Rabu, 29 Januari 2014

CERMIN BULAN JANUARI

Renungan Bantal
13 January 2014 at 22:24

Ternyata emang cemen. Jadi wajarlah kalo dulu jadinya gitu. Kebanyakan drama juga soalnya. Overload overthinking. Pertamanya lumayan ganggu, tapi biasanya malah nemu jawabannya. Semoga kegelisahan ini tetap terpelihara bersamaan dengan akal sehat tentunya. Jangan dibarengi serupa bipolar pada pikiran yang memudar, terpenjara dogma atau malah sebaliknya. Orang emang mesti mikir untuk bisa selaras dengan rima. Gitu kali ya.

Tidur Dikala Tidak Libur
15 January 2014 at 10:11

Mungkin suatu hari dia akan berterima kasih kepada masa lalunya yang kelam. Membuat dia bisa bernyanyi getir seperti itu. Jika hidupnya baik-baik saja, mungkin dia bernyanyi biasa saja. Aku juga ingin berterima kasih kepada waktu yang tidak bisa aku ulang. Setidaknya aku belajar jika apa yang membuatnya berharga adalah ketika waktu tak bisa aku ulangi. Hari ini, aku tiduran di hari yang tidak libur. Sampai nanti siang akhirnya aku pergi karena bosan. Sementara itu aku sedang menunggu pintu terbuka

Sepuluh Lebih Lima Masih Hujan
15 January 2014 at 22:23

Jika saja tidak merasa berhak akan apapun, mungkin kesedihan itu tidak akan ada. Tidak merasa tercuri atau tersakiti. Bagian terbaik dari hidup adalah ketika berpasrah pada sebuah ketentuan. Jika gelap itu berujung terang, sebaiknya ketika terang jangan terlalu riang. Ada dalam persinggahan menuju ruang sebenar-benarnya ruang tanpa perdebatan. Sehingga tentang alibi pembenaran diri sendiri terasa dangkal, karena apa yang bisa disangkal dari kematian? Jika saja tak terlahir dengan pertanyaan akan kemana.

Lelap
28 January 2014 at 01:15

Ada yang lebih menyenangkan dari semua hal yang menyenangkan. Jika jatuh cinta itu kau pikir menyenangkan, ini lebih dari itu. Ada yang lebih menenangkan dari semua hal yang menenangkan. Jika kau pikir gemercik air itu menenangkan, ini lebih dari itu. Yang lebih menyenangkan dari semua hal yang menyenangkan, dan yang lebih menenangkan dari semua hal yang menenangkan adalah berhenti berpikir. Tentang apapun, dan lelap.

Naturalis Skeptis
29 January 2014 at 03:24

Bikin pesawat mah gampang, habibie juga bisa. Bikin Bohlam juga gampang, Thomas juga bisa. Yang susah itu ga mikir jelek. Ga benci apapun dan ke siapapun. Itu yang susah. Kalau ada yang lebih susah dari itu, ngaku salah kalo salah, ngaku jelek kalo jelek. Bisa ga? Sementara itu....

Bunyi berisik yang berbisik sunyi itu tidak ada hey kamu. Pantas aku jarang bisa tidur. Hari ini, dini hari ini masih saja riuh rendah bebunyian itu menyesaki kepala. Semua hal menjadi penting untuk dipikirkan, padahal sebenarnya mungkin tidak juga. Satu detik saja jika ini bisa diam, itu jauh lebih baik. Sementara itu...

Ada hal yang aku pegang sebagai pegangan aku menggantungkan harapan. Tapi sial, karena nyatanya 'no hope no pain'. Aku ingin menjauhi doa apapun agar tidak berharap apapun. Kiranya tak ada yang lebih kubenci selain ekspektasi, dan tak ada yang lebih ingin aku bunuh selain harapan. Sementara itu....

Aku diam saja. Seperti tertidur, padahal aku hanya diam

Bicara Saja Selain Itu
30 January 2014 at 19:28

Jika benar itu tidak ada, maka kita diam saja. Jika salah itu tidak ada, maka kita juga diam saja. Kita berbicara ketika benar dan salah itu ada. Harusnya kita bisa bicara selain itu. Atau jika kita ingin bicara, bicara saja tak perlu ada alasan. Anggaplah kita ini adalah dua orang berbeda, tanpa salah dan benar




Tidak ada komentar:

Posting Komentar