Rabu, 25 September 2013

LAKI-LAKI PEMALU (tantangan menulis random) part 2





Katanya seniman itu adalah orang yang gemar mengumbar perasaannya, orang yang pintar mengolahnya untuk kemudian bisa dinikmati lewat media yang dipilihnya untuk bisa dipamerkan pada banyak orang. Lewat gambar seorang seniman menceritakan kegembiraannya dengan warna-warni pelangi, lewat musik seorang seniman menceritakan kesedihannya lewat nada-nada minor, dan lainnya dan lainnya.

Seniman yang baik itu harusnya punya perasaan yang luas. Dia harus bisa menggambarkan rasanya penolakan, rasanya dibuang, namun juga diwaktu yang berselang setelahnya dia bisa merasakan kegembiraan, dan rasanya dicintai. Berbagai macam perasaan yang dirangkum oleh pemikiran dan daya hayal akan menghasilkan karya yang indah. Jadi banyak sisi terlihat dari sebuah sudut pandang. Menggambarkan satir dalam sebuah candaan, menggambarkan senyum dalam sebuah kegetiran.

Seniman adalah seorang pelaku seni. Seni adalah cara indera memaknai keindahan. Seni itu harus indah, jika tidak indah berarti bukan seni. Kamu adalah seni. Dengan caramu membaca saja itu adalah seni, ketika matamu menangkap aksara dalam buku yang kamu baca, ketika gerak tanganmu membuka lembar demi lembar buku yang disingkap lembut oleh jemari mungil itu, ketika kamu menyapaku setelah kamu menyelesaikan bacaanmu, kamu bilang “eh Asep, udah lama sep?”, kamu bertanya. Aku jawab “ngga kok, baru aja”, jawabku sambil nyengir yang padahal aku berbohong, karena sudah sejak dua jam yang lalu aku ada untuk melihatmu membaca, melihat deretan huruf yang terlihat dari etalase lensa kacamatamu yang menjajakan keindahan matamu dibaliknya, yang menurut aku pribadi, syarat untuk perempuan bisa dikatakan cantik haruslah berkacamata. Seperti kamu itu.

Aku tak perlu bilang kamu cantik langsung dihadapanmu, karena orang lain sudah banyak yang bilang begitu. Nanti tidak ada istimewanya jika aku bilang kamu cantik. Toh kamu sudah terbiasa juga mendengar kata cantik yang ditujukan kepadamu. Jadi cukup aku bilang dalam hati saja ketika aku berujar kamu cantik. Didepanmu aku selalu berusaha meyakinkanmu jika kamu itu jelek, ngeselin, dan ga mungkin aku suka sama kamu. Sialnya kamu percaya itu. Jadi kita ga kemana-mana.

Entahlah apa aku seorang penakut atau seorang peragu. Aku takut akan sebuah penolakan, juga aku ragu kamu bakal nolak, tapi ga yakin juga kamu bakal nerima. Maka biarkan saja aku berada jauh dalam ekspektasi menginginkanmu. Mungkin mengagumi saja sudah cukup. Aku tak mau memiliki apapun, karena aku tak mau kehilangan apapun. Kalau kata Ben Harper sih, “when you have everything, you have everything to lose”. Aku ga mau kehilangan kamu, kehilangan menyaksikan arah pandanganmu ketika kamu berbicara. Jadi dua jam melihatmu membaca sudah cukup buat aku.

(temukan sesuatu dibalik kata kacamata)

#tantanganmenulisrandom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar