherman (Penulis Buku dan
Pegiat Literasi), serta Edi Wiyono (Pustakawan Berprestasi Nasional 2024) yang
didaulat sebagai Moderator pada sesi talk show ini.
Pembicaraan semakin menarik
ketika masing-masing pembicara mengemukakan pandangannya tentang dunia buku dan
penerbitan. Misalnya saja ketika Ernest Junius Wiyanto (Co-Founder BOOKaBOOK
dan Karya Raya) mengemukakan pengalamannya menerbitkan buku-buku anak yang
ternyata punya pangsa pasar yang sangat besar. Selain itu, banyak cerita-cerita
otentik dari anak-anak daerah yang menarik untuk dijadikan buku. Selain
tentunya mendidik, hal ini juga meluaskan pandangan kita akan keragaman budaya
yang ada di Indonesia. Sedangkan Kang Maman dalam kesempatan ini memberikan
sedikit ‘sentilan’ terhadap industri buku dan penerbitan di Indonesia, di mana
banyak buku berkualitas di luaran sana, tapi masih terkendala administratif
perihal ISBN dan lainnya, hingga hal tersebut memperkecil peluang buku-buku
‘indie’ yang bagus untuk muncul ke permukaan dan bisa diakses lebih banyak
orang.
Ditemui disela-sela acara, Maman
Suherman, atau akrab disapa Kang Maman ini menuturkan pandangannya terhadap
acara ini. Menurut Kang Maman dirinya sangat mengapresiasi penyelenggaraan
acara ini karena itu artinya dunia literasi masih ada nafas untuk tetap hidup.
Hal itu menurut Kang Maman harus terus menjadi perhatian dan tidak boleh
berhenti tahun ini saja.
“Selamat ke para penerbit yang
masih nekat menerbitkan buku dan juga kepada para penulis yang masih merasa punya
tanggung jawab untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, mengabadikan
semua pemikiran, semua imajinasinya, serta apa yang dirasakannya dalam sebuah
tulisan”, ujar Kang Maman.
Selain itu, Kang Maman juga
menuturkan tanggapannya akan buku-buku yang terpilih sebagai Buku Terbaik di
gelaran ini. Menurutnya kualitas buku tidak ditentukan oleh dia diterbitkan
oleh penerbit besar atau penerbit indie (mandiri) karena yang terpenting adalah
ekosistem perbukuannya harus tetep dijaga, di mana negara harus hadir dan
melindungi kita dari pembajakan, serta harus ada keberpihakan kepada industri
yang katanya disebut industri kreatif ini (dalam konteks ini buku-red).
Menarik pula untuk dituliskan
ketika Kang Maman menyoroti tentang International Standard Book Number atau
biasa disingkat dengan ISBN. Perihal ini Kang Maman menuturkan harapannya
terhadap Perpusnas yang bisa mengeluarkan ISBN-nya sendiri. Hal ini dilatari
kegelisahannya dan juga banyak penerbit ‘indie’ yang susah mendapatkan ISBN.
“Kita sudah semangat nih
menerbitkan buku, udah semangat mau menulis, tapi terhambat hanya karena ISBN
kan sayang, hanya karena jumlahnya terbatas dari Inggris sana, karena kita
nggak bikin sendiri, supaya industri ini tetap hidup dan kemudian tidak terhambat
hanya karena persoalan ISBN”, ujar Kang Maman kepada ITB Press.
Selain itu, sejalan dengan apa yang dituturkan oleh Ibu Emyati, Kang Maman juga menuturkan rasa gembiranya terhadap 4 kategori/subjek yang dijadikan penilaian untuk buku terbaik tahun 2024 ini. Menurutnya isu-isu yang dijadikan subjek/kategori penilaian merupakan isu-isu besar yang dirasakan langsung oleh publik.
Daftar buku-buku yang terpilih menjadi buku terbaik tahun 2024 bisa dilihat melalui akun instagram resmi Perpustakan Nasional Republik Indonesia @perpusnas.go.id. Menyenangkan bisa melihat beberapa penulis dan perwakilan penerbit yang naik panggung untuk menerima penghargaan. Sejalan dengan apa yang diutarakan Kang Maman, penyelenggaraan acara ini menjadi penting karena itu artinya dunia literasi masih ada nafas untuk tetap hidup. Semoga tidak berhenti tahun ini saja. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar