Bandung, 2 Agustus 2025, suasana hangat menyelimuti Gedung De Majestic, Bandung, pada Sabtu siang saat sebuah perhelatan budaya bertajuk “Intimate Concert: Lampah Angklung: Dari Tradisi ke Industri” resmi digelar. Acara yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.00 WIB ini menjadi ruang pertemuan antara warisan tradisional dan semangat modernisasi, di mana hal ini juga menandai peluncuran buku Angklung: Dari Tradisi ke Industri karya Buky Wibawa Karya Guna yang diterbitkan oleh ITB Press.
Disusun dengan alur pertunjukan yang menyentuh dan edukatif, konser ini menjadi lebih dari sekadar perayaan musik. Ia menjelma menjadi sebuah perjalanan historis dan kultural angklung (alat musik bambu yang telah menjadi identitas budaya Indonesia, khususnya Jawa Barat-red). Sejak awal acara, penonton diajak menyaksikan bagaimana angklung dahulu digunakan dalam konteks ritual, dimainkan oleh anak-anak dan remaja melalui tarian dan kesenian khas yang penuh semangat dan warna.
Penampilan awal tersebut menyiratkan akar angklung sebagai alat pemanggil kesuburan, pembuka panen, dan pengiring upacara adat. Kemudian, seiring berjalannya waktu, narasi pertunjukan pun bergerak maju, menyiratkan bagaimana angklung kini telah masuk dalam ranah industri kreatif dan hiburan modern. Hal ini tergambarkan dengan apik saat Saung Angklung Udjo membawakan berbagai lagu populer dunia, termasuk aransemen luar biasa lagu “Bohemian Rhapsody” milik Queen, menggunakan susunan angklung yang harmonis dan memikat.
Keterlibatan Saung Angklung Udjo dalam acara ini menegaskan peran sentral lembaga tersebut dalam melestarikan sekaligus memperbarui angklung sebagai warisan budaya yang hidup. Mereka tidak hanya mempertahankan teknik dan filosofi tradisional, tetapi juga terbuka terhadap eksperimen musikal yang menjadikan angklung relevan dengan zaman. Tak kalah menarik, acara ini turut dihadiri dan didukung oleh organisasi Perempuan Indonesia Maju DPD Jawa Barat, yang menegaskan peran aktif perempuan dalam mendorong pelestarian budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis tradisi.
Sebagai puncak acara, penyanyi legendaris Nicky Astria tampil memukau membawakan sejumlah lagu hits miliknya. Salah satunya adalah lagu “Mata Laki-laki” yang disambut riuh tepuk tangan penonton. Kehadiran Nicky memberikan sentuhan rock yang dinamis, sekaligus menjadi simbol penggabungan antara kekuatan musik kontemporer dan tradisi yang tetap bergema.
Secara keseluruhan, Intimate Concert: Lampah Angklung bukan hanya merayakan terbitnya sebuah buku penting tentang perjalanan angklung, tetapi juga menghadirkan pengalaman multisensori yang membuktikan bahwa tradisi tidaklah statis. Ia terus bergerak, beradaptasi, dan bahkan bisa menjadi bagian dari industri yang lebih luas—tanpa kehilangan akarnya. Acara ini menjadi bukti bahwa ketika warisan budaya diberi ruang untuk berevolusi, ia tak hanya bertahan, tetapi juga bersinar di panggung yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar