Kamis, 15 Januari 2015

PERTEMUAN DENGAN TEMAN KECIL

Ada hal-hal yang mesti dilupakan atau “terpaksa dilupakan” dengan alasan move on, dalam konteks percintaan ala remaja yang dipenuhi drama, karma, dan melankolia. Melupakan kenangan yang seindah apapun itu pada akhirnya akan menjadi paradoks yang membingungkan, antara manis getir cerita cinta yang satir terasa ketika sampai pada kalimat “kita putus”. Tapi tidak dengan kenangan masa kecil. Masa dimana ketika mengingatnya tidak akan berlanjut pada bergelas-gelas bir atau berbungkus-bungkus rokok karena *ehm* galau. Karena jauh sebelum fase melankolia yang banyak menguras waktu, hati, dan pikiran, ada fase dimana hidup adalah tentang bermain dan tertawa tanpa pretensi dan ekspektasi apapun. Ketika tiap harinya adalah tentang ngumpulin kartu Dragon Ballz, balap Tamiya, main petasan, atau main sepak bola dengan beberapa teman kecil yang menyenangkan. Fase itulah yang sebaiknya tidak dilupakan layaknya ketika berusaha melupakan si mantan pacar yang... ah sudahlah.

Kenangan itu pulalah yang kembali hadir di pikiran saya ketika teman kecil saya mengirimkan pesan pendek di line untuk say hallo. Gila, udah kaya Rangga ama Cinta aja yang kembali terjebak dengan semua kenangan masa lalunya lewat iklan aplikasi chatting itu. Tapi cerita saya dan teman kecil saya ini tidak sepuitis puisinya Rangga untuk Cinta. Kami hanya saling berkabar jika sekarang kami ada di kota yang sama, yaitu di Bandung. Kami tidak lahir dan menghabiskan masa kecil di kota ini. Kami sama-sama berasal dari Majalengka, sebuah kabupaten kecil di Jawa Barat, tidak jauh dari Cirebon. Lalu siklus hidup (halah) mengharuskan kami menjalani hidup dan menjalani mimpinya (halah lagi) di kota sebesar kota Bandung ini. Ada teman saya yang memilih musik sebagai jalan hidupnya, ada juga yang telah berkeluarga (menikah) dan mendapatkan pekerjaan yang baik dan sukses.

Awalnya teman saya Adit bilang jika si ayang nanyain kabar saya ......Ayang? Pacar maksudnya? Nah ini yang lucu. Ayang itu panggilan teman saya Gun Gun. Dia dipanggil ayang oleh kedua orang tuanya karena dia anak semata wayang mereka yang sangat disayang. Jadilah panggilan itu melekat buat si Gun Gun. Singkat cerita kami mulai chatting kesana kemari sampai memutuskan untuk ketemuan, setelah belasan tahun kami ga ketemu.

Besoknya sekitaran jam lima sore lah kami pun ketemuan, dan pas pertama liat Adit saya agak surreal gitu ga nyangka bisa ketemu dia lagi. Gun Gun waktu itu belum datang karena masih ada kerjaan di kantornya. Jadilah saya dan adit ngobrol ngalor ngidul dulu sambil nungguin Gun Gun. Oh iya Adit ini teman satu sekolah dengan saya waktu SD, sedangkan Gun Gun beda sekolah, tapi rumahnya deket banget dengan rumah nenek saya (jaman saya kecil saya tinggal dengan nenek). Jadi jika di sekolah saya banyak menghabiskan waktu dengan Adit, dan jika sedang di rumah saya banyak menghabiskan waktu dengan Gun Gun A.K.A si Ayang tadi. Atau terkadang kami menghabiskan waktu bertiga, karena rumah Adit juga ga jauh-jauh amat dengan rumah nenek saya. (sepintas kaya lagi nulis tugas mengarang ketika SD dengan gaya nulis kaya gini. Hehe)

Kira-kira sejam kurang dikit lah, Gun Gun akhirnya dateng. Sama kaya pas liat Adit tadi, ga nyangka juga bisa ketemu dia lagi. Kami bertiga ketawa merayakan pertemuan ini. Dua gelas almond chocolate, satu milk shake, dan beberapa potong martabak telor menemani obrolan kami tentang nostalgila ria masa kecil kami yang banyak dihabiskan di Majalengka.

Diantara kami bertiga saya adalah orang pertama yang meninggalkan Majalengka karena urusan kerjaan papa saya, dan saya sebagai anak mau ga mau harus ikut keluarga. Sedangkan kedua orang teman saya ini di Majalengka sampai lulus SMA. Lalu keduanya meninggalkan Majalengka untuk kuliah.

Dari hasil obrolan kami bertiga malam itu, saya jadi tahu jika Adit punya passion di bidang musik sama kaya saya. Bahkan dia selangkah lebih maju karena pernah mencicipi dapur rekaman di sebuah label yang sangat besar di Jakarta. Walaupun pada akhirnya Industri musik terlalu kejam untuk dia yang telah banyak mencurahkan jiwa raganya (halah) untuk musik. Sedangkan Gun Gun kerja di bidang IT, yang juga telah mencicipi banyak pengalaman dan tinggal di beberapa tempat di Indonesia dari jakarta sampai Kalimantan. Senang rasanya mendengar cerita teman-teman kecil saya dengan semua pengalaman yang dibawanya selama meninggalkan Majalengka.

Banyak hal yang kami obrolkan malam itu, dari mulai kenangan masa kecil, sampai membahas aksen/gaya bicara orang Majalengka yang khas banget. Dulu awal saya ke Bandung juga aksen saya masih kebawa aksen Majalengka yang campuran sunda jawa ke Cirebon-Cirebonan gitu lah. Namun setelah cukup lama kami tinggal di Bandung aksen itu lama-lama hilang juga. Dan ketika kami membahas keunikan aksen itu, kami bertiga tertawa karena merasa geli sendiri. Sampai ga terasa hari telah larut dan kami sudah harus menyudahi pertemuan ini. Namun kami bertiga memastikan jika akan ada pertemuan berikutnya di lain hari.

#nowplaying Pure Saturday - Buka

Thom Yorke, Adit, Gun Gun

Good friends, good memories, priceless .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar