Sejauh ini (sampai bulan ke 8 tahun 2025) sepertinya bulan Agustus jadi bulan yang paling seru. Ada banyak kegiatan seru, baik itu soal kerjaan di kantor atau pun proyek di luar kantor. Membuka bulan Agustus ini dengan acara bedah buku “Dapur Rock N Roll” karya Leon ‘Koil’. Buku ini cukup spesial buat saya, karena dalam proses pembuatannya saya terlibat sebagai editor pengembang, dan sedari awal penulisan cukup banyak menghadapi dinamika naik turun, dari mulai pencarian penerbit, sampai menentukan kerangka karangan yang beberapa kali dirombak, hingga kemudian akhirnya rilis ke permukaan.
Selanjutnya, tanggal 2 Agustus, saya diundang untuk liputan launching buku “Angklung: Dari Tradisi ke Industri” Karya Pak Buky Wibawa. Sama seperti halnya buku “Dapur Rock N Roll”, di buku ini juga saya terlibat sebagai editor pengembang. Perilisan buku ini menarik karena dikemas dalam bentuk pertunjukan angklung yang melibatkan Saung Angklung Udjo.
Masih seputaran ‘literasi’, kali ini ITB Press Show mengundang Idhar Resmadi, seorang penulis, jurnalis, yang sekarang menjalani profesi sebagai dosen. Saya pribadi menggemari sosok Idhar ini, khususnya terhadap konsistensi dia menulis musik. Dari zaman majalah Ripple, sampai kemudian tulisannya banyak tersebar di banyak media hingga berbuah buku, Idhar mencatatkan banyak hal penting yang kemudian menjadi cetak biru bagi ranah literasi budaya popular di Indonesia.
Dari ranah literasi, kantor kemudian menugaskan saya untuk meliput Sidang Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru ITB. Acara ini menarik karena juga melibatkan ITB Press Mobile Store yang disambut antusias para mahasiswa baru ITB. Setiap kali mendapat kesempatan meliput acara-acara di ITB, pikiran kerap kali melamunkan tentang anak pertama saya Ammar. Sering kali membayangkan suatu hari Ammar masuk ITB dan lulus sebagai anak teknik. Rasanya sebagai orang tua saya akan bangga sekali. Bakatnya sudah terlihat ketika dia sering merakit lego dalam bentuk yang unik dan beda dari yang lain hahaha. Semoga saja suatu hari nanti ada fakultas teknik merakit lego di ITB, karena sepertinya Ammar akan cocok hahaha.
Menarik pula untuk saya tuliskan,
tentang ‘keajaiban’ dan ‘kejutan’ yang Allah kasih. Beberapa bulan belakangan dengan
dinamika finansial yang saya hadapi di hidup saya, saya kemudian ada di titik rendah,
sampai kemudian kebingungan menjemput rejeki selain dari kerjaan saya di
kantor, karena waktu itu ada kebutuhan cukup krusial di hidup saya. Berkali-kali
saya mengajukan naskah saya untuk dijadikan proyek film ke beberapa kenalan,
namun hasilnya sama (nihil). Intinya memang bukan waktunya saja, dan mungkin saya
perlu memantaskan diri terlebih dahulu untuk mendapatkan ‘rejeki nomplok’
tersebut (ya saya pikir jika naskah saya berhasil tembus PH dan dijadikan film
itu rejeki nomplok banget). Namun tiba-tiba garis hidup membawa saya untuk
terlibat proyek iklan JNE ini, di mana saya mendapat kesempatan menjadi
sutradara.
Meski ‘rejeki nomplok’ itu belum
juga datang, tapi rasanya saya sangat lega ketika menulis ini, dan pencapaian
ini perlu saya syukuri. Balik lagi ya, sekecil apapun pencapaian dan rejeki
yang saya dapat, rasanya perlu saya syukuri sebagai sebuah proses yang
menjadikan saya lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih untuk teman saya, Haris
dan Koh Yus yang membuka jalan untuk saya, dari mulai menggarap podcast di
Popstore TV, hingga kemudian dipercaya menggarap proyek iklan ini. Semoga
kesadaran akan pentingnya berproses ini terus terpelihara di hati dan pikiran
saya, hingga saat itu tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar