Katanya, musik jazz adalah sebuah genre yang membuka ruang luas bagi para musisi untuk berdialog melalui instrumen yang mereka mainkan. Dengan improvisasi, mereka seolah tidak sekadar bermain musik, melainkan berdialog di tengah-tengah lagu yang dimainkan. Hal ini menjadi keunikan musik jazz yang kerap dinantikan para penikmatnya. Lalu, bagaimana jika "dialog" tersebut melibatkan musisi lintas generasi?
Pertanyaan ini coba dijawab oleh
acara Jazz Aula Barat #8, yang diinisiasi oleh Unit Jazz ITB. Acara ini
mempertemukan para musisi dari berbagai generasi untuk berbagi panggung dan
"berdialog" melalui musik yang mereka mainkan.
Salah satu momen istimewa dalam acara ini adalah ketika Oele Pattiselanno, seorang legenda jazz, berbagi panggung dengan Ardhito Pramono, penyanyi dan penulis lagu yang tengah bersinar. Kolaborasi ini menghadirkan pertunjukan yang sarat akan dialog hangat, keterbukaan, dan dinamika lintas generasi.
Tidak hanya mereka berdua, keseruan juga hadir melalui para musisi muda seperti Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ITB dan Apres, yang menginterpretasikan jazz dengan gaya mereka sendiri. Keduanya membawakan lagu-lagu The Beatles dengan sentuhan jazz yang unik. Lagu "In My Life" dan "Twist and Shout" mendapat aransemen baru yang memberikan nuansa berbeda dari versi aslinya, tetapi tetap menyenangkan untuk dinikmati.
Setelah itu, giliran ITB Jazz yang tampil mengesankan dengan permainan yang solid dan enerjik. Sebagai komunitas mahasiswa pecinta jazz, mereka menghadirkan aransemen kreatif yang mengeksplorasi berbagai gaya, mulai dari jazz klasik hingga modern. Dengan pendekatan yang dinamis, mereka menyuguhkan komposisi yang menggabungkan improvisasi khas jazz dengan permainan yang segar dan ‘kekinian’.
Jazz Innovation: Tema Jazz Aula
Barat #8
Tema yang diusung tahun ini,
“Jazz Innovation”, menjadi salah satu hal menarik dalam Jazz Aula Barat #8.
Imelda Rosalin, kurator acara sekaligus akademisi dan musisi jazz, menjelaskan
bahwa inovasi dalam jazz kali ini bukanlah sesuatu yang terlalu radikal seperti
musik avant-garde yang bisa membuat pendengar mengernyitkan dahi. Sebaliknya,
inovasi yang dimaksud lebih menekankan pada gagasan baru dalam proses berkarya,
bukan semata-mata berorientasi pada musik sebagai produk.
Lebih dari 20 lagu dengan
karakter unik disajikan dalam konser ini, termasuk yang dibawakan oleh ITB
Jazzification. Grup ini dibentuk oleh alumni PSM ITB di bawah arahan Toni P.
Sianipar, alumnus Teknik Arsitektur angkatan 1980 yang pernah menjadi bagian
dari kelompok vokal legendaris Elfa’s Singers. Mereka membawakan aransemen
lagu-lagu populer dan Brazilian jazz dengan sentuhan khas, hingga hal itu memberikan
warna tersendiri dalam keseluruhan pertunjukan. Salah satu yang paling berkesan
adalah ketika mereka membawakan lagu ciptaan Toni P. Sianipar yang berjudul
"Aula Barat".
Kehadiran para alumni ITB semakin
menegaskan hubungan unik antara ITB dan musik jazz. Sebagai perguruan tinggi
teknik yang telah berdiri selama 105 tahun, ITB tidak hanya melahirkan banyak
tokoh musik ternama di Indonesia, tetapi juga menjadi wadah bagi berbagai
gagasan dalam dunia musik.
Salah satu yang mencuri perhatian
malam itu adalah penampilan Purwacaraka, alumnus Teknik Industri angkatan 1979.
Di tengah dinamika akademik dan intelektual ITB yang kuat, musik menjadi medium
bagi mahasiswa dan alumni untuk menyeimbangkan antara pemikiran logis dan
ekspresi artistik.
Soft Launching Pasar Seni ITB
2025
Selain pertunjukan musik, acara
ini juga menjadi ajang soft launching Pasar Seni ITB 2025, yang akan digelar
pada April 2025 mendatang. Kembalinya Pasar Seni ITB menandai dimulainya
kembali pergerakan seni budaya yang diinisiasi oleh mahasiswa Fakultas Seni
Rupa dan Desain (FSRD) ITB.
Peresmian ini dilakukan guna memenuhi kerinduan publik akan romantisme Pasar Seni ITB, sebuah ajang seni akbar yang telah menjadi ikon Kota Bandung sejak 1972. Peluncuran logo resmi Pasar Seni ITB 2025 dihadiri pula oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., serta Wali Kota Bandung terpilih, Muhammad Farhan.
Jazz Aula Barat Award 2025
Sejak 2019, Jazz Aula Barat
memperluas ruang apresiasi musik dengan menghadirkan Jazz Aula Barat Award,
penghargaan yang diberikan oleh ITB kepada seniman jazz, tokoh yang
berkontribusi dalam perkembangan musik jazz, serta figur publik yang berperan
dalam memajukan jazz di Indonesia.
Pada 2025, penghargaan ini
dianugerahkan kepada MS Hidayat, atas dedikasinya sebagai filantropi jazz,
serta Oele Pattiselanno, gitaris jazz senior yang telah memberikan warna
tersendiri dalam perjalanan musik jazz tanah air. Sepanjang kariernya, Oele
telah berkolaborasi dengan berbagai musisi ternama dan tampil di berbagai
festival jazz nasional maupun internasional. Selain sebagai performer, ia juga
dikenal sebagai pendidik yang telah membimbing banyak gitaris muda Indonesia.
Keistimewaan acara semakin
bertambah ketika Oele Pattiselanno tampil bersama trio jazz yang terdiri dari
Imelda Rosalin (piano), Ezra Manuhutu (contrabass), Augustinus (drum), serta
salah satu muridnya, Tiyo Alibasjah. Formasi ini menghadirkan pengalaman musikal
yang mendalam dan harmonis, mencerminkan kekayaan serta keragaman jazz
Indonesia. Kehadiran Oele Pattiselanno tidak hanya menambah nilai artistik,
tetapi juga menjadi simbol kontinuitas dan dedikasi terhadap perkembangan musik
jazz di tanah air.
Daryl John Sayangbati, Ketua ITB Jazz, mengungkapkan kebanggaannya bisa berkolaborasi dengan sosok luar biasa seperti Imelda Rosalin, seorang alumni hebat yang kini menjadi Kurator Jazz Aula Barat. Menurutnya, kehadiran dan bimbingan beliau memberikan warna tersendiri bagi acara ini, sekaligus menjadi inspirasi bagi ITB Jazz untuk terus berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar