Kamis, 31 Oktober 2013

FRAGMEN MINGGU INI

Dimulainya tulisan ini adalah ketika sebuah candaan yang membuat saya ketawa di pagi hari tentang sumpah pemuda dan kaum underground. Sepintas tak ada yang salah tentang itu, dan mungkin memang tidak akan ada salah dan benar tentang tema nasionalis dan ‘kaum’ underground yang sudah di atas tanah ini. Tapi kalo saya kok bacanya geli sendiri, dan berharap ini cuma bahan becandaan doang dari teman-teman yang ikut jadi bagian acara ini (semoga mereka lagi getting high aja) jadi di hari itu masih skip. Hehe

Menjadi nasionalis-nya saja sebenarnya adalah hal yang cukup menggelikan buat saya pribadi. Bukan, bukan karena saya ga tau diri untuk tidak mencintai negeri sendiri, yang padahal saya makan, tidur, sampai buang air di negeri ini. Tapi menjadi nasionalis yang selalu saja diperagakan dengan perayaan pada sebuah momentum peringatan hari nasional (apalah itu namanya) yang ga pernah saya ngerti dari jaman saya SD sampai sekarang, menjadi meaningless buat saya. Momentum apa? Memperingati apa? Apa benar sejarahnya seperti tu?

Secara logika sejarah dibuat oleh orang yang memenangkan sejarah tersebut. Untuk hal ini Soekarno adalah yang memenangkan sejarah itu. maka dari itu dia selalu bilang tentang Jas Merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah), karena semua yang tertulis dalam sejarah hanya menceritakan tentang kehebatan dirinya. Bagaimana dengan Tan Malaka dan banyak yang dibungkam suaranya karena dia tak memenangkan sejarah, yang kemudian namanya hilang dari sejarah yang ditulis.

Untuk memahami logika sederhana seperti itu saja sebenarnya sudah cukup untuk membuat saya bertanya, untuk apa memperingati hari nasional apalah itu, yang padahal tak berimbas apapun untuk hidup saya? Lucunya ketika saya bersuara tentang hal itu, saya dianggap bersalah karena mempertanyakan suatu hal sakral tentang sejarah. Merayakan ulang tahun ibu saya lebih masuk akal buat saya, karena beliau secara langsung berjasa untuk hidup saya dari saya lahir sampai sekarang. Merayakan sumpah pemuda? Pengambilan nama sumpah pemuda saja jadi pertanyaan buat saya. Apa iya para pemuda itu bersumpah di tahun itu? Apa iya rapat yang dihadiri para pemuda itu lalu disimpulkan jadi sebuah sumpah, yang kepikiran ga sih kalo sumpah itu sebenarnya pembungkaman dari ideologi demokrasi dan nilai-nilai pluralitas yang seharusnya dijunjung tinggi di negara ini.

Belum cukup menggelikan tentang nasionalis dan sumpah pemuda, candaan ini berlanjut dengan sebuah judul ‘sumpah pemuda dan kaum underground’. Lucunya acara ini disokong oleh perusahaan besar yang menjadi komoditi kapitalis untuk menyokong kehidupan hedonis yang seharusnya mati dibantai Osama Bin Laden. Buat saya pribadi, selalu ga pernah bisa santai ketika membahas kaum hedonis yang memuakan itu. Bagaimana tidak memuakan, ketika seharusnya manusia bisa dengan bebas menikmati alamnya, kaum hedonis mengklaim itu tanahnya, dan ketika kita ingin menikmatinya maka kita harus bayar. Kita keluar uang banyak banget untuk bisa nginep di hotel dengan pemandangan yang indah. Dengan lugunya si penyewa hotel itu bilang “wah indah ya pemandangannya dari jendela hotel ini”, mereka ga nyadar kalo untuk pemandangan seindah itu mereka harus bayar. Untuk keindahan alam yang Tuhan kasih gratis, kita masih harus bayar untuk melihat itu?

Saya percaya kepada nilai-nilai yang menentang tentang itu. Menentang tentang eksploitasi dan monopoli kaum kapitalis hedonis brengsek. Ketika itu saya berkenalan degan Punk yang menentang tentang semua itu. Saya meyakini punk dengan nilai-nilai yang saya percaya, bukan hanya tentang musik dan gayanya saja. Bahkan sejak saya ikut punk dan meyakini nilai yang dibawanya, saya ga pernah berpenampilan dengan rambut Mohawk-nya itu. Bukan, bukan karena saya menentang rambut Mohawk sebagai ‘bagian’ dari punk. Tapi menurut saya pribadi itu hanya fashion statement saja, dan dulu ketika dibuatnya pun hanya untuk mocking the government saja, tanpa harus menjadikan gaya itu sebagai identitas yang sah. Makanya ketika ada workshop tentang membuat rambut Mohawk sebagai ciri dari kaum underground pada sebuah judul dari rangkaian acara sumpah pemuda dan ‘kaum’ underground itu adalah klimaks bahan tertawaan saya pagi itu. Kenapa tidak sekalian aja ada coaching klinik ‘bermain ukulele ala anak underground’, atau ‘ngelem ala anak underground’.

Buat saya pribadi, selama pemerintah masih jadi bagian dari komiditi kapitalis yang tidak berpihak kepada rakyatnya, maka jangan ambil bagian dari itu. Sangat jelas terbaca sebenarnya pemerintah ini berpihak kepada siapa. Caranya berpolitik pun memuakan dan mudah sekali dibaca. Dengan baligho dan maraknya iklan tentang pencitran yang memuakan, sangat tidak mewakili tentang apa yang ingin disuarakan rakyatnya. Pencitraannya malah melebar kepada isu agama sebagai gimmick yang ga nyambung. Gini deh, dalam sebuah iklan ada seorang ‘calon’ presiden sedang beradegan murung memikirkan nasib negara yang beberapa detik kemudian diselingi dengan adegan sholat, dan seketika itu juga ada adegan rakyatnya yang tersenyum. Ini nyambungnya sebelah mana? Tanpa solusi dan dengan gambaran pemimpin yang taat beribadah maka rakyat senang dan kenyang. Padahal sebenarnya tanpa baligho dan iklan yang menghabiskan dana yang banyak itu, jika ‘calon’ pemimpinnya dekat dengan rakyat dan mewakili suara rakyat, dia akan terpilih. Caranya ya bersentuhan langsung dengan rakyatnya. Bukan dengan paksaan halus melalui iklan politiknya.

Kembali ke ‘kaum’ underground dan sumpah pemuda. Untuk sebuah ‘kaum’ yang dibuat untuk menentang pemerintah, maka mengherankan jika pada hari itu ‘kaum’ itu ada menjadi bagian dari peringatan sebuah sejarah yang belum tentu kebenarannya. Jika tujuannya adalah untuk membuat para pemuda mencintai negaranya, maka kenalkanlah dengan budaya negaranya. Misalnya dengan seni tradisi atau kekhasan daerah yang beragam. Tapi apa yang dilakukan pemerintah? Tentang bahasa daerah yang merupakan budaya yang seharusnya terjaga pun mulai dibungkam keberadaannya. Ini dibuktikan dengan dihilangkannya kurikulum mata pelajaran bahasa daerah di sekolah. Kalau misalnya ini dihilangkan, maka setiap daerah tidak memunyai ciri lagi yang bisa dikenalkan. Untuk saya pribadi, saya orang sunda yang harus bisa bahasa sunda, yang merupakan/istilahnya bahasa indung/ibu saya. Kenapa harus? Karena terlahirnya bahasa ini dulu adalah berbarengan dengan budaya yang dibawa oleh nilai-nilai tentang hidup, yang masih mungkin ga dipahamai oleh orang yang tidak bisa dan mengerti bahasa sunda, karena dihilangkan dari kurikulumn sekolahnya? Jadi inget teks sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia. Mungkin ga kalo itu merupakan upaya pembungkaman keragaman bahasa. Hehe, just saying. Lalu banyak lagi hal lainnya tentang budaya yang bisa dipelajari. Dengan mencintai budaya negaranya, maka dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa memiliki negara ini. Dari situlah nilai nasionalis itu ada. Bukan dengan teriak di lapangan Hidup Indonesia dan Sialan Malaysia. Atau dengan memperingati hari nasional dengan dana yang tidak sedikit di istana Negara. Perayaan yang semu dengan mencitrakan sebuah kebanggaan, yang padahal dibalik itu ada orang yang kelaparan. Dan pada hari itu ‘kaum’ underground merayakan itu. Merayakan kebanggaan berbangsa dan bernegara dalam dunia dalam fantasi, kalo kata koil mah. Hehe.

Mandiri adalah solusi. Sebuah kata yang melatar belakangi kata Indie, yang sekarang diartikan jadi sebuah judul untuk sebuah produk yang meaningless dan menggelikan. Dengan tanpa sokongan pemerintah pun ‘kaum’ underground ini seharusnya bisa melakukan apapun dengan cara kolektif beberapa komunitas untuk bisa bersuara, menyuarakan nilai dan apa yang selama ini dibungkam. Jangan malah tergantung dan berterima kasih kepada pemerintah. Menurut saya pribadi, harusnya siapapun yang meyakini nilai-nilai yang seharunya dipegang ‘kaum’ underground tetap berdiri sebagai kontradiksi dari komiditi kapitalis yang menyokong kaum hedonis. Jangan malah jatuh dan jadi bagian dari itu.

“IF YOU DON’T STAND FOR SOMETHING, YOU WILL FALL FOR ANYTHING” – Malcom X

Sementara itu mari kita dengarkan sebuah lagu dari pemandangan berikut ini. klik ini

1 komentar: