Jumat, 11 Oktober 2013

SEMANGKOK RANDOM

Hampir jam sebelas malam, ketika batang rokok ini aku hisap bersamaan dengan jemari yang menari menulis sesuatu. Asap yang kutiup dari batang rokok yang kuhisap seraya menjauh pergi bersamaan dengan apa yang kulewati, yang kini jadi gambaran kenangan tentang masa lalu. Tentang banyaknya kekalahan, banyaknya kecewa, dan hal yang membuat aku jadi banyak mikir tentang apa yang aku lewati.

Mungkin cara terbaik menjalani hari adalah dengan membiarkannya begitu saja. Ga ngotot, ga terlalu berharap lebih, ga terlalu berambisi dan berekspektasi tentang bagaimana hari bisa terlewati. Semuanya pasti bakal ada waktunya dan sepadan dengan apa yang diperjuangkan. Kalau ga bisa dapat apa yang dipengen, mungkin karena memang bukan itu yang pantas untuk aku. Atau bisa juga itu memang buat aku, hanya waktunya saja belum tepat. Ga tau juga, terserah Tuhan aja lah, suka-sukanya Dia aja.

Tambah kesini aku tambah yakin kalau semua bakalan indah pada waktunya. Klise sih, tapi kenyataannya memang seperti itu. Ketika berharap sesuatu, tapi trus aku ga bisa dapetin itu, aku bakal ngerasa kecewa pada awalnya. Tapi dengan caranya waktu akan memberitahu aku, mana yang baik untuk aku, dan mana yang tidak. Untuk satu kehidupan yang pasti berhadapan dengan kematian, maka apa hebatnya dunia. Sebuah persinggahan sementara,yang aku harapkan berlebih tentangnya.

Aku suka dengan sunyi seperti ini. Ketika sunyi hanya menyisakan aku dan pikiran aku yang mengudara bersama memoar manis pahit fragmen hidup, yang melewati banyak hal sampai aku ada di titik ini. Namun kadang aku juga benci dengan sepi, karena aku tak suka bergumam sendiri seperti ini. Aku suka bercerita, aku suka tertawa, aku ingin membagi semua hal yang aku bisa ceritakan kepada banyak orang, atau cukup satu orang saja.

Dulu kamu ada untuk itu, sebelum akhirnya kamu nyerah dan pergi. Ngga, kamu ga salah kok. Kalau kamu udah ga nyaman, ya ngapain kamu masih sama aku. Kalau mau pergi, ya pergi aja. Kenyataannya kamu udah seneng sekarang dengan jalan yang kamu pilih. Aku ikut seneng juga. Ngga, aku lagi ga galau kok. Malah pas nulis ini aku lagi senyum. Berbarengan dengan lagu Janis Joplin yang aku putar. Iya, aku jadi suka dengerin lagu Janis Joplin sekarang. Sama kaya kamu juga kan. Aku suka Janis juga gara-gara kamu.

Oh iya, sekarang aku nulis buku lagi loh. Banyak cerita kamu di dalam buku itu. tapi kamu jangan baca ah, malu. Aku ga pinter nulis kaya kamu. Tulisannya juga masih berantakan. Makanya buku itu aku rilis sendiri, karena kalau pake penerbit gede mah ga ada yang mau nerbitin juga. Hehe. Kamu juga bikin buku dong, jangan mau kalah sama aku. Kamu kan lebih pinter nulis dibanding aku. Aku jadi suka nulis juga gara-gara kamu. Lalu apalagi ya yang tanpa sadar malah jadi kebiasaan aku selain dengerin Janis dan jadi hobi nulis kaya kamu. Pengaruh kamu gede juga ternyata di hidup aku.

Pas nulis ini, sebelumnya aku baca lagi paragraf di atas, dan ah f**k, kenapa ini kok aku jadi melow gini ya. Hahaha. Bentar ganti lagu dulu, pake lagu Mastodon. Siapa tau tadi karena pengaruh lagu, jadi melow gini. Makanya ganti sama distorsi dan teriak-teriak, siapa tau mood nya jadi berubah sangar. Hahaha. Padahal tadinya mau nulis artikel, tapi malah jadi curhat gini ya? udah bagus blog ini ada kemajuan dengan banyak artikel didalamnya, eh malah balik ke asal, jadi ajang curhat bebas terbuka gini. Yaudah deh, udah ngantuk. Besok lagi nulisnya. Semoga artikel aku bisa nembus majalah atau koran dan dibayar mahal, biar uangnya bisa aku kasih ke ibu. Kalau ada lebihnya, aku traktir kamu deh. Tapi kamu bilang dulu sama pacar kamu ya, kalau kamu mau jalan sama aku. Kalau kata pacar kamu ga boleh, ya kamu harus nurut. Kamu harus jaga hubungan kamu, jangan selingkuh lagi kaya dulu. Hehe, maaf becanda.

*dongeng sebelum tidur*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar