Senin, 13 September 2010

Thank You Radio

Ketika sekumpulan anak sekolah lainnya sedang berkumpul di parkiran dengan motor modifikasinya, ditemani cewek yang cantik, modis, dan banyak diantaranya adalah anggota dari kelompok cheerleader di sekolahnya. Lalu ada seorang anak yang berjalan sedikit tergesa-gesa dengan kepala yang selalu menunduk. Sempat sih curi-curi pandang ke arah parkiran itu, ngeliat cewek-cewek cheers yang cantik-cantik. Tapi segera pikirannya kembali terfokus dengan acara musik di radio kesayangannya. Maka dengan langkah yang agak sedikit tergesa-gesa ia mempercepat langkahnya.

Seperti itu lah saya menggambarkan diri saya. Sedikit terasingkan, nerd, cupu, atau apalah itu orang menyebutnya Tapi saya cukup nyaman dengan keadaan seperti itu, karena saya punya banyak imajinasi dan melodi yang selalu menyesaki kepala setiap harinya. Dan satu lagi saya punya teman baik sebuah radio yang selalu menemani dan menginspirasi.

Radio menjadi satu-satunya alasan kenapa saya selalu selalu terburu-buru untuk pulang cepat, karena setiap lagu yang diputar di radio bisa mewakili perasaan senang, sedih, kesal, atau apapun. Dan biasanya bisa seharian di kamar kalo udah kaya gitu. Musik menjadi bagian paling saya sukai melebihi apapun termasuk sekolah. Sampai saya pernah bolos sebulan lebih gara-gara belajar maen gitar di rumah sodara sepupu saya. Terlahir sebagai anak dari pegawai negeri biasa, saya dibiasakan untuk tidak boleh punya keinginan yang macem-macem. Satu-satunya barang yang menurut saya cukup mahal adalah sebuah gitar yang di beliin papa sebagai bentuk sogokan agar saya mau sekolah. Dan ya begitulah saya melewati hari-hari saya. Dengan sebuah radio, gitar, dan musik. Tidak dengan motor modifikasi, cewek cheers, ataupun hal hebat lainnya. Tapi ya ga apa-apa. Ini tentang saya, musik, dan radio tentunya

Thank you radio.

Dongeng sebelum sore.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar