Bulan Maret tahun ini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Seakan menjadi kekhasan setiap tahunnya, setiap kali bulan suci Ramadhan tiba rasanya semua pergerakan terasa selow haha. Entah karena faktor perut kosong, atau hal lainnya, tapi yang jelas aktivitas di bulan ini terasa begitu pelan, termasuk soal pekerjaan. Jika pada bulan sebelumnya, kegiatan cukup banyak diisi liputan di luar kantor, bulan ini tidak begitu banyak event yang bisa diliput.
Menyoroti soal kegiatan/aktivitas
di kantor, terhitung hanya beberapa episode podcast ITB Press Show dan satu
event yang digelar di ITB Press Store bulan ini. Meski begitu, hal tersebut tidak
mengurangi keseruan menjalani bulan ini, karena baik itu dari podcast ITB Press
Show atau pun event Pesantren Kilat Jurnalistik yang digelar oleh GenPi Jawa
Barat, semuanya berhasil ngasih insight bermanfaat bagi saya pribadi.
Menarik menyimak
orang-orang hebat ini berbagi pengalaman dan disiplin ilmunya. Dari
mulai komunitas Bormove yang menyajikan seni sebagai cara untuk mereka
berdakwah. Komunitas ini membuka pandangan baru terhadap dunia pesantren yang
saya pikir jauh dari kesenian, nyatanya begitu dekat dan menjunjung seni
sebagai sebuah keindahan yang sejalan dengan esensi dari beragama (atau dalam
konteks ini, agama Islam-red) itu sendiri.
Lalu ada juga Daryl John, seorang mahasiswa ITB yang mengemban tugas sebagai ketua unit mahasiwa ITB Jazz. Menarik menyimak pandangannya tentang musik jazz, khususnya ketika dia dan unit ITB Jazz mengaplikasikannya dalam gelaran Jazz Aula Barat yang digelar bulan Februari lalu.
Selain itu, podcast ITB press Show bulan Maret ini menghadirkan pula dua orang dosen ITB yang punya segudang ilmu menarik yang kemudian mereka tuliskan dalam buku-buku yang mereka rilis. Ada ibu Asih yang berhasil memberi saya perspectif tentang keilmuan teknik sipil, hingga dua bukunya yang berjudul “To Be in Love with You is to Be in Love with Myself” dan “Menjadi Dewasa”. Dua buku ini sanggup mengajak pembaca untuk memahami diri sendiri melalui pengalaman cinta, hubungan, dan perjalanan hidup.
Ada pula Bapak Dikdik Sayahdikumullah yang baru saja merilis buku berjudul “Paviliun Indonesia pada Pameran Dunia Osaka Expo 70, Jepang”. Membaca buku ini sedikit mengobati akan berita-berita yang belakangan terjadi akan bobroknya pemerintahan di Indonesia. Menarik mundur ke belakang ke tahun 70an, nyatanya Indonesia pernah berpartisipasi dalam Pameran Dunia Osaka Expo 70, di Jepang. Dibalik carut marutnya berita berita yang terjadi belakangan ini, rasanya harus diakui jika bangsa ini adalah bangsa yang besar yang punya potensi sangat besar, serta memungkinkan untuk jadi negara maju, selama tidak jatuh dan dikelola orang-orang yang salah dan serakah. Tentu sebagai anak bangsa, setiap harinya saya tidak pernah berhenti berdoa agar negara ini cepat sembuh dan para pemangku jabatan dibukakan pintu hatinya untuk mengelola negara ini dengan sepenuh hati. Terdengar mustahil, tapi saya pikir harapan baik jangan sampai benar-benar hilang dari pikiran kita.
Dan oh iya, bulan Maret ini, program Ruang Suara memasuki episode baru dengan band Myrrh sebagai pengisi acaranya. Para personil band ini sudah saya kenal bertahun-tahun lalu, karena dulu beberapa kali sepanggung dengan band lama saya. Menyenangkan menyaksikan mereka terus bertumbuh dan masih semangat untuk bermusik.
Selain urusan kantor, hari-hari
yang dilalui bersama keluarga kecil saya juga cukup berkesan dan menyenangkan, dari
mulai buka bersama di luar, sampai ketika Ammar dan Nadja terlibat kegiatan bagi
bagi takjil bareng Islamic Home Based Education. Saya pikir mengajarkan Ammar
dan Nadja berbagi kepada sesama adalah hal yang penting, mengingat salah satu tugas
kita di dunia adalah bisa berbagi dan bermanfaat untuk orang di sekitar. Semoga
memang kebaikan itu terus tumbuh di hati dan pikiran Ammar dan Nadja sampai
kapanpun.
Terakhir yang mungkin ingin saya
highlight sebagai rangkuman selama bulan Maret ini adalah tentang keterlibatan
saya menulis buku untuk seorang dosen musik, dan seorang drummer band cukup
terkenal di Bandung.
Menarik kalau ngomongin buku. Kalau dipikir lagi, karir
sebagai penulis buku itu sangat tidak bisa diandalkan sebagai sebuah income
untuk kebutuhan hidup. Jika saya tidak benar-benar mencintai kegiatan
tulis menulis, rasanya semua energi yang tercurah untuk menulis itu tidak sepadan dengan
finansial yang saya dapat haha. Kecuali, jika karya saya menjadi best seller. Tapi rasanya itu
masih sangat jauh, dan capek juga dengan ekspektasi soal itu. Jadi semuanya
balik lagi, saya melakukan itu karena memang benar-benar mencintai dunia tulis
menulis.
Terima kasih bulan Maret untuk semua cerita, pengalaman, dan pelajaran yang berharganya. Semoga masih ada
kesempatan untuk terus memperbaiki diri lebih baik lagi di kemudian hari. Dan oh iya, semoga semua ibadah kita di bulan suci Ramadhan tahun ini bisa diterima oleh Allah SWT. Aamiin.
SEKALI LAGI TENTANG TAHUN INI
Sebelum menulis postingan ini, saya sempat menuliskan refleksi soal kehilangan di tahun 2015 ini. Sedikit tidak menyenangkan memang. Kehilangan bagaimanapun bentuknya seperti tamparan untuk saya, ya ... [ Selengkapnya ]
2023 NGAPAIN AJA? Masuk akhir tahun, itu artinya waktunya buat nulis recap selama setahun ini ngapain aja. Tahun 2023 bisa dibilang jadi tahun terberat selama 10 tahun terakhir yang saya rasakan. Tapi meskipun tahun t ... [ Selengkapnya ]
2022 NGAPAIN AJA? Kayaknya udah jadi kebiasaan, sebelum
menutup tahun saya menulis catatan/recap selama setahun ngapain aja. Tahun
2022 tidak begitu banyak yang bisa dihighlight sebenernya, karena dari sisi
pekerjaan ... [ Selengkapnya ]
BICARABelakangan ini di blog jadi cukup
sering buat ceritain kalau saya ini tidak terlalu suka dan kurang pintar bicara karena
pemalu dan minderan. Ada alasan kuat kenapa akhirnya saya menulis, ya karena
t ... [ Selengkapnya ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar