Minggu, 11 Desember 2011

SEBUAH MAHA CURHAT DARI SAYA

Akhirnya sampailah saya pada bahasan ini. Tentang semua kegelian saya atau.. tik tok tik tok tetooot…kegelisahan lah bisa dibilang. Menangkap banyaknya contoh soal akan sesuatu yang menurut saya harus dikesampingkan, jika pada dasaranya kita mendambakan hidup dalam artian sebenarnya. Realita dan bukan drama.

Kita mulai saja ya. Saya akan berkoar-koar soal karakter kebanyakan orang disini (di Indonesia). Hampir semua orang yang ada disini tergambarkan sebagai seorang yang gampang banget ngambek, tersinggung, melebih-lebihkan, sensi atau apapun yang sebenarnya itu adalah (harusnya hanya sebagai) karakteristik peranan lakon dalam sebuah drama saja. Kenapa bisa seperti itu? Mari kita telaah. Saya banyak sekali berhubungan dengan banyak orang yang saya contohkan tadi, sensian, gampang ngambek, dan ketika semua hal sudah ditanggapi dengan emosi dan akhirnya jadi ribut dan rusuh, tentu saja sudah tidak lucu lagi. Contohnya gini lah, hal yang paling simple, dan mungkin beberapa orang pernah mengalami. “Wenk (panggilan saya wenky) nonton persib yu”, ajak seorang teman. “Wah ga mau ah, saya ga suka bola”, jawab saya. Trus teman saya bilang lagi gini “Wah berarti kamu ga cinta Bandung dong, mending pindah dari Bandung” (dengan muka marah).

Sumpah demi nama ibu saya yang paling saya cintai di dunia ini, saya ga ngerti relevansinya seperti apa, antara kecintaan mendukung tim sepakbola dengan konten kecintaan saya akan kelokalan tempat saya berada (Bandung). Ok lah jika itu adalah sebuah keidentikan (Persib = Bandung). Tapi pointnya disini adalah kenapa orang itu langsung men-‘judge’ kalo saya ga suka persib, maka berarti saya ga cinta Bandung. Kenapa harus ditanggapi sinis seperti itu, kenapa harus marah, dan kenapa kenapa lainnya yang kenapa harus mengikut sertakan sinis yang berlebihan akan apa yang tidak sejalan dengan pemikirannya.

Contoh lainnya seperti ini. Saya pernah bilang jika saya ga suka grup musik Slank. Karena pada dasarnya pilihan musik itu kan selera, dan selera tiap orang kan berbeda, dan lagian saya juga tidak menjelek-jelekan nama Slank, saya hanya bilang saya ga suka. Dan rasa tidak suka itu bukan lantaran Slank jelek, tapi ya saya ga suka aja karena selera musik saya bukan seperti apa yang Slank mainkan. Cukup fair kan? Tapi apa yang teman saya tanggapi? Mereka bilang jika saya ga ngerti musik bagus, melupakan pahlawan musik Indonesia, dan parahnya ketika saya bermain musik juga, orang-orang yang tidak suka akan pernyataan saya itu pada akhirnya berusaha menjatuhkan saya. Banyaklah omongan jelek yang dialamatkan kepada saya. Lucu kan? Ya memang lucu, ketika semuanya menjadi terlalu fanatik dan ga open minded. Sensi, gampang banget marah.

Sadar ga kalau sifat yang sensian kaya gitu adalah yang pada akhirnya membuat bangsa kita ribuuuuutt terus. Ga cape gitu? Semua gampang banget diprovokasikan, bermental premanisme, dan seperti tidak ber-akal saja. “WAR IS OVER IF YOU WANT TO” (JOHN LENNON).

Semua yang diperjuangkan sekarang itu sebenarnya sudah tidak berdasar apa-apa, karena semua atas nama golongan dan kaumnya sendiri. Yang diperjuangkan pun hanyalah pepesan kosong saja. Bahkan dengan segala kerendahan hati, saya berani bilang jika apa yang didemokan banyak teman-teman mahasisiwa itu sebenarnya sia-sia saja. Mereka hanya memupuk kebencian terhadap kaum elit politik saja, dan sesungguhnya bukan itu arti dari sebenernya membela rakyat dan kaum miskin itu. Pikir lagi deh, think smart, think simple. Dikondisikan kita ada dalam lingkungan kaum/rakyat miskin, dan kita tergugah untuk membantu mereka. Pasti kebanyakan diantara kita memilih demo di depan gedung MPR, berteriak-teriak menyuarakan keadilan. Padahal sebenarnya itu tidak akan berimbas apapun karena si anjing Anggota DPR/MPR itu pada dasarnya memang tidak punya hati, dan itu bukan rahasia lagi.

Jadi ya udahlah bantu aja rakyat misikin itu semampu kita, sebisa kita. Kita punya sedikit uang, maka sisihkanlah untuk mereka yang miskin. Jika tidak punya uang, kita bisa bantu dengan tenaga, pemikiran, sebuah forum kemanusiaan, pengumpulan dana, buat lapangan kerja atau apapun yang lebih kongkrit. Dan saya rasa itu jauh lebih terasa imbasnya. Sejak jaman dibentuknya punk juga pemerintah memang terbentuk seperti sekumpulan orang-orang yang ga punya hati, dan ya sudahlah, ga cape gitu menanggapi para heartless.

Balik lagi kepada bahasan tentang karakter orang-orang yang sensian dan gampang banget buat ribut. Sensi itu berasal dari sebuah ideologi yang terpatahkan dengan ideologi lainnya yang tidak sesuai dengan ideologinya. Tidak setiap orang beranggapan sebuah citra bangsa adalah mutlak, seperti yang dicontohkan presiden kita yang punya 4 album itu. Dia fokus bener buat sebuah citra bangsa yang diwakili dirinya itu. Namun ada juga yang beranggapan sebuah citra bangsa bukanlah segalanya, tapi yang terpenting adalah pemerataan dalam hal apapun, termasuk pendidikan dan ekonomi.

Maksudnya gini loh. Orang yang mengagungkan sebuah pencitraan adalah orang-orang yang berpikir jika sesuatu itu harus diparadigmakan bagus tanpa mau tau busuknya seperti apa. Masih inget ga soal gedung MPR yang ingin di rehab? Nah itu merupakan suatu tindak pencitran sebuah bangsa, yang padahal sebagus apapun gedungnya, jika masih saja diisi dengan orang-orang yang tidak berkompeten tentang apa yang harusnya dipunyai sebagai seorang wakil rakyat, ya apalah artinya gedung yang bagus itu. Nah saya termasuk ke dalam golongan yang lebih peduli dengan pembedahan semua kebusukan yang bangsa ini punya, dan ya itu ga usah ditutupi, tapi dibenahi.

Tapi anehnya orang seperti saya yang muak dengan pecitraan itu malah dianggap tidak mencintai bangsanya (lagi lagi). Karena apa? Karena katanya tidak ikut dalam usaha membuat negeri kita menjadi negeri yang dibanggakan. Apa memangnya yang dibanggakan? Selain seni dan budaya kita yang beagam, saya pikir tidak ada. Semua hal yang terparadigmakan bagus itu sebenarnya hanyalah topeng yang menutupi busuk sebenarnya. Dan akhirnya itu pula-lah yang membuat papa saya dan keluarga saya tersingkir dari pandangan banyak orang disini.

Saya bingung dengan banyaknya pernyataan orang yang mengatakan jika ia ingin hidup damai tentram di dunia ini. (of course semua orang inginkan itu). Tapi kenapa masih saja hal-hal yang berpotensi untuk membuat itu tidak terwujud masih saja dipupuk. Kenapa harus gampang banget tersinggung, marah, dan gampang rusuh. Katanya mau hidup damai. Ya udahlah “GA SEMUA ORANG SELALU SEJALAN DENGAN KITA”, jadi ya kenapa harus memaksakan orang lain harus sejalan dengan kita. Membuat semua orang suka dengan kita pun adalah sebuah ketidakmungkinan menurut saya. Pasti akan selalu ada aja orang yang ga suka dengan kita, yang benci kita. Meskipun ga sedikit juga orang yang suka dengan kita. Menanggapinya? Ya santai aja. Siklusnya memang seperti itu, pro kontra adalah hal yang pasti ada. PASTI. GA MUNGKIN NGGA. Jadi udah ya, ga usah sensi gitu kalo saya bilang saya ga suka Persib dan Slank. Hehehe.

Ga usah terlalu serius menanggapi apa yang tidak kita sukai dari orang lain, dan apa yang orang lain tidak sukai dari kita. Yang penting apa yang kita buat untuk orang lain, bukan apa yang orang lain buat untuk kita. Dan untuk orang yang sensian dan gampang banget marah itu, saya punya saran nih. Coba deh sering-sering nonton standup comedy, atau minimal nonton Spongebob lah. Biar pikirannya santai dan fun. hehe

Kira-kira begitulah sebuah maha curhat yang ingin saya tulis ini. Tentang keresahan saya menghadapai banyak orang yang sensi dan gampang marah itu, menanggapi kelirumologi sebuah bangsa yang saya cintai ini. Salah benarnya hanya tuhan yang mempunyai jawabannya. Saya hanya becerita saja, silahkan di tanggapi dengan santai dengan teh hangat dan kue monde (maaf nyebut merck).

2 komentar:

  1. Wah..sama kya saya, kang.. Di kampus saya dikelilingi orang2 yg ga open minded. Contohnya, saya suka musik shoegaze, mereka udah mencibir dluan, bilang ga enak, pdhal denger pun belum pernah. Saya nyoba ngasih msukan musik bagus pun mreka udah nolak duluan. Ada 1 lgi, wktu itu prnah sharing ttg 'pacaran', saya pnya pendapat.. blablabla saya bilang, dan salah seorang tman saya bilang, 'wah, ga bisa gitu Sha!' dengan nada tinggi, dan seakan memaksakan pendapat dan pikirannya itu diikutin sma saya. Pdahal ya, knpa ga bsa? Toh pkiran saya dan dia itu jelas beda. Setiap org itu psti beda, ujung2nya ya malah ribut sndiri dia, ngerasa yg paling bener dan ga mau dnger pikiran orang. Aneh emang, pdhal orgnya pinter.. sayaang, EQ.nya jongkok!

    BalasHapus
  2. iya ya sayang, dan sialnya itu udah jadi typical orang kebanyakan disini.

    BalasHapus