Minggu, 29 Juni 2014

ORANG KEDUA DALAM BAND

Kurang lebih sepuluh tahun yang lalu ketika awal perkenalan saya dengan radiohead, saya terpana dengan beberapa video klipnya yang artistik menurut saya. Dari mulai “No Surprises” sampai “Karma Police” yang artistik sekaligus misterius bagi saya.

Namun lepas dari nilai artistik dari setiap video klip radiohead yang saya lihat, saya mempunyai satu pertanyaan yang sama untuk beberapa klip yang ditampilkan, yakni personil yang lainnya kemana? Kok Cuma Thom Yorke doang yang keliatan? Dan kalaulah saya tidak punya kaset radiohead, saya tidak akan tahu siapa itu Jonny, Collin, Ed, dan Phil.

Pertanyaan dari saya seorang anak SMP, yang bahkan tidak mengerti arti lagu radiohead itu sendiri menceritakan tentang apa. Saya hanya bersandar pada nilai estetis musik dan klipnya saja yang bersinergi menghasilkan bahan obrolan untuk didiskusikan dengan teman saya yang lain ketika pulang sekolah dalam angkot.

Tapi balik ke pertanyaan tadi, kok di beberapa klip radiohead jarang tampil dengan personil komplit dan hanya cukup diwakili oleh seorang Thom Yorke saja? Apa personil yang lainnya ga keberatan? Sebuah pertanyaan polos saya waktu itu, sebelum pada akhirnya tahu jika Thom Yorke ini adalah seorang frontman dan karakternya cukup kuat untuk ditampilkan mewakili apa yang ingin radiohead citrakan sebagai sebuah band.

Radiohead sendiri sebenarnya (selain Ed dan Phil) mempunyai personil Greenwood bersaudara bernama Collin dan Jonny, yang musikalitasnya sedikit banyak membentuk musik radiohead seperti apa yang kita dengar. Namun kenapa jarang ada yang ‘ngeuh’ dengan keberadaan personil lain selain Thom Yore? Penting ga penting pertanyaan seperti ini kemudian menggelitik dan memancing rasa penasaran, “itu personil yang lain ngiri ga ya?” atau mereka justru menganut paham ‘proud to be unpopular’ gitu, dan lebih ke berkarya nya saja? Atau katakanlah mereka typical musisi yang hanya main musik saja dan memilih untuk tidak menjadi icon dari sebuah band (untuk hal ini radiohead itu sendiri).

Jonny mungkin sedikit menarik perhatian lebih dibanding kakaknya Collin, yang sebenarnya udah ngeband bareng Thom Yorke ketika mereka masih sama-sama tergabung di band punk mereka dulu yang bernama TNT. Namun kenapa kemudian Jonny lebih ‘terlihat’ dibanding Collin? Mungkin karena Jonny punya gaya yang khas dan catchy dalam penampilannya, ditambah permainan gitarnya yang cenderung kontemporer dan “out of the book”, atau bahasa sederhananya nyentrik lah. Karena pembawaannya yang seperti itu, kemudian Jonny mulai ‘terlihat’ setelah Thom Yorke yang bernyanyi lirih membawakan lagu Creep. Namun tetap saja keberadaan Jonny hanyalah sebagai orang kedua setelah Thom Yorke sang frontman band itu sendiri. Entahlah apa Jonny ambil pusing dengan itu atau tak pernah sedikitpun dia berpikir ke arah sana.

Masih dari tanah britania, dan sama-sama berstatus saudara kandung, ada kakak beradik Gallagher bersaudara bernama Liam dan Noel dengan band nya Oasis. Bedanya mereka dengan Jonny dan Collin yang dengan lapang dada menyerahkan gelar orang pertama kepada Thom Yorke, Gallagher bersaudara tidak begitu saja merelakan keberadaannya sebagai orang kedua. Masing-masing dari mereka memposisikan dirinya sebagai frontman atau orang pertama dalam band. Maka dari itulah kurang lebihnya perselisihan keduanya kerap terjadi sampai akhirnya Oasis nya sendiri bubar.

Sebuah band pada dasarnya terdiri dari beberapa orang kepala yang membentuk satu unit kreatif (jika harus dikatakan seperti itu) dalam mengolah atau menghasilkan musik secara kolektif/kelompok. Namun pada kenyataannya banyak diantara band-band itu yang pada akhirnya hanya diidentikan dengan satu orang personil saja yang dianggap paling bisa mewakili dari citra band yang ditampilkan.

Ada Nirvana dengan Kurt Cobain, yang selain kontroversial, sosok Kurt juga sangat kuat pengaruhnya untuk orang-orang penikmat musik semacam itu, yang bahkan diantaranya ada yang bertanya siapa itu Kris Novoselic? tanya si anak kemarin sore yang megagumi sosok Kurt dan Nirvana dengan menuliskan status di Facebooknya yang berbunyi “I hate myself but I want to day”. Sebuah combo yang menggelikan antara typo dan a-historis dengan band yang katanya dia kagumi.

Lalu ada Sid Vicious yang bahkan tidak cukup baik untuk bisa bermain musik dengan benar dalam suatu band. Namun sosoknya malah sangat identik dengan band nya Sex Pistol. Terbukti dengan banyaknya poster atau kaos Sex Pistol yang hanya memuat gambar Sid Vicious saja sebagai art worknya. Karena mungkin sama seperti Kurt, sosoknya yang selain kontroversial juga pengaruhya sangat kuat dengan faktor lain selain musikalitasnya itu sendiri. Ditambah drama kehidupannya yang penuh lika-liku itu dianggap menarik untuk diangkat media dan dikonsumsi publik.

Dari dalam negeri, mungkin kita masih ingat (atau tak semuanya ingat) dengan band yang bernama Harapan Jaya. Band yang sukses dengan single “Kuliah Pagi” dan “Keripik Singkong” ini mempunyai seorang personil bernama Eddi Brokoli dengan ciri khas rambut kribonya itu. Keberadannya ketika itu (sekitar tahun 90an) menjadi anomali tersendiri ketika trend rambut kribo sudah berakhir berbarengan dengan nama Ahmad Albar yang perlahan mulai meredup bersama dengan band nya God Bless.

Sampai pada akhirnya Eddi keluar dari band, para personil yang lainnya seakan kehilangan arah tanpa Eddi. Terlebih untuk urusan ketika mereka berada diatas panggung. Banyak orang mengidentikan Harapan Jaya dengan sosok Eddi Brokoli. Sehingga ketika Eddi tidak lagi bersama Harapan Jaya dan tak terlihat di panggung para penonton pun merasakan ada yang salah dengan format band tanpa Eddi. Padahal sebenarnya posisi Eddi di band itu hanya sebagai backing vocal dan dancer saja. Jadi jika dilihat dari sisi musikalitas band mungkin tidak akan banyak berpengaruh juga. Sama seperti halnya Sid Vicious tadi, keberadaan Eddi yang bahkan tidak cukup baik jika dilihat dari sisi musikalitasnya pun bisa diangkat sebagai orang pertama dalam band, yang kemudian diidentikan dengan nama band mereka masing-masing.

Namun pada akhirnya orang pertama, kedua, ketiga dalam band tidak lagi menarik untuk jadi bahan perselisihan, terutama oleh orang di luar band itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan orang-orang seperti Thom Yorke atau Chris Martin (Coldplay) sebenarnya merasa jenuh juga untuk tampil paling depan mewakili bandnya. Namun karena mungkin ada semacam deal atau bandnya sendiri yang membutuhkan semacam icon atau sebutlah citra yang ingin ditampilkan, maka sang frontman lah yang melangkah maju ke depan sebagai orang pertama.

Dimuat juga di Belia Pikiran Rakyat (Rubrik insight) Selasa, 28 Oktober 2014



1 komentar:

  1. Keinget Jimi multhazam The Uptsairs di majalah Rolling Stone om
    "Lu terlalu mendominasi jim", kira2 bunyinya gitu, hehe.

    BalasHapus