Bulan Oktober ini ada tiga hal menarik yang bisa dijadikan highlight, dari mulai liputan Pasar Seni ITB 2025 yang digelar dua hari pada tanggal 18 & 19 Oktober di Sabuga dan kampus ITB Ganesha, Market Day di sekolah Ammar, hingga kemudian menjelang akhir bulan Ammar main ke kampus ITB nemenin papa liputan arak-arakan wisuda ITB.
Soal Pasar Seni. Riuh acara ini sudah mulai terasa bahkan beberapa bulan sebelum acaranya berlangsung. Bukan tanpa alasan, karena kantor saya, ITB Press berkesempatan untuk berkolaborasi dengan Pasar Seni membuat official merchandise Pasar Seni. Karena sama-sama berkepentingan dalam mempromosikan produk merchandise ini, ITB Press lumayan gencar memberitakan tentang acara ini, dari mulai membuat podcast eksklusif dengan panitia Pasar Seni, hadir di tiga konferensi pers yang digelar panitia, hingga puncaknya, ITB Press media hadir untuk meliput acaranya. Cukup hectic, karena selain meliput saya juga dilibatkan (atau tepatnya melibatkan diri) untuk juga membantu tim marketing berjualan, dari mulai di Mobile Store di Sabuga, hingga di Campus Centre Barat yang dijadikan booth ITB Press pada hari H acara.
Saya menaruh hormat pada grup musik yang berdiri sejak tahun 1996 ini. Selama hampir tiga puluh tahun menjajal panggung musik, mereka masih tampil enerjik dan menghibur, meski beberapa kali saya lihat masing-masing personil nampak kelelahan di atas panggung. Wajar, mengingat usia yang tidak lagi muda. Tapi saya salut dengan konsistensi mereka untuk mau terus menghibur, dan karena saya mendapat kesempatan melihat cukup dekat (di bibir panggung) nampak sekali bagaimana mereka support satu sama lain di atas panggung. Beberapa kali Udjo menggandeng tangan Tika ketika hendak turun tangga (panggung dibuat berundak menjadi dua level), berjingkrak, berlari ke arah penonton sambil sesekali menyapa, bergantian maju mundur antar personil, dan secara musik mereka tampil serius dengan musisi ‘beneran’ yang memang tahu caranya ngenakin lagu. Soal itu juga layak diapresiasi, meski bukan personil inti Project Pop, para musisi ini juga punya andil memberi ‘nyawa’ pada lagunya.
Selain Project Pop, penampil yang juga menarik perhatian saya adalah The Panasdalam Bank, terutama sang Imam Besar, Pidi Baiq yang mengenakan kaos bertuliskan “Hidup Unpad”. Tentu hal ini menggelitik, karena baik itu Pidi maupun beberapa personil The Panasdalam yang lain (termasuk vokalis yang juga atasan saya di kantor, Pak Alga-red) merupakan alumni ITB (seni rupa). Kala itu, melalui lagu dan kaos yang dikenakan Pidi Baiq, mereka menyerukan Hidup Unpad di hadapan banyak mahasiswa ITB dan di acara anak ITB pula hahaha.
Tiga hari setelah hajatan Pasar Seni ITB, ada acara Market Day di sekolah Ammar. Kali ini, Ammar berjualan Donat Mochi bikinan mamanya. Seru acaranya, terlebih bisa menyaksikan anak sendiri berjualan. Ammar belajar melayani pembeli dan belajar berproses menjemput rejeki. Apalagi dalam islam sendiri, menjadi seorang pedagang adalah profesi yang sangat disarankan karena nabi besar umat Islam, Muhammad SAW merupakan seorang pedagang. Jadi acara ini cukup mengharukan bagi saya pribadi sebagai papa nya. Melihat Ammar tumbuh dari anak yang pemalu, sampai kemudian dia sekolah dan mulai adaptif dengan lingkungan hingga menjadi cukup luwes untuk bisa berinteraksi dengan orang lain. Sejak hari pertama kamu lahir papa selalu dan akan selalu bangga sama kamu.
Keharuan itu kemudian berlanjut pada acara Wisuda ITB bulan Oktober, di mana saya yang belum pernah merasakan bagaimana rasanya diwisuda bisa mendapatkan kesempatan meliput secara langsung proses wisuda ITB dengan semua cerita inspiratif para wisudawan, hingga kisah haru yang menyesakan dada kala dua orang wisudawan yang dinyatakan lulus cumlaude harus berpulang sebelum mereka diwisuda. Menyesakan tapi juga melegakan karena ketika sang ibu mewakili anaknya yang berpulang, sang ibu tahu jika didikannya berhasil, karena si anak berhasil lulus dengan nilai sangat baik, meski secara fisik anaknya tidak ada di sana. Liputannya bisa baca di sini.
Entahlah, setiap kali mendapat
kesempatan meliput acara Wisuda di ITB, saya selalu kepikiran Ammar. Pastinya saya
akan sangat bersyukur dan bangga jika suatu hari Ammar bisa kuliah dan lulus di
ITB. Sebelum bekerja untuk ITB Press saya tidak pernah benar-benar terkoneksi
dengan kampus yang digadang-gadang sebagai salah satu kampus terbaik di
Indonesia ini. Tapi ketika saya melihat dan berinteraksi secara langsung dengan
para mahasiswa, dosen, dan lingkungan kampus tersebut, saya kemudian terkoneksi
dan mengamini kenapa kampus ini bisa dinilai sebagai salah satu kampus terbaik
di negeri ini. Dan sebagai seorang ayah, tentu saya ingin yang terbaik untuk
anak saya, hingga kemudian mimpi menyekolahkan Ammar di kampus ini selalu
terselip di doa-doa saya.
Manifesting soal itu kemudian terjadi pada tanggal 26 Oktober kala Ammar ikut saya meliput acara arak-arakan wisuda ITB di kampus Ganesha. Terlihat sekali Ammar semangat menjajal setiap sudut di ITB, hingga yang paling mengharukan ketika dia beranjak ke Kolam air mancur Indonesia Tenggelam (Intel). Disana terpampang berbagai jurusan/fakultas yang ada di ITB, hingga kemudian dia memilih jurusan arsitektur sebagai yang paling menarik perhatiannya.
Beberapa waktu lalu saya pernah bertanya tentang hal yang paling dia suka, dan ketika itu dia menjawab merakit lego dan main minecraft. Karena jawaban itu saya kemudian menyarankan kalau Ammar mau kuliah di ITB sebaiknya dia milih jurusan arsitektur saja. Dia setuju dan sejak saat itu dia selalu bilang mau kuliah jurusan arsitektur.
Semoga saja apa yang dia dan papa nya harapkan bisa sejalan dengan takdir baik yang Allah siapkan. Aamiin.
Terima kasih Oktober, sampai ketemu lagi di keseruan selanjutnya. Big Love!
Home


















Tidak ada komentar:
Posting Komentar