Rabu, 25 September 2013

DATAR (tantangan menulis random) part 1

Sebelumnya menulis itu tak pernah seperti ini. Tidak ada hal menarik yang bisa dituliskan. Kadang justru kesedihan, kekecewaan dan harapan yang terpatahkan bisa berbuah karya yang bagus, karena terlahir dari kegelisahan. Juga dengan kesenangan yang bisa berbuah karya yang menyenangkan dan menghibur. Tapi ketika tidak berada dikeduanya, maka jadi membosankan. Menjadi datar dan tanpa tujuan akan kemana membawa tulisan ini.

Aku pernah berujar kepada seorang kawan jika kehidupan setelah kehidupan di dunia akan menyenangkan, karena semuanya sudah berakhir dengan ditandai kehidupan baru nan abadi, yang semoga saja surga itu memang ada, dan aku berada di dalamnya. Semuanya ada disana, semua yang aku pinta akan tersedia. Tapi lalu kawanku berujar, kalau semua yang kita inginkan begitu mudah kita dapatkan, maka apa menariknya? Kehidupan yang abadi dengan semua kesenangan itu akan membosankan, menurutnya.

Sialan nih orang bener juga. Yang membuat hidup itu menarik adalah ketika kita melewati banyaknya kekalahan dengan satu kemenangan, ketika kita melewati banyaknya kesedihan dengan satu kesenangan. Kalau sepanjang hidup senang terus, apa menariknya? Pernah nanya ga apa hidup Bill Gates itu selalu menyenangkan? Dia kan banyak banget uangnya. Mau apa aja pasti bisa dibelinya. Tapi ngga juga kayaknya. Setidaknya tidak lebih menarik dengan aku yang perlu nabung setahun lebih untuk bisa beli gitar, tidak lebih menarik dengan aku yang ditinggal kawin karena ga punya uang, tidak lebih menarik dari aku yang berjalan kaki berkilo meter karena kehabisan ongkos. Menjadi menarik karena kesialan hari ini, adalah bahan tertawaan untuk esok hari. Ketika semuanya terlewati, maka akan terbayar sudah semuanya. Jika tidak ada yang dilewati, maka tidak ada pencapaian.

Akhir cerita adalah hal paling tidak menarik dari sebuah tulisan. Baik dalam film, sebuah lagu, atau sebuah buku. Setelah berakhir dengan titik di halaman terakhir, maka apa setelah itu? Pernah nonton Titanic ga? Hal paling tidak menarik di film itu adalah adegan terakhirnya. Dan adegan paling menarik tentu saja adegan melukis Rose yang telanjang dan adegan dalam mobil yang berembun itu. Dari awal kita tahu jika kapalnya akan karam. Namun karena apa dan kenapa kapalnya bisa karam, itu yang membuat film ini jadi menarik. Pun dengan aku. Dari awal aku tahu jika aku hidup untuk mati. Tapi karena apa dan kenapa aku bisa mati, itu yang membuat cerita ini bisa aku tulis. Atau benar kata Soe Hok Gie, ketika dia berujar jika nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada.

Tapi kalaupun terlanjur terlahir dan tidak mengutuk takdir, maka nasib paling baik yang aku dapat adalah karena aku terlahir dari rahim ibuku. Seorang yang seharusnya bahagia. Bahkan Tuhan bisa aku marahi, jika tak membuatnya bahagia. Hidup ibu bukan untuk dia sendiri, tapi untuk aku dan dua orang adiku. Maka segala doa yang terbaik adalah untuknya, seperti halnya segala doa yang dia tujukan untuk aku dan dua orang adiku. Karena alasan itu, maka hidup menjadi punya arti buat aku. Selain itu, mungkin ada mungkin tidak. Tergantung sejauh mana waktu membawaku ke dalam lingkarannya.



 #tantanganmenulisrandom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar