Jumat, 05 September 2025

HIGHLIGHT BULAN AGUSTUS 2025

Sejauh ini (sampai bulan ke 8 tahun 2025) sepertinya bulan Agustus jadi bulan yang paling seru. Ada banyak kegiatan seru, baik itu soal kerjaan di kantor atau pun proyek di luar kantor. Membuka bulan Agustus ini dengan acara bedah buku “Dapur Rock N Roll” karya Leon ‘Koil’. Buku ini cukup spesial buat saya, karena dalam proses pembuatannya saya terlibat sebagai editor pengembang, dan sedari awal penulisan cukup banyak menghadapi dinamika naik turun, dari mulai pencarian penerbit, sampai menentukan kerangka karangan yang beberapa kali dirombak, hingga kemudian akhirnya rilis ke permukaan.

Selanjutnya, tanggal 2 Agustus, saya diundang untuk liputan launching buku “Angklung: Dari Tradisi ke Industri” Karya Pak Buky Wibawa. Sama seperti halnya buku “Dapur Rock N Roll”, di buku ini juga saya terlibat sebagai editor pengembang. Perilisan buku ini menarik karena dikemas dalam bentuk pertunjukan angklung yang melibatkan Saung Angklung Udjo.

Masih seputaran ‘literasi’, kali ini ITB Press Show mengundang Idhar Resmadi, seorang penulis, jurnalis, yang sekarang menjalani profesi sebagai dosen. Saya pribadi menggemari sosok Idhar ini, khususnya terhadap konsistensi dia menulis musik. Dari zaman majalah Ripple, sampai kemudian tulisannya banyak tersebar di banyak media hingga berbuah buku, Idhar mencatatkan banyak hal penting yang kemudian menjadi cetak biru bagi ranah literasi budaya popular di Indonesia.

Dari ranah literasi, kantor kemudian menugaskan saya untuk meliput Sidang Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru ITB. Acara ini menarik karena juga melibatkan ITB Press Mobile Store yang disambut antusias para mahasiswa baru ITB. Setiap kali mendapat kesempatan meliput acara-acara di ITB, pikiran kerap kali melamunkan tentang anak pertama saya Ammar. Sering kali membayangkan suatu hari Ammar masuk ITB dan lulus sebagai anak teknik. Rasanya sebagai orang tua saya akan bangga sekali. Bakatnya sudah terlihat ketika dia sering merakit lego dalam bentuk yang unik dan beda dari yang lain hahaha. Semoga saja suatu hari nanti ada fakultas teknik merakit lego di ITB, karena sepertinya Ammar akan cocok hahaha.

Para Mahasiswa/i baru ITB berpose di depan ITB Press Mobile Store
Launching album kolaborasi Dongker X Jason Ranti (artikel liputan baca di sini)

Dari kampus kembali ke kantor, di mana kali ini ada ‘hajatan’ besar di ITB, yakni Wisuda Ketiga ITB, yang mana ITB Press ditunjuk sebagai ditsributor toga wisuda ITB. Seperti tahun sebelumnya, saya ditugaskan di loket pengambilan toga, di mana kali ini makin bertambah meriah karena diadakan pula pameran tugas akhir mahasiswa DKV ITB di ITB Press Store.


Rehat sejenak dari hiruk pikuk kerjaan, saya kembali ke rumah dengan perayaan kecil ulang tahun Ammar yang ketujuh. Bukan perayaan sih sebenarnya, karena dalam tradisi keluarga kami, ulang tahun tidak pernah menjadi hal yang besar untuk dirayakan. Namun lepas dari itu, setiap tahunnya Ammar selalu saja membanggakan di mata saya. Setiap pencapaian yang dia raih, sekecil apapun itu kerap membuat saya terharu dan bersyukur dengan progress yang Ammar capai setiap tahunnya. PR buat saya selaku orang tua kedepannya adalah harus tetap menjaga Ammar dan Nadja untuk selalu ada di track yang benar, terutama Nadja yang masih saya pelajari jurus menaklukannya, dengan semua tingkah liarnya hahaha.

Ammar ikut lomba Agustusan dan menang hahaha

Masuk hari-hari terakhir Agustus, saya mendapat kesempatan untuk menggarap iklan JNE. Bisa dibilang ini menjadi highlight penting buat hidup saya, dengan semua dinamika naik turun, kejutan-kejutan yang dikasih ‘Big Boss’ untuk hidup saya, serta tentunya sekali lagi saya unlock skill baru. Rasanya setiap mendapat kesempatan untuk melakukan hal baru selalu menyenangkan. Saya tidak pernah menyangka dari hobi menulis kemudian hal tersebut bisa membuka gerbang banyak keseruan untuk saya jalani, dari mulai menggarap acara online - offline, menjadi produser, menjadi host, menjadi fotografer, editor video, hingga yang paling baru saya mendapat kesempatan menjadi sutradara untuk proyek iklan ini. Tentu dalam prosesnya ada banyak sekali kesalahan dan keterbatasan saya selama proses syuting, tapi tentunya hal itu jadi pelajaran berharga buat saya kedepannya.

Menarik pula untuk saya tuliskan, tentang ‘keajaiban’ dan ‘kejutan’ yang Allah kasih. Beberapa bulan belakangan dengan dinamika finansial yang saya hadapi di hidup saya, saya kemudian ada di titik rendah, sampai kemudian kebingungan menjemput rejeki selain dari kerjaan saya di kantor, karena waktu itu ada kebutuhan cukup krusial di hidup saya. Berkali-kali saya mengajukan naskah saya untuk dijadikan proyek film ke beberapa kenalan, namun hasilnya sama (nihil). Intinya memang bukan waktunya saja, dan mungkin saya perlu memantaskan diri terlebih dahulu untuk mendapatkan ‘rejeki nomplok’ tersebut (ya saya pikir jika naskah saya berhasil tembus PH dan dijadikan film itu rejeki nomplok banget). Namun tiba-tiba garis hidup membawa saya untuk terlibat proyek iklan JNE ini, di mana saya mendapat kesempatan menjadi sutradara.

Sedikit foto-foto behind the scene syuting iklan JNE
Rada norak dan sedikit gak penting untuk diunggah, tapi gapapa lah ya hihihi

Memang proyek iklan ini masih cukup jauh dari apa yang saya harapkan, tapi tetap saja ini pencapaian yang menyenangkan. Lewat proyek ini, saya kemudian bisa membaca pola bagaimana Allah ‘bekerja’. Saya rasa kesempatan itu akan selalu berbanding lurus dengan kesiapan kita dalam mencapai titik yang kita ingin, apakah kita sudah cukup pantas dengan apa yang kita inginkan atau tidak. Rasanya jika kita sudah melalui prosesnya hingga dirasa ‘pantas’ kesempatan itu akan datang tanpa diminta. Maka dari itu, saya rasa proses menjadi sangat penting, karena proses itulah yang akan memberikan jawaban apakah kita sudah cukup pantas atau tidak untuk mendapat yang kita ingin. Dan dengan proyek iklan ini saya menyadari satu hal jika dengan segala kerendahan hati rasanya saya belum cukup pantas, hingga akhirnya menyadari kenapa Allah tidak juga memberikan apa yang saya inginkan. Karena nyatanya, Dia ingin saya berproses terlebih dahulu sampai saya siap dan pantas dengan ‘rejeki nomplok’ itu.

Meski ‘rejeki nomplok’ itu belum juga datang, tapi rasanya saya sangat lega ketika menulis ini, dan pencapaian ini perlu saya syukuri. Balik lagi ya, sekecil apapun pencapaian dan rejeki yang saya dapat, rasanya perlu saya syukuri sebagai sebuah proses yang menjadikan saya lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih untuk teman saya, Haris dan Koh Yus yang membuka jalan untuk saya, dari mulai menggarap podcast di Popstore TV, hingga kemudian dipercaya menggarap proyek iklan ini. Semoga kesadaran akan pentingnya berproses ini terus terpelihara di hati dan pikiran saya, hingga saat itu tiba.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar