Kamis, 08 Desember 2011

My Band My Story

“MY BAND MY STORY”, ketika sebuah cerita yang saya jalani dengan kesukaan saya ini. Dari mulai pertama belajar main gitar terus langsung manggung, sampai sekarang yang masih ngeband, dan mulai ngerasa kalau ngeband itu suatu kebutuhan dalam hidup sebagai syarat saya bahagia. Ciee gitu.

Ini adalah merupakan beberapa nama band yang pernah melibatkan saya sebagai salah satu pelaku di dalamnya (personilnya).

1 MINORITY

Minority adalah band ‘serius’ pertama saya. Kenapa serius? Karena sebelumnya (jaman masih SMP) ngeband itu cuma sebatas gaya-gayaan doang, biar dibilang keren lah. Di minority ini untuk pertama kalinya saya ngeband dengan konsep/visi ke depan seperti ingin rekaman dan go public. Mencoba membawakan lagu sendiri dan membuat demonya, untuk kemudian diperdengarkan kepada khalayak luas. Genre musiknya sendiri masih seputaran punk, grunge, dan (ehem) emo - emo gimanaaa gitulah. Ya masih menyisakan sisa-sisa jiwa ababil saya kala itu.

Minority mewakili jiwa remaja saya, yang seolah berujar seperti “ini nih gua juga bisa bikin sesuatu” di masa pencarian jati diri, sekaligus pembuktian diri saya. Berangkat dari kebosanan berada di lingkungan sekolah musik, yang terus menerus mendikte saya tentang bagaimana seharusnya saya bermain music, sesuai dengan yang guru saya diktekan. Secara akademis, main musik itu terasa jadi membosankan dan kaku, yang sebenarnya bertolak belakang dengan konsep saya yang berpendapat main musik itu bebas. Bebas seperti ketika jaman saya dulu suka Nirvana. Bermain musik tanpa beban dan pretensi apapun, bebas, ‘ngasal’ tapi fun. Maka dari itulah Minority lahir, sebagai wadah saya main musik dengan bebas, kasar, berisik, dan ya semaunya itu. Kebetulan teman saya Ryan Bean punya kesamaan pemikiran dengan saya. Jadi ya lahirlah Minority ini yang dibangun oleh Ryan Bean (drum), Rizal/Ijay (kakaknya bean yang merangkap sebagai vokalis), Marsha/Luthor (gitar), dan saya yang bermain bass.

Cukup lama juga saya tergabung bersama Minority. Sampai kami sempat membuat sebuah mini album hasil rekaman live kami, yang berisikan 6 buah lagu ciptaan kami. Proses kreatif nya sendiri sangat menyenangkan. Dari mulai kami rekaman sampai kami membuat sendiri cover dan packaging mini album kami itu.

Lama setelah kami merasakan fun nya main musik bersama Minority itu seperti apa, akhirnya kami dihadapkan pada beberapa perbedaan cara pandang kami bermain musik dan menyatukan beberapa kepala dalam sebuah band. Perselisihan pun selalu saja ada. Dan di rasa makin kesini makin tidak bisa disatukan lagi konsepnya, juga tidak adanya lagi rasa saling respect antar personil. Maka band inipun dengan sendirinya membubarkan diri, tanpa kita bertiga tahu siapa yang membubarkannya.

2 Cherry Berry

Ini berarti band serius kedua saya setelah Minority itu tadi. Sebuah band yang banyak memberikan pengalaman buat saya dalam banyak hal. Seperti bikin video klip ataupun buat jingle iklan (walaupun sebenarnya waktu itu kita di tipu hahaha). Konsep bandnya sendiri ketika itu adalah kita mencoba untuk berkompromi dengan pasar dan industri. Maka dari itu lagu-lagu yang coba dibuat di band ini juga semuanya bernafaskan Pop, dan bahkan tidak jarang pula membawakan lagu orang (jadi semacam band café gitu) dan kalau boleh jujur sih it’s ‘sucks’. Tapi ya apa boleh buat, waktu itu saya baru keluar dari pekerjaan saya sebagai karyawan di kantoran, dan butuh uang. Jadi tawaran untuk jadi bassis di Cherry Berry pun saya terima. Itupun atas dasar pertemanan saya dan sahabat saya Ryan Bean yang sebelumnya tergabung di band Minority.

Lama-kelamaan band ini pun berubah konsep setelah vocalis pertama kita Puput keluar. Band ini menjadi agak ingin terlihat nge-punk dan rock rock gimanaaa gitu (sebagai gambaran, band ini jadi terlihat seperti Paramore wannabe gitu lah). Dan masuklah Gina menggantikan posisi Puput sebagai vocalis.

Dengan genre yang dibawakan ini (punk dan rock rock gimanaaa gitu) agaknya lumayan membuat saya lost akan musik yang saya mainkan. Karena ga tahu kenapa, mungkin karena musik britpop, swedishpop ataupun genre lain yang sedikit lebih kalem, agaknya membuat saya lumayan tidak betah untuk terus berada bersama band, dan memainkan genre musik yang Cherry Berry mainkan tersebut.

Puncaknya saya memilih mengundurkan diri dari band dan mencoba peruntungan di dunia lain selain musik (standarlah, ngelamar kerja. Jadi pegawai dan hal lainnya demi menunjang hidup). Dan Cherry Berry sendiri sampai saat ini masih ada, dan memang jangan sampai bubar lah.

3 Elsi Likes Tree

Dasarnya emang ga bisa jauh jauh dari musik sih, jadi ya mentok-mentoknya pasti kangen ngeband dan main musik lagi. Dengan sisa-sisa tenaga saya sebagai seorang musisi handal bandung (Soreang khususnya hehehe). Saya memberanikan diri untuk buat band lagi. Kali ini saya bertindak tidak sebagai seorang bassis, tapi menjadi seorang gitaris sekaligus (ehem) leader-nya gitu. Walaupun ilmu gitarnya masih cetek tapi ya cuek aja yang penting ‘passion’ nya ada.

Maka saya menghubungi teman saya Phili untuk mengisi vocal di band yang saya buat ini. Dan setelah ngalor ngidul ngobrol kesana kemari, akhirnya kita sepakat untuk ada di jalur indiepop/swedishpop sebagai genre yang akan kita mainkan. Setelahnya, saya mulai mencari personil lainnya untuk mengisi posisi sebagai drumer dan bassis. Ga jauh-jauh sih, karena akhirnya yang ngisi posisi drum itu adalah adik saya sendiri Egi, dan bassisnya Wisnu yang adalah teman Egi. Dan jreng jreng jreng jadilah Elsi likes tree.

Elsi likes tree sebenarnya harapan terakhir saya buat band-band-an yang sudah saya lakoni hampir dari setengah umur saya ini. Tapi ya tapi. Harapan tinggal harapan. Karena pada akhirnya band ini jadi agak terbengkalai dengan Wisnu yang memilih kerja di Bengkulu, Egi yang memilih menjadi seorang akuntan, dan hanya menyisakan saya dan Phili.

Pernah ketika waktu itu, kita (saya dan Phili) memaksakan tampil berdua saja membawakan format akustik, di sebuah acara komunitas film indie teman kami. Tapi ya diakui atau tidak, ngeband itu jauuuh lebih enak dibanding format duo seperti ini. Sampai pada akhirnya saya ada dalam kebimbangan akan kemana membawa band ini. Tuntutan mencari uang/materi, dan menjadi mapan selalu saja menjadi sarapan saya setiap harinya. Mencoba mengalihkan dengan menjadi seorang kontributor penulis di sebuah majalah lokal, kerja di studio foto, sampai membuat proyek musik solo saya sendiri, dan masih saja itu menjadi sebuah keresahan. Karena sungguh dari lubuk hati saya yang paling dalam, sebenarnya saya lebih suka ngeband sebagai pilihan hidup saya. Tapi….. dan banyak tapi tapi lainnya.

Kesimpulannya adalah :

Tidak ada sebenarnya, selain saya yang curhat atas nama band yang melibatkan saya sebagai personilnya. Tapi tapi tapi. Terima kasih untuk semua teman-teman yang pernah sama-sama ada dalam sebuah band yang saya sebutkan tadi di atas.
Terima kasih untuk semua yang terlewati.
Terima kasih untuk pengalaman dan pelajaran yang berharga.
Terima kasih terima kasih.
Semoga tuhan memuliakan semua kebaikan kalian.

Dan ini adalah list lagu yang bisa mengingatkan kita (whaaaaattttt kitaaaa?) akan apa yang sudah dilewati bersama band ketika merekam lagu yang pernah dibuat.

1.Letter to kill you (Minority)
2.Masih Dendam (Minority)
3.Cerita pagi ini (Cherry Berry)
4.Rumah pohon (Cherry Berry)
5.Perfect life (Cherry Berry)
6Brithpop song (Elsi likes Tree)
7.When you say ‘R’ (Elsi likes Tree)

Dan beberapa bonus track lainnya.

Untuk download klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar