Selasa, 07 Oktober 2014

ELORA

Tanpa alasan yang jelas, dia lari dengan muka yang masih saja memancarkan ketakutan.

Aku pun mengejarnya, dan setelah lama aku mengejarnya, akhirnya aku berhasil meraih tangannya. “Siapa kau? kau kenal Elora?” tanyaku. Dia diam saja. “jawab, apa kau tau tentang Elora?” tanyaku lagi dengan sedikit membentak.
“Aku bukan hanya kenal, tapi AKULAH ELORA!! tokoh yang melarikan diri dari buku yang kau tulis itu”, jawab dia.
“Lantas kenapa kau lari ketika cerita itu belum aku selesaikan?”
“Aku tidak suka dengan tokoh yang aku perankan!!!”
“Apa maksudmu tidak menyukai tokoh yang kau perankan? Kau adalah tokoh yang menggabungkan halaman satu ke halaman lainnya, kau tidak punya pilihan selain kembali memerankan peranan itu, agar aku bisa menyelesaikan ceritanya. Kau tidak bisa jadi seorang penakut seperti itu. kau….” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba Elora menjawab.

“YA ITU DIA.!! Itu yang aku tidak suka”, seketika Elora terhenyak dari tempat duduknya. “Kau menciptakan aku sebagai seorang yang penakut. Takut akan realita, takut akan luka, takut tersakiti, dan banyak lagi ketakutan-ketakutan lainnya. Aku takut jalan cerita yang kau tulis tidak sesuai dengan yang aku harapkan, maka dari itu aku lari dan memilih menjadi tokoh yang aku buat sendiri, menjadi ‘Pak Jendela’. Tapi ketika menjadi Pak Jendela pun, karakter penakut yang kau tuliskan itu masih saja tertanam pada diriku. Ketika di realita aku hanya berani menatap dunia hanya lewat jendela. Aku tidak berani keluar, karena aku takut debu akan menghantam mukaku, aku takut siang dengan mataharinya yang terlalu terik akan membakar kulitku, dan sekarang kau menyuruhku untuk tidak menjadi seorang penakut? Ini sangat membingungkan, karena kau yang telah membuat aku menjadi seorang penakut, tapi kau menyuruhku untuk tidak menjadi seorang penakut. Sebenarnya apa maksudmu menciptakan tokoh seperti aku? Apa aku penggambaran dari sosokmu? Kenapa kau menamakan aku Elora? Kenapa tidak dengan namamu saja? jika memang tokoh yang aku perankan itu adalah sosokmu. Sosok seorang penakut yang sebenarnya. Sampai-sampai untuk menggambarkan sosokmu saja kau tak berani menuliskan namamu, dan malah menciptakan tokoh seorang Elora untuk menggantikannya. Kau menyedihkan. Benar-benar menyedihkan!! Seharusnya aku tidak tercipta dari seorang penulis SEPERTIMU.!!”

*Sedikit cuplikan salah satu cerita yang ada di buku RUBIK (rilis tahun 2012), yang kemudian dimuat kembali di zine Suketteki #5. Silakan klik disini untuk download format PDF nya*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar