Kamis, 19 September 2024

PEKAN PENGHARGAAN TAHUN 2024, PERPUSNAS

Dalam rangka menindaklanjuti mandat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Perpustakaan Nasional RI mengadakan acara Pekan Penghargaan Tahun 2024. ITB Press berkesempatan menghadiri acara tersebut pada hari Rabu, 18 September yang digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.

Gelaran ini menjadi terasa istimewa karena salah satu buku yang diterbitkan ITB Press berjudul “Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim Pada Transportasi (Udara, Laut, Darat, dan Kereta Api)” karya Wendy Aritenang berhasil terpilih sebagai buku terbaik tahun 2024 (peringkat tiga) untuk subjek Perubahan Iklim.

Selain buku dengan subjek Perubahan Iklim, terdapat pula tiga subjek lainnya seperti Hak Asasi Manusia (HAM), Kesehatan mental, serta Ketahanan pangan yang dinilai dalam Pemilihan Buku Terbaik tahun 2024 ini. Terkait kenapa empat subjek ini yang akhirnya dipilih sebagai kategori penilaian dewa juri, hal tersebut menurut Direktur Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan, Ibu Emyati Tangke Lembang karena keempat subjek tersebut cukup menjadi tren dan relevan dengan kondisi di Indonesia saat ini. Misalnya saja tentang perubahan iklim di Jakarta yang kita tahu tidak lagi bersahabat karena polusinya sudah sangat memperihatinkan, atau tentang isu kesehatan mental yang belakangan ini semakin popular dan menjadi isu cukup penting dari mulai remaja hingga orang tua.

“Kita selalu mengangkat tema yang disesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi/sedang tren di Indonesia”, ujar Bu Emyati.

Tentang acara Pekan Penghargaan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR) 2024  ini sendiri menurut Bu Emyati hal tersebut berbanding lurus dengan kepedulian Perpusnas yang senantiasa konsisten untuk terus memberikan apresiasi kepada para penulis dan penerbit yang buku-bukunya terdapat di Perpusnas. Hal ini menjadi penting karena buku-buku yang ada di Perpusnas nantinya akan diberdayakan kepada masyarakat yang ada di Indonesia.

Selain itu, menarik pula untuk dituliskan ketika acara ini juga menebalkan unsur budaya Indonesia lewat penampilan dari Ayodya Pala yang menyajikan tari-tarian daerah di Indonesia. Semakin bertambah menarik karena dilengkapi pula dengan sajian visual yang memanjakan mata.

Beranjak dari sajian tari-tarian, acara kemudian berlanjut pada suguhan Talk Show yang mengangkat tema “Melangkah Bersama Membangun Kreativitas Anak Bangsa”. Hadir sebagai narasumber ada Ernest Junius Wiyanto (Co-Founder BOOKaBOOK dan Karya Raya), Astrid Savitri (Pemenang Buku (Pustaka) Terbaik Tahun 2021 dan 2023), Maman Suherman (Penulis Buku dan Pegiat Literasi), serta Edi Wiyono (Pustakawan Berprestasi Nasional 2024) yang didaulat sebagai Moderator pada sesi talk show ini.

Pembicaraan semakin menarik ketika masing-masing pembicara mengemukakan pandangannya tentang dunia buku dan penerbitan. Misalnya saja ketika Ernest Junius Wiyanto (Co-Founder BOOKaBOOK dan Karya Raya) mengemukakan pengalamannya menerbitkan buku-buku anak yang ternyata punya pangsa pasar yang sangat besar. Selain itu, banyak cerita-cerita otentik dari anak-anak daerah yang menarik untuk dijadikan buku. Selain tentunya mendidik, hal ini juga meluaskan pandangan kita akan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Sedangkan Kang Maman dalam kesempatan ini memberikan sedikit ‘sentilan’ terhadap industri buku dan penerbitan di Indonesia, di mana banyak buku berkualitas di luaran sana, tapi masih terkendala administratif perihal ISBN dan lainnya, hingga hal tersebut memperkecil peluang buku-buku ‘indie’ yang bagus untuk muncul ke permukaan dan bisa diakses lebih banyak orang.

Ditemui disela-sela acara, Maman Suherman, atau akrab disapa Kang Maman ini menuturkan pandangannya terhadap acara ini. Menurut Kang Maman dirinya sangat mengapresiasi penyelenggaraan acara ini karena itu artinya dunia literasi masih ada nafas untuk tetap hidup. Hal itu menurut Kang Maman harus terus menjadi perhatian dan tidak boleh berhenti tahun ini saja.

“Selamat ke para penerbit yang masih nekat menerbitkan buku dan juga kepada para penulis yang masih merasa punya tanggung jawab untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, mengabadikan semua pemikiran, semua imajinasinya, serta apa yang dirasakannya dalam sebuah tulisan”, ujar Kang Maman.

Selain itu, Kang Maman juga menuturkan tanggapannya akan buku-buku yang terpilih sebagai Buku Terbaik di gelaran ini. Menurutnya kualitas buku tidak ditentukan oleh dia diterbitkan oleh penerbit besar atau penerbit indie (mandiri) karena yang terpenting adalah ekosistem perbukuannya harus tetep dijaga, di mana negara harus hadir dan melindungi kita dari pembajakan, serta harus ada keberpihakan kepada industri yang katanya disebut industri kreatif ini (dalam konteks ini buku-red).

Menarik pula untuk dituliskan ketika Kang Maman menyoroti tentang International Standard Book Number atau biasa disingkat dengan ISBN. Perihal ini Kang Maman menuturkan harapannya terhadap Perpusnas yang bisa mengeluarkan ISBN-nya sendiri. Hal ini dilatari kegelisahannya dan juga banyak penerbit ‘indie’ yang susah mendapatkan ISBN.

“Kita sudah semangat nih menerbitkan buku, udah semangat mau menulis, tapi terhambat hanya karena ISBN kan sayang, hanya karena jumlahnya terbatas dari Inggris sana, karena kita nggak bikin sendiri, supaya industri ini tetap hidup dan kemudian tidak terhambat hanya karena persoalan ISBN”, ujar Kang Maman kepada ITB Press. 

Selain itu, sejalan dengan apa yang dituturkan oleh Ibu Emyati, Kang Maman juga menuturkan rasa gembiranya terhadap 4 kategori/subjek yang dijadikan penilaian untuk buku terbaik tahun 2024 ini. Menurutnya isu-isu yang dijadikan subjek/kategori penilaian merupakan isu-isu besar yang dirasakan langsung oleh publik.

Daftar buku-buku yang terpilih menjadi buku terbaik tahun 2024 bisa dilihat melalui akun instagram resmi Perpustakan Nasional Republik Indonesia @perpusnas.go.id. Menyenangkan bisa melihat beberapa penulis dan perwakilan penerbit yang naik panggung untuk menerima penghargaan. Sejalan dengan apa yang diutarakan Kang Maman, penyelenggaraan acara ini menjadi penting karena itu artinya dunia literasi masih ada nafas untuk tetap hidup. Semoga tidak berhenti tahun ini saja. Salam literasi!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar